BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Laboratorium adalah bagian integral
dari bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau administrasi), maka
manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan perencanaan akademik
(program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan
mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah
yang membanggakan, yang tidak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga
bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium menjadi bagian yang
dikedepankan.
Manajemen laboratorium, dalam hal
ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan
efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber
daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.
Bahan yang
digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan
alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri
mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia
berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia
yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.
1.2 Rumusan
Masalah
Ø
Bagaimana tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium?
Ø
Bagaimana cara pengaturan dan
penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan kimia bahan di
laboratorium?
Ø Bagaimana
pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya?
1.3 Tujuan
Ø Untuk
mengetahui tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
Ø Untuk
mengetahui cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat
fisik dan kimia bahan di laboratorium.
Ø Untuk
mengetahui pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas
bahaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Laboratorium Kimia
Laboratorium
kimia adalah ruangan tempat melakukan kegiatan kerja dengan menggunakan
bahan-bahan kimia. Pada umumnya bahan-bahan kimia tersebut merupakan
bahan-bahan yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia. Maka dari
itu, bekerja dilaboratorium kimia memerlukan kehati-hatian agar terhindar dari
resiko kecelakaan (http://chcs.or.id).
2.2
Pengenalan Zat atau Bahan Kimia di Laboratorium
Pengenalan terhadap zat merupakan
hal yang sangat penting dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan
zat (terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas,
menggunakan, atau memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu (Mulyono dkk,2005).
Pengetahuan sifat bahan menjadi
suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan
bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya
bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
1.
Padat
2.
Cair
3.
gas
Sifat zat
meliputi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat- sifat ini antara lain, wujud,
warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya larut, daya cemar, daya
rusak, daya racun, rumus molekul, rumus kristal, dan kereaktifan. Sebagian
besar zat kimia merupakan pencemar bagi lingkungannya, dan sekelompok zat ada
yang bersifat mudah terbakar, mudah meledak, korosif (terutama asam-asam),
merusak organ tubuh, atau meracuni organisme. Kereaktifan zat dapat diartikan
sebagai kemudahan zat itu bereaksi dengan zat tertentu, udara, cahaya, atau
benda lain di sekitarnya (Mulyono dkk,2005).
Bahan- bahan kimia korosif, seperti
asam- asam sulfat, chlorida, dan nitrat, terutama yang pekat dan larutan Na
atau KOH. Selain bahan-bahan korosif, adapula bahan kimia beracun diantaranya, HCN
(gas dan cairan), logam-logam alkali sianida, dan lain-lain (Chanif Mahdi dkk,1982).
Adapun
sifat-sifat bahan kimia, yaitu :
Ø Toxic
(beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
Ø Corrosive
(korosif)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan
iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.
Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.
Ø Flammable
(Mudah terbakar)
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang
bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang
mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala
dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan
lain-lain.
Ø Explosive
(mudah meledak)
Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan
bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang
eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)
Ø Oxidator (Pengoksidasi)
Senyawa ini
dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan
bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) (http://materismansa.blogspot.com).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tata cara pengaturan dan
penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
Tata cara pengaturan dan penyimpanan
bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena
bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar,
meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, kita harus
mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
Beberapa hal penting tersebut memang
harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan
kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga
berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat
akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara menyimpan bahan laboratorium
IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan
alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan
penyimpanan, seperti :
1.
Bahan yang dapat bereaksi dengan
kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2.
Bahan yang dapat bereaksi dengan
plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3.
Bahan yang dapat berubah ketika
terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan
dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya
matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
4.
Bahan
berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
5. Penyimpanan
bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula
menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya
secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum
disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk
menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum
mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang
diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
3.2 Cara pengaturan dan penyimpanan
bahan kimia didasarkan atas sifat
fisik dan kimia bahan di laboratorium.
Pengaturan
tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
· Kontrol temperatur;
· Perbandingan dan konsentrasi reaktan;
· Kemurnian bahan;
· Viskositas media reaksi;
· Kecepatan penambahan bahan;
· Pengadukan;
· Tekanan reaksi atau distilasi;
· Bahaya radiasi;
· Bahaya padatan yang reaktif.
Pengaturan penyimpanan bahan kimia
adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai
sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
2. Reaksi dekomposisi;
3. Komposisi, struktur &
reaktivitas kimia;
4. Bahan-bahan kimia tidak kompatibel.
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan
B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
·
Mudah meledak (explosive);
·
Mudah menyala (flammable);
·
Pengoksidasi (oxidizing);
·
Berbahaya (harmful);
·
Korosif (corrosive);
·
Bersifat iritasi (irritant);
·
Beracun (toxic);
·
Karsinogenik;
·
Teratogenik;
·
Berbahaya bagi lingkungan.
2. Reaksi dekomposisi
Hasil
reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi
dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa
sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.
3. Komposisi, Struktur &
Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas
kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
· CN2
( senyawa diazo )
· C –
NO ( senyawa nitroso )
· C – NO2 (
senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat
tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi
operasionalnya seperti :
· Kontrol temperatur;
· Perbandingan dan konsentrasi reaktan;
· Kemurnian bahan;
· Viskositas media reaksi;
· Kecepatan penambahan bahan;
· Pengadukan;
· Tekanan reaksi atau distilasi;
· Bahaya radiasi;
· Bahaya padatan yang reaktif.
4. Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical
Incompatibility Matrix)
·
Identifikasi bahan di masing-masing
laboratorium;
·
Perhatikan MSDS;
·
Pahami prosedur penanganan.
3.3 Pengaturan dan penempatan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya.
Pengaturan dan penempatan bahan
kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan kelas bahaya. Sebagai contoh
perlakuan masing-masing kelas bahaya adalah sebagai berikut :
v
Jenis
Asam
Ø Pisahkan dari
logam reaktif: sodium, potasium, dan magnesium;
Ø Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan
bahan yang flammable dan combustible;
Ø Asam asetat adalah cairan flammable;
Ø Asam Nitrat
dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat
membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik;
Ø Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan
toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti:
sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida;
Ø Pisahkan Asam dan Basa.
v
Jenis
Basa (Bases)
Ø Pisahkan dari asam, logam, bahan
mudah meledak, peoksida organik;
Ø Jangan menyimpan larutan NaOH dan
KOH dalam rak alumunium.
v
Pelarut
(Flammable dan combustible)
Ø Simpan dalam kaleng dalam lemari
solvent;
Ø Pisahkan dari asam peoksidasi dan
oksidator lain;
Ø Jauhkan dari sumber pembakar: panas,
api dll.
v
Pengoksidasi
Ø Jauhkan dari materi yang combustible
dan flammable;
Ø Jauhkan dari bahan pereduksi seperti
seng, logam alkali, dan asam format.
v
Sianida
Ø Pisahkan dari larutan berair, asam
dan pengoksidasi.
v
Bahan
reaktif terhadap Air
Ø Simpan di tempat dingin, kering yang
jauh dari sumber air;
Ø Siapkan Racun api kelas D didekatnya.
v
Bahan
Piroforik
Ø Dalam kemasan asli, simpan di tempat
yang dingin;
Ø Berikan tambahan seal yang kedap
udara.
v
Light-Sensitive
Chemicals
Ø Simpan di botol gelap/berwarna dalam
tempat dingin kering dan gelap.
v
Bahan
pembentuk peroksida
Ø Simpan di tempat kedap udara atau
tempat penyimpanan bahan flamable;
Ø Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.
v
Bahan
Beracun
Ø Simpan sesuai sifat bahan kimia
penyusunnya;
Ø Pergunakan sistem keamanan yang
memadai.
Semua cairan kimia berbahaya harus
disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau
bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat
seluruh volume. Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang
disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium. Approved corrosive
storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa. Flammable
storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan
bahwa penyimpanan bahan kimia didalam laboratorium mempunyai tata cara yang
harus diperhatikan, karena bahan kimia sangat berbahaya, bila tidak
memperhatikan kaidah- kaidah penyimpanan dapat berakibat fatal. Sebelum
memperhatikan tata cara penyimpanan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu
sifat dari bahan kimia tersebut, bahan kimia mempunyai beberapa sifat, diantaranya ada yang B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun), korosif, mudah meledak, mudah menyala, dan lain-lain. Selain
itu ada juga pembagian bahan kimia berdasarkan kelas bahayanya, diantaranya,
berdasarkan jenis asam, jenis basa, pengoksidasi, sianida, dan lain-lain.
4.2 Saran
Dalam
melakukan kegiatan di laboratorium, khususnya dalam proses penyimpanan bahan
kimia, kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat dari bahan kimia tersebut
dan juga memperhatikan tata cara penyimpanan bahan kimia, agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
0 komentar:
Posting Komentar