Tampilkan postingan dengan label MIKOLOGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MIKOLOGI. Tampilkan semua postingan

BUDIDAYA CENDAWAN

Minggu, 20 Januari 2013

PEMBUDIDAYAAN CENDAWAN
FIRDAUS

Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Cendawan adalah jamur atau tubuh buah yang fungsi utamanya menghasilka meneyebarluaskan berbylium-bylium spora ke lingkungan. Ada cendawan yang dimasukkan kedalam ascomycota, akan tetapi sebagian besar cendawan yang dikenal sampai sekarang dimasukkan kedalam basidiomycota. Semua cendawan yang dapat dimakan adalah saprofit.
Menurut chang (1993) budidaya cendawan mulai mendapat perhatian besar karena jumlah penggemar jamur pangan makin meningkat didunia. Selain itu, pemanfaatna bahan limbah yang sebelumnya mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan cendawan sampai ke taraf industry.
A.     CARA BUDIDAYA CENDAWAN
Pembudidayaan cendawan atau di masyarakat lebih dikenal sebagai pembudidayaan jamur, semula merupakan suatu bioteknologi sederhana dan meliputi tiga jenis kegiatan: 1) pembuatan spawn atau inokulun, 2) pembuatan kompos, yaitu substarat yang akan ditumbuhi oleh jamur, 3) pengaturan lingkungan pertumbuhan agar diperoleh produksi jamur yang maksimal.
1.       Pembuatan Spawn
Chang (1982) dan Yong dan leong (1983) telah menerbitkan suatu cara spawn yang sederhana untuk budidaya cendawan di lingkungan rumah, tetapi memberikan hasil yang lebih baik. Caranya sederhana sebagai berikut:gunting dibersihkan dengan alcohol 70%, kemudian sebagian dari hemanium cendawan tempat basidiospora dibentuk, dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut dicuci dengan aqua destilata steril, dikeringkan dengan kertas saring steril kemudian potongan tersebut langsung diletakkan di atas medium PDA dalam cawan petri dan diinkubasikan dalam suhu kurang lebih 28-30 0C.
Koloni cendawan yang tumbuh kemudian dipotong di bagian pinggir koloni, jadi agar dan miselium dipindahkan kecawan petri dengan PDA segar. Perlakuan tersebut diulang beberapa kali sampai diperoleh miselium yang benar-benar murni. Sementara sebuah botol steril bermulut lebar sudah disipkan dan diisi dengan kompos yang sudah di uap kurang lebih 3 jam pada suhu 60 0C. bagian tengah dari kompos yang sudah dingin ditekan ke dalam. Miselium yang sudah dibiarkan tumbuh lebat didalam cawan petri diambil secara aseptic dengan memutar-mutar jarum tanam sehingga miselium menggulung sekitar ujung jarum kemudian dimasukkan ke dalam lubang kompos tersebut. Yong & Leong (1983) memasukkan langsung potongan agar + miselium ke dalam kompos tersebut. Apabila substratnya sekam padi atau saw dust kayu, maka agar+miselium tersebut langsung dicampurkan secara diaduk-aduk dengan substratnya. Botol kemudian ditutup dengan sumbat kapas steril yang dibungkus kain kasa dan diinkubasikan pada suhu 30-32 0C selama 6-7 hari agar semua kompos sampai kedasar botol tertutup oleh miselium. Kompos yang bermiselium tersebut yang disebut spawn. Spawn harus diobservasi teratur agar tidak terkontaminasi oleh pertumbuhan kapang pengganggu, seperti spesies dari genera Neurospora, Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium (chang 1982; yong & leong, 1983). Kehadiran kapang pengganggu dapat dikenali dari warna konidia pada kompos. Apabila terjadi kontaminasi, maka seluruh Spawn dalam botol harus dimusnahkan segera.

2.       Pembuatan Kompos
Salah satu persyaratan substrata tau kompos yang akan menjadi tempat pertumbuhan cendawan adalah harus mengandung seluruh nutrisi yang diperlukan atau yang mendukung pertumbuhan cendawan. Limbah alam yang masih banyak mengandung bahan organic seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan energy untuk cendawan. Bagian limbah yang berukuran besar biasanya dihancurkan terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil. Limbah tersebut disusun menjadi bedeng-bedeng menurut ukuran tertentu sesuai tempat yang tersedia dan ditutup dengan lembar plastik untuk mencegah pengeringan. Dalam substrat akan terjadi suksesi pertumbuhan beberapa beberapa generasi organisme meliputi bakteri, actinomycetes, kapang dan juga protozoa yang secara bergantian mendominasi substrat pada tahap-tahap tertentu.
Pada awalnya, mikroorganisme yang akan mengurai senyawa organic dan nitrogen terlarut adalah mikroorganisme mesofil. Aktivitas metabolisme mereka menghasilkan karbon dioksida, ammonia, dan meningkatkan suhu dalam substrat. Suhu akan meningkat sampai 40-450C, dan sebagian besar mikroorganisme mesofil akan mati.
Substrat sekarang dikuasai oleh kapang-kapang termofil seperti Humicola fuscoatra, H. grisea, Aspergillus fumigates, Chaetomium thermophile, dan cendawan Coprinus cinereus. Setelah aktivitas mikroorganisme termofil selesai, suhu akan menurun dan kompos siap untuk diinokulasi dengan Spawn.

3.       Pengaturan Lingkungan Pertumbuhan
Apabila kompos berupa bedeng sudah siap, maka substrat dalam botol yang sudah penuh ditumbuhi miselium dikeluarkan, dihancurkan, dan ditabur di atas bedeng kompos tersebut. Bedeng kemudian ditutup dengan plastik untuk mencegah penguapan air dari kompos terutama bila proses tersebut berlangsung di luar. Pengawasan factor lingkungan (terutama suhu) menjadi sangat penting.

4.     Pemanenan Cendawan
a.   Ciri jamur siap tanam:
Ø Bila masih ada tonjolan, panen dilakukan keesokan harinya.
Ø Bila bulat sudah merata, jamur siap panen.
b.   Cara panen jamur:
Ø Lebih baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah disterilkan.
Ø Tinggalkan / sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen.
Ø Media tidak boleh terangkat.
c.    Penyebab menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak:
Ø Pasteurisasi tidak matang.
Ø Dedak tidak matang.


B.      MANFAAT DAN NILAI GIZI CENDAWAN
Pemanfaatan cendawan oleh manusia bukan hanya karena lezat tetapi juga mengandung gizi: mineral, serat, protein, serta beberapa asam amino esensial. Cendawan tidak boleh digunakan sebagai pengganti daging, ikan, atau telur tetapi hanya sebagai suplemen.
Li dan Chang (1982) melakukan studi mengenai gizi Volvariella volvaceae dan melaporkan bahwa kisaran kandungan air cendawan segar adalah 88,68-89,46%. Lemak kasar dihitung berdasarkan berat kering (%) adalah 1,14-3,65%, karbohidrat bebas nitrogen, serat kasar (fiber), protein kasar, abu. Berikut juga diuraikan beberapa manfaat cendawan:
1.     Sebagai bahan pangan.
2.     Sebagai bahan kosmetika.
3.     Sebagai bahan obat-obatan.
4.     Sebagai sumber penghasilan.
5.     Sebagai pengurai atau dekomposer apabila bersifat saprofit.

MAKALAH METABOLISME KARBONN PADA FUNGI/ JAMUR

Sabtu, 20 Oktober 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Sedangkan jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit.
Fungi adalah mikroorganisme heterotrof  karena tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa karbon organik, atau senyawa karbon yang memiliki satu karbon. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan untui membuat materi sel baru berkisar dari molekul sederhana seperti gula sederhana, asam organik, gula terikat alcohol polimer rantai pendek dan rantai panjang mengandung karbon, hingga kepada senyawa kompleks seperti karbohidrat, lipid dan asam nukleat, protein.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian metabolism?
2. bagaimanakah metabolisme karbon pada fungi?
3. bagaimanakah metabolisme karbohidrat?
4. bagaimanakah proses fermentasi yang menghasilkan karbon pada fungi?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sesuai dengan tujuan di atas, antara lain:
1. untuk mengetahui pengertian metabolism.
2. untuk mengetahui proses metabolism karbon pada fungi.
3. untuk mengetahui metabolisme karbohidrat.
4. untuk mengetahui proses fermetasiyang menghasilkan unsure karbon pada fungi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN METABOLISME
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis
yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.

2. Katabolisme (Dissimilasi)
yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik tersebut. Katabolisme adalah reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa sumber. Bila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses respirad, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi.


Ø ATP (Adenosin Tri Phosphat).
Molekul ATP adalah molekul berenergi tinggi. Merupakan ikatan tiga molekulfosfat dengan senyawa Adenosin. Ikatan kimianya labil, mudah melepaskan gugus fosfatnya meskipun digolongkan sebagai molekul berenergi tinggi.
Perubahan ATP menjadi ADP (Adenosin Tri Phosphat) diikuti dengan pembebasan energi sebanyak 7,3 kalori/mol ATP. Peristiwa perubahan ATP menjadi ADP merupakan reaksi yang dapat balik.
Ø Pembentukan energy
a.     Daur Krebs (daur trikarbekdlat)
Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia.
b.     Rantai Transportasi Elektron Respiratori
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.

B. METABOLISME KARBON PADA FUNGI
Organisme hidup dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kemampuannya untuk memperoleh sumber energy dari sumber karbon, yaitu autotrof dan heterotrof.
Organisme autotrof memiliki kemampuan mengasimilasi karbon organik (misalnya CO2 dan CO3) atau senyawa dengan satu karbon (misalnya CH4) menjadi karbon organik, apabila organisme autotrof mengasimilasi karbon organik dengan bantuan cahay6a matahari disebut fotoautotrof. Apabila organism autotrof mengasimilasi karbon organik dengan bantuan oksidasi senyawa organik maka disebut kemoautotrof.
Organism heterotrof memiliki kemanpuan mengasimilasi karbon organik menjadi karbon organik lain. Organism tersebut bergantung pada organism autotrof untuk memperoleh karbon organik.
Apabila organisme autotrof mengasimilasi karbon organik dengan bantuan oksidasi senyawa organik maka disebut kemo-autotrof. Organism heterotrof memiliki kemampuan mengasimilasi karbon organik menjadi karbon organik lain.organisme tersebut bergantung pada organism autotrof untuk memperoleh karbon organik. Apabila organism heterotrof mengasimilasi karbon organik dengan bantuan cahaya matahari maka disebut fotoheterotrof. Apabila organisme heterotrof  mengasimilasi karbon organik dengan bantuan oksidasi senyawa organik maka disebut kemoheterotrof.
Fungi adalah mikroorganisme heterotrof  karena tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa karbon organik, atau senyawa karbon yang memiliki satu karbon. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan untui membuat materi sel baru berkisar dari molekul sederhana seperti gula sederhana, asam organik, gula terikat alcohol polimer rantai pendek dan rantai panjang mengandung karbon, hingga kepada senyawa kompleks seperti karbohidrat, lipid dan asam nukleat, protein.
C. METABOLISME KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolisme karbon pada fungi. Metabokisme karbohidrat memiliki 2 peran penting:
1. Karbohidrat dapat dioksidasi menjadi energy kimia yang tersedia didalam sel dalam bentuk ATP dan nukleotida phosphopyiridine tereduksi.
2. Karbohidrat menyediakan hampir semua karbon yang diperlukan untuk asimilasi konstituen sel fungi yang mengandung karbohidrat, lipid, protei dan asam nukleat.
     Metabolism karbohidrat pada fungi diawali dengan tahap transfer kecuali untuk disakarida atau trisakarida yang harus dihidrolisis terlebih dahulu diluar sel. Transfer monosakarida melalui membrane dilakukan oleh suatu protein transfer spesifik, yaitu permease.
Banyak fungi dapat memanfaatkan monosakarida, tetapi sedikit yang dapat memanfaatkandisakarida, oligosakarida atau polisakarida karena tidak memiliki kamampuan untuk menghidrolisis molekul-molekul besar tersebut.
D. FERMENTASI
Istilah ‘fermentation’ berasal dari bahasa latin fervere yang berarti mendidih. Kata tersebut mendeskripsikan kerja khamir pada eksrak buah atau malt. Penampakan mendidih tersebut disebabkan produksi gas karbon dioksida karena aktifitas katabolisme anaerob dari khamir pada gula-gula di dalam ekstrak.
Khamir merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang banyak diteliti berkaitan dengan kemampuannya memfermetasi gula. Kemampuan khamir memfermentasi gula ditentukan adanya system tranpor untuk gula dan system enzim yang dapat menghidrolisis gula dengan akseptor electron alternative selain oksigen pada kondisi anaerob fakultatif. Gula-gula tersebut di asimilasi melalui jalur glikolisis untuk menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dalam kondisi anaerob mengalami penguraian oleh piruvat dekarboksilase menjadi etanol dan karbon dioksida.


















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Organisme hidup dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kemampuannya untuk memperoleh sumber energy dari sumber karbon, yaitu autotrof dan heterotrof.
Organisme autotrof adalah jenis organisme yang dapat membuat makanan sendiri sedangkan organisme heterotrof adalah organisme yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuat makanan sendiri.
Fungi adalah mikroorganisme heterotrof  karena tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa karbon organik, atau senyawa karbon yang memiliki satu karbon. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan untui membuat materi sel baru berkisar dari molekul sederhana seperti gula sederhana, asam organik, gula terikat alcohol polimer rantai pendek dan rantai panjang mengandung karbon, hingga kepada senyawa kompleks seperti karbohidrat, lipid dan asam nukleat, protein.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar  bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dan kritik dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang metabolisme karbon pada fungi/jamur.

BASIDIOMIKOTA, ASKOMIKOTA DAN ZIGOMIKOTA

Selasa, 09 Oktober 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Ukuran fungi dapat makro maupun mikroskopis. Fungi makroskopis seperti musroom, puffball, dan morel merupakan fungi yang dapat dimakan, sehingga ditanam secara komersial. Fungi mikroskopis merupakan fungi yang memiliki keanekaragaman luas dan memiliki arti penting secara ekonomi (negatif). Fungi mikroskopis sering merupakan parasit tanaman ekonomi, berkontribusi terhadap alergi, dan patogen oportunis manusia dan hewan.
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.






B.   Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, seperti berikut:
1.      Apakah pengertian dari fungi (jamur)?
2.      Ada berapakah divisi dalam klasifikasi kingdom fungi?

C.   Tujuan
Melihat rumusan yang masalah yang dibuat, maka dapat kita membuat beberapa tujuan, seperti berikut ini:
1.      Untuk mengetahui pengertian fungi atau jamur.
2.      Untuk mempermudah mahasiswa mengetahui divisi-divisi dalam klasifikasi jamur pada kindom fungi.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN JAMUR
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Sedangkan jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton foocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofit. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes.
Fungi adalah mikroba eukariota. Kapang primitif seperti kapang air dan kapang roti memproduksi filamen senositik (filamen multinukleus tanpa septa). Sedangkan kapang lebih maju memiliki filamen bersepta (uninukleus maupun multinukleus). Septa masih menyediakan pori untuk komunikasi sitoplasma antarsel (termasuk migrasi nukleus). Banyak fungi berbentuk sel tunggal yang disebut khamir. Beberapa fungi patogen oportunis memiliki bentuk dimorfis, yaitu secara alami berbentuk miselia, tetapi dapat berbentuk khamir ketika menjadi patogen atau sebaliknya.
Fungi memperoleh sumber karbon dari substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit) secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis sebelum terserap ke dalam sel

B.   KLASIFIKASI JAMUR
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

1.    Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n).
Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Contoh beberapa Zygomycotina :
a.    Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe.
b.    Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d. Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.

2.    Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang.
Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding).  Reproduksi generatif terjadi dengan mem bentuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake.
b. Penicillium spp.
Penicillium hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberapa contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:
1)   Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin).
2)   Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp.
Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1)   Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
2) Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
3) Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
4) Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.
5) Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
6) Aspergillus fumigatus
A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung.
d. Neurospora crassa
N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila.

3.    Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp.
Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang saling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks.. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing-masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masing-masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran.
3) Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung.
4) Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat.




























BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
Fungi memperoleh sumber karbon dari substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit) secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis sebelum terserap ke dalam sel.
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

B.   SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar  bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dan kritik dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang jamur dan klasifikasinya serta peranannya kehidupan.