TEKHNIK DALAM LABORATORIUM

Jumat, 07 Desember 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah bagian integral dari bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau administrasi), maka manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan perencanaan akademik (program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tidak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium menjadi bagian yang dikedepankan.
Manajemen laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.

1.2 Rumusan Masalah
Ø  Bagaimana tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium?
Ø  Bagaimana cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan kimia bahan di laboratorium?
Ø  Bagaimana pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya?


1.3 Tujuan
Ø  Untuk mengetahui tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
Ø  Untuk mengetahui cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan kimia bahan di laboratorium.
Ø  Untuk mengetahui pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia adalah ruangan tempat melakukan kegiatan kerja dengan  menggunakan bahan-bahan kimia. Pada umumnya bahan-bahan kimia tersebut merupakan bahan-bahan yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia. Maka dari itu, bekerja dilaboratorium kimia memerlukan kehati-hatian agar terhindar dari resiko kecelakaan (http://chcs.or.id).

2.2 Pengenalan Zat atau Bahan Kimia di Laboratorium
Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat (terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan, atau memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu (Mulyono dkk,2005).
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
1.        Padat
2.        Cair
3.        gas
Sifat zat meliputi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat- sifat ini antara lain, wujud, warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya larut, daya cemar, daya rusak, daya racun, rumus molekul, rumus kristal, dan kereaktifan. Sebagian besar zat kimia merupakan pencemar bagi lingkungannya, dan sekelompok zat ada yang bersifat mudah terbakar, mudah meledak, korosif (terutama asam-asam), merusak organ tubuh, atau meracuni organisme. Kereaktifan zat dapat diartikan sebagai kemudahan zat itu bereaksi dengan zat tertentu, udara, cahaya, atau benda lain di sekitarnya (Mulyono dkk,2005).
Bahan- bahan kimia korosif, seperti asam- asam sulfat, chlorida, dan nitrat, terutama yang pekat dan larutan Na atau KOH. Selain bahan-bahan korosif, adapula bahan kimia beracun diantaranya, HCN (gas dan cairan), logam-logam alkali sianida, dan lain-lain (Chanif Mahdi dkk,1982).

Adapun sifat-sifat bahan kimia, yaitu :
Ø  Toxic (beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
Ø  Corrosive (korosif)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.
Ø  Flammable (Mudah terbakar)
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain.
Ø  Explosive (mudah meledak)
Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)
Ø  Oxidator (Pengoksidasi)
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) (http://materismansa.blogspot.com).


                                        
BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium.

Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1.      Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2.      Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3.      Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
  4.     Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan     lainnya.
5.      Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6.      Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.

3.2    Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat  
fisik dan kimia bahan di laboratorium.
            Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
·         Kontrol temperatur;
·         Perbandingan dan konsentrasi reaktan;  
·         Kemurnian bahan;  
·         Viskositas media reaksi;
·         Kecepatan penambahan bahan;
·         Pengadukan;
·         Tekanan reaksi atau distilasi;
·         Bahaya radiasi;
·         Bahaya padatan yang reaktif.
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1.      Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); 
2.      Reaksi dekomposisi;
3.      Komposisi, struktur & reaktivitas kimia;
4.      Bahan-bahan kimia tidak kompatibel.

      1.      Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
·       Mudah meledak (explosive); 
·       Mudah menyala (flammable);
·       Pengoksidasi (oxidizing); 
·       Berbahaya (harmful); 
·       Korosif (corrosive); 
·       Bersifat iritasi (irritant); 
·       Beracun (toxic); 
·       Karsinogenik; 
·       Teratogenik; 
·       Berbahaya bagi lingkungan.

2.      Reaksi dekomposisi
            Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.

3.      Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
·         CN2             ( senyawa diazo ) 
·         C – NO        ( senyawa nitroso )
·         C – NO2       ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
·         Kontrol temperatur;
·         Perbandingan dan konsentrasi reaktan;
·         Kemurnian bahan;
·         Viskositas media reaksi; 
·         Kecepatan penambahan bahan;
·         Pengadukan;
·         Tekanan reaksi atau distilasi;
·         Bahaya radiasi;
·         Bahaya padatan yang reaktif.
      4.      Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
·           Identifikasi bahan di masing-masing laboratorium;
·           Perhatikan MSDS; 
·           Pahami prosedur penanganan.

3.3     Pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya.
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan kelas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing kelas bahaya adalah sebagai berikut :
v  Jenis Asam
Ø    Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potasium, dan magnesium;
Ø   Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible;
Ø   Asam asetat adalah cairan flammable;
Ø  Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik;
Ø  Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida;
Ø  Pisahkan Asam dan Basa.

v  Jenis Basa (Bases)
Ø  Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik;
Ø  Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium.

v  Pelarut (Flammable dan combustible)
Ø  Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent;
Ø  Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain; 
Ø  Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll.



v  Pengoksidasi
Ø  Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable;
Ø  Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format.

v  Sianida
Ø  Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.

v  Bahan reaktif terhadap Air
Ø  Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air; 
Ø  Siapkan Racun api kelas D didekatnya.

v  Bahan Piroforik
Ø  Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin;
Ø  Berikan tambahan seal yang kedap udara.

v  Light-Sensitive Chemicals
Ø  Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.

v  Bahan pembentuk peroksida
Ø  Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable; 
Ø  Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.

v  Bahan Beracun
Ø  Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya; 
Ø  Pergunakan sistem keamanan yang memadai.

Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium. Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa. Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan bahan kimia didalam laboratorium mempunyai tata cara yang harus diperhatikan, karena bahan kimia sangat berbahaya, bila tidak memperhatikan kaidah- kaidah penyimpanan dapat berakibat fatal. Sebelum memperhatikan tata cara penyimpanan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu sifat dari bahan kimia tersebut, bahan kimia mempunyai beberapa  sifat, diantaranya ada yang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), korosif, mudah meledak, mudah menyala, dan lain-lain. Selain itu ada juga pembagian bahan kimia berdasarkan kelas bahayanya, diantaranya, berdasarkan jenis asam, jenis basa, pengoksidasi, sianida, dan lain-lain.

4.2 Saran
            Dalam melakukan kegiatan di laboratorium, khususnya dalam proses penyimpanan bahan kimia, kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat dari bahan kimia tersebut dan juga memperhatikan tata cara penyimpanan bahan kimia, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.










0 komentar:

Posting Komentar