Tampilkan postingan dengan label BOTANI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BOTANI. Tampilkan semua postingan

ASAL MULA TUMBUHAN VASKULER DAN TUMBUHAN VASKULER TAK BERBIJI

Jumat, 07 Desember 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
                Asal Mula Tumbuhan Vaskuler Perkembangan evolusi tumbuhan vaskuler dimulai sejak kira-kira 475 jutatahun yang lalu, yang terbagi menjadi beberapa periode evolusi . Periode pertama evolusi, yaitu selama masa Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan didugaberasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat(terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan gametangia berlapis yangmelindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada bryofita yang merupakantumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini berkembang menjadiberbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-selmembentuk pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke seluruh tubuhtumbuhan. Evolusi bryofita merupakan evolusi yang relatif dini dalam sejarahtumbuhan. Oleh karena sebagian besar bryofita tidak memiliki jaringan pembuluh maka bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler” atautumbuhan “tidak berpembuluh”.                               
                 Namun ada sebagian kecil bryofita yang memiliki jaringan pembuluh pengangkutan air. Dengan demikianpengelompokan bryofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar Periode kedua evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhanvaskuler (tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahunsilam. Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnyapada jenis paku-pakuan serta kelompok tumbuhan tak berbiji lainnya. Periode ketiga evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitustruktur yang melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahanlingkungan. Kemunculan tumbuhan biji ini mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas embrio dan cadangan makananyang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani:
Gymnos= „terbukaatau „telanjang; sperma= benih atau biji).

1.2  Rumusan Masalah
        Dari latar belakang diatas dapat kita mengambil suatu rumusan masalah sebagai berikit,
1.      Apa yang dimaksud dengan tumbuhan vaskuler ?
2.      Apa yang dimaksud tumbuhan vaskuler tak berbiji?
3.      Bagaimana evolusi tumbuhan vaskuler?


1.3  Tujuan
         Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuannya yaitu.
1.      Sebagai bahan refrensi untuk menunjang pengetahuan kita.
2.      Untuk dapat mengetahui asal muasal tumbuhan vaskuler.
3.      Untuk dapat mengetahui jenis tumbuhan vaskuler.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Mula Tumbuhan Vaskuler
                  Perkembangan evolusi tumbuhan vaskuler dimulai sejak kira-kira 475 juta tahun yang lalu, yang terbagi menjadi beberapa periode evolusi . Menurut Campbell dkk (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah adaptasi daratan oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan. Periode tersebut merupakan radiasi adaptif  yang mengikuti evolusi struktur bagi peluang kehidupan di darat. Keempat periode adalah sebagai berikut:
2.1.1 Periode pertama
                 evolusi, yaitu  selama  masa Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat(terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan gametangia berlapis yangmelindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada bryofita yang merupakan tumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-sel membentuk pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke seluruh tubuh tumbuhan. Evolusi bryofita merupakan evolusi yang relatif dini dalam sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian besar  bryofita tidak memiliki jaringan
 pembuluh maka bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler” atau tumbuhan “tidak berpembuluh”. Namun ada sebagian kecil bryofita yang
memiliki jaringan pembuluh pengang kutan air. Dengan demikian pengelompokan bryofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar
2.1.2 Periode kedua                 
                    Evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam. Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnya pada jenis paku-pakuan serta kelompok tumbuhan tak berbiji lainnya.


2.1.3 Periode ketiga          
                    evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan. Kemunculan  tumbuhan biji ini  mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas embrio dan cadangan makanan yang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani: Gymnos= „terbuka atau „telanjang; sperma= benih atau biji). Gymnospermae, terdiri atas Konifer dengan berbagai variasi jenisnya. Konifer dan Paku-pakuan mendominasi kehidupan di hutan belantara selama lebih dari 200 juta tahun.
2.1.4 Periode keempat                  
                  dalam evolusi tumbuhan terjadi pada masa  Kreta, zaman Mesozoikum sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh ruangan yang disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka kelompok ini disebut Tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae (Bhs. Yunani: Angion= “wadah”; spermae= benih atau biji)Betapapun  juga telah lama diyakini bahwa tumbuhan tumbuhan berevolusidari alga hijau, yaitu protista  fotosintetik yang hidup di air. Kelompok  alga hijau berkembang sangat pesat sehingga keanekaragamannya juga tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan kekerabatan jenis alga hijau yang termasuk karofita dengan tumbuhan karena adanya,
(1) Kesamaan DNA kloroplas alga hijau karofita dengan tumbuhan
(2) Kesamaan biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel dankomposisi enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan
(3) Kemiripan dalam  mekanisme  mitosis dan sitokinesis, yaitu  adanya  organel-organel mikrotubul, mikrofilamen aktin dan vesikula pada proses pembelahan sel.
(4) Kemiripan dalam ultra struktur sperma
(5) Adanya hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen danRNA.Karofita yang diwakili oleh ganggang karangan (Characeae) menunjukkan bahwa karofita dan tumbuhan memiliki nenek moyang yang sama. Karofita modern umumnya hidup di perairan dangkal, sementara karofita primitif diduga juga telah hidup di air dangkal yang mudah terancam kekeringan. Seleksi alam terjadi sehingga alga ini bertahan hidup di laut dangkal. Perlindungan terhadapembrio yang  berkembang di dalam gametangia merupakan cara adaptasi terhadap kekeringan, dan ternyata cara ini berguna pada saat mereka hidup di darat.

2.2 Evolusi Tumbuhan
            (Adaptasi dari: Campbell, 2003)
 Bryofita merupakan tumbuhan “darat” awal yang berevolusi dari jenis yang hidup di air. Adaptasi ini belum sempurna, sehingga bryofita memerlukan tempat hidup yang lembab. Bryofita (Bhs Yunani+ “lumut”) menunjukkan adaptasi penting dengan kehidupan darat yaitu adanya, arkegonium (gametangium betina) dan anteridium (gametangium jantan). Arkegonium menghasilkan satu sel telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela. Sel telur dibuahi di dalam arkegonium dan kemudian berkembang menjadi zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ betina. Sekalipun embrio telah terlindung sedemikian rupa, namun bryofita belum sepenuhnya terbebas dari kehidupan air. Untuk bereproduksi, sperma berflagela (ciri kehidupan air) masih tetap memerlukan air untuk dapat membuahi sel telur. Bryofita juga tidak  memiliki jaringan “lignin dan tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan berdifusi dan diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya 1-2cm, namun ada yang mencapai 20 cm.

2.2.1 Bryofita terdiri atas 3 divisi, yaitu:

2.2.1.1 Divisi Lumut Daun (Divisi Bryofita)
                   Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumutini hidup berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air. Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza= akar;-oid= mirip) sebagai alat untuk  melekat pada  substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang mirip akar, mirip daun dan mirip batang. Bagian “akar”, “batang”, dan “daun” ini memang berbeda strukturnya dengan akar, batang, dan daun sejati pada tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun” -nyadapat menyelenggarakan fotosintesis. Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan Sphagnum (lumut gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 % permukaan bumi kita. Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan karbon organik yang tak mudah diuraikan oleh mikroba.

2.2.1.2 Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)
                         Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan keanekaragaman Disebut lumut hati karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus yang mengingatkan kita pada lobus hati. Siklus hidupnya mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk  Gemmae yang terdapat di dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke luar dari mangkuk oleh tetesan air hujan.

2.2.1.3 Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)
                      Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang memanjang mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat diperoleh bukti bahwa lumut tanduk merupakan kelompok bryofita yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi bryofita tersebut telah berhasil hidup di darat dan beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini bahwa pada 50 juta tahun pertama sejak lahirnya komunitas darat, lumut merupakan satu-satunya tumbuhan yang mendominasi daratan
2.3 Evolusi Tumbuhan Vaskuler
                  Di atas telah diuraikan bahwa kelompok  bryofita telah berhasil beradaptasi dengan kehidupan darat, sekalipun tidak  sepenuhnya dapat hidup ditempat yang kurang air. Pada bagian “daun”nya terdapat stomata dan kutikula yang mirip dengan tumbuhan vaskuler. Keberadaan stomata dan lapisan kutikula ini merupakan tahap evolusi bryofita terhadap  kehidupan di darat. Tubuh tumbuhan bryofita juga telah mengalami diferensiasi menjadi bagian-bagian yang mirip akar, mirip batang dan mirip daun. Pada tumbuhan vaskuler, tubuhnya juga berdiferensiasi menjadi akar,batang, dan daun sejati. Sistem perakaran di bawah permukaan tanah berfungsi: untuk menyerap air dan zat hara. Sistem tunas di atas permukaan tanah akan menghasilkan daun yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses fotosintesis. Pada bagian batang terdapat jaringan vaskuler yang membentuk sistem pembuluh angkut. Sistem pembuluh angkut terdiri atas,
                  Xylem (pembuluh kayu) dan floem(pembuluh tapis). Pembuluh kayu yang berbentuk tabung sebenarnya merupakan sel mati, namun dindingnya masih merupakan sistem pipa kapiler mikroskopis untuk mengangkut air dan zat hara dari akar kebagian tubuh tanaman. Floem merupakan jaringan sel hidup yang berfungsi menghantarkan makanan, yang mendistribusikan gula, asam amino, dan zat-zat lain dari daun ke seluruh bagian tubuh tanaman. Adaptasi terhadap kehidupan darat lainnya adalah lignin
(zat kayu) yang terdapat di dalam matriks selulosa dinding sel, sifatnya keras, dan berfungsi untuk  menyokong batang tumbuhan agar kokoh. Adanya lignin sangat penting bagi tumbuhan darat, karena lingkungan darat tidak memberikan sokongan eksternal seperti lingkungan air. Alga yang tumbuh di air tidak  memerlukan zat lignin karena lingkungan sekitarnya menunjang tubuhnya sedemikian rupa.Sel-sel pembuluh kayu memiliki dinding berlignin yang memiliki dua fungsi yaitu  (1) sebagai jaringan vaskuler dan  (2) sebagai penyokong tubuh tanaman. Pada tumbuhan yang kecil dan tak berkayu, maka tekanan turgo rmembantu agar tumbuhan tetap tegak, namun pada pohon dan tumbuhan yang besar harus ada lignin agar dapat tegak. Berbagai fosil tumbuhan ditemukan pada lapisan sedimen masa Silur dan Devon. Tumbuhan ini terfosilkan dengan sangat indahnya, hingga tampak susunan jaringan mikroskopiknya. Fosil tumbuhan tertua adalah Cooksonia yang ditemukan di lapisan Silur di Eropa dan Amerika Utara. Temuan di dua benua yang berbeda ini menunjukkan bahwa dahulu kala kedua benua ini masih bersatu. Perbedaan Cooksonia
dengan bryofita adalah pada siklus hidupnya. Pada bryofita tahap gametofit merupakan tahap dominan. Pada tumbuhan vaskuler awal, tahap sporofit-lah yang dominan, yang ditandai oleh adanya sporangia. Sporofit Cooksonia bercabang, hal ini menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan sporofit bryofita yang tak bercabang. Percabangan berfungsi untuk meningkatkan jumlah sporangia dan spora yang dihasilkan oleh tubuh tumbuhan, sehingga dapat lebih banyak menghasilkan keturunan. Percabangan ini juga merupakan bahan mentah bagi evolusi tumbuhan vaskuler. Daun pada tumbuhan vaskuler diduga berevolusi dari terbentuknya jalinan jaringan beberapa cabang yang tumbuh berdekatan.
                                                                                                           



 Contoh Divisi Bryofita
(Sumber: Keeton, 1980)
Keterangan:                                       
A.Musci (lumut daun) 
B.Marchantia (lumut hati)
C.Anthoceros (lumut tanduk)
2.4 Tumbuhan vaskuler tak berbiji
                Tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhanvaskuler tak berbiji. Tumbuhan vaskuler tak berbiji dimulai sejak 360 juta tahun silam yaitu pada masa. Karbon.Filogeninya digambarkan sebagai berikut: Karofita, Bryofita Tumbuhan vaskuler tak berbiji Gimnosperma, Angiosperma.
2.4.1 Filogeni tumbuhan vaskuler tak berbiji
             (Adaptasi dari: Campbell 2003) Baik pada Cooksonia maupun tumbuhan vaskuler tak berbiji, siklus hidupnya didominasi oleh generasi sporofit. Generasi gametofitnya  sangat kecil dan terdapat di permukaan tanah. Berkurangnya dominasi generasi gametofit dalam evolusi tumbuhan merupakan bentuk kecenderungan tumbuhan  untuk  beradaptasi dengan  kehidupan darat.  Pada jenis  paku-pakuan, ada dua macam tumbuhan sporofit,  yaitu  paku homospora dan paku heterospora. PAKU HOMOSPORA= Sel telur Sporofit  Spora Gametofit (berukuran sama)  (biseksual) Sperma. Sedangkan PAKU HETEROSPORA= Megaspora, Gametofit, betina, Sel telur, Sporofit Mikrospora, Gametofit, , jantan Sperma.
Perbandingan antara paku homospora dan heterospora
                      paku homospora menghasilkan spora yang sama bentuk dan ukurannya, sementara paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yaitu megaspora dan mikrospora. Megaspora menghasilkan gametofitbetina (arkegonium) sedangkan mikrospora menghasilkan gametofit jantan (anteridium). Anggota paku heterospora diantaranya ada yang berevolusi kembali ke air. Tumbuhan vaskuler tak berbiji terdiri atas tiga divisi:
2.4.1.1. Divisi Lycophyta (likofita)                                                
                  Paku likofita berevolusi selama masa  Devon dan mendominasi daratan selama masa Karbon. Pada masa itu, divisi Lycophyta berevolusi menjadi dua kelompok yaitu:(1) Kelompok yang berevolusi menjadi pohon berkayu dengan diameter batang 2 meter dan tinggi lebih dari 40 meter. (2) Kelompok yang tetap berukuran kecil, berbentuk herba (tak berkayu), contohnya Lycopodium (paku “lumut”, paku kawat,“pinus tanah”)
 Spesies Lycophyta raksasa mendominasi rawa Karboniferous selama jutaan tahun, dan kemudian punah ketika terjadi perubahan suhu di bumi dan rawa-rawa mengering pada akhir periode Karbon. Spesies Lycophyta yang berukuran kecil hidup dekat permukaan tanah di dasar hutan atau hidup sebagai epifit pada pohon lain. Penyebarannya mulai dari hutan beriklim sedang hingga hutan tropika.
2.4.1.2 Divisi Sphenophyta (paku ekor kuda)
                         Kelompok sphenophyta dikenal sebagai paku ekor kuda ( horse tail), contohnya Equisetum. Tumbuhan paku ini termasuk kelompok tumbuhan vaskuler primitif yang telah menghuni daratan sejak masa Devon.Kelompok ini mendominasi daratan pada masa karbon, beberapa spesies diantaranya mencapai tinggi 15 meter. Paku ekor kuda yang bertahan hingga masa kini adalah genus tunggal. Equisetum dengan kira-kira 15 spesies yang tersisa. Hidup di bumi belahan utara hingga daerah tropika di tepian aliran sungai. Paku ekor kuda merupakan paku homospora.Tumbuhan yang terlihat adalah generasi sporofit. Pembelahan meiosis terjadi di dalam sporangia dan menghasilkan spora haploid. Gametofit berkembang dari spora, berukuran sangat kecil hanya beberapa millimeter saja.
2.4.1.3.Divisi Pterophyta (Pakis)
                            Divisi ini sangat beranekaragam, dikenal sebagai “pakis” dengan
 jumlah spesies lebih dari 12.000 spesies yang hidup hingga masa kini. Jumlah spesies sterbanyak terdapat di daerah tropika, tetapi ada beberapa spesies yang hidup di daerah beriklim sedang. Daun pakis berukuran besar, berbeda dengan daun lycophyta. Diduga bentuk daun mengalami evolusi, setiap daun pakis yang disebut megafil kemungkinan berasal dari beberapa daun-daun kecil yang berdekatan. Daun pakis merupakan daun majemuk, ketika masih muda menggulung dan ujungnya membentuk seperti ujung biola, dan kemudian berangsur sempurna seiring dengan membukanya gulungan daun tersebut. Ada pohon pakis yang berukuran besar yang hidup di daerah tropika, misalnya “pakis haji”.

                Tumbuhan vaskuler tak berbiji sangat dominan pada masa karboniferous sekitar 290-360  juta tahun silam, dan pada masa kini meninggalkan spesies yang masih hidup dan juga bahan bakar fosil dalam bentuk batu bara.
A.Lycopodium 
B.Equisetum 
C. Pakis


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
          Adaptasi tumbuhan daratan dievolusikan saat tumbuhan vaskuler di tuunkan dari nne moyangyang menyerupai briofita. Sporofit bercabang pada tumbuhan vaskuler memperbanyak produksi spora dan memungkinkan terbentuknyatubuh yang lebih kompleks, cooksonia adalah contoh tumbuhan pada masa silur yang memiliki dua percabangan.
                 Siklus hidup yang didominasi oleh sporofit di evolusikan kepada tumbuhan vaskuler tak berbiji, suatu variasi dalam siklus hidup adalah kontras antara tumbuhan homospora dan heterospora. Tiga divisi tumbuhan vaskuleryaitu likofita, ekor kuda dan pakis.
                 Tumbuhan vaskuler tak berbiji membenruk “ hutan batu bara “ selama masa karboniferus. Batu bara terbentuk dari gambut, badan tumbuhan rawa yang dibusukkan secara persial.

PENGENDALIAN GULMA PADA BAWANG MERAH DENGAN HERBISIDA PENDIMETHALIN

Selasa, 09 Oktober 2012

PENGENDALIAN GULMA PADA BAWANG MERAH DENGAN HERBISIDA PENDIMETHALIN

Tanaman bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang tergolong sayuran rempah dan banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna manambah cita rasa dan kenikmatan.
Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya.  Agar kebutuhannya dapat selalu terpenuhi maka perlu diimbangi dengan peningkatan produksi dan perbaikan mutu guna mencukupi permintaan.  Salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi yaitu teknik budidaya bawang merah yang baik.
Dalam hal teknik budidaya kehadiran gulma merupakan salah satu faktor penghambat, karena dapat mengganggu proses pembudidayaan tanaman.  Kehadiran gulma dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperoleh unsur-unsur penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti unsur hara, mineral, air, CO2, cahaya, dan ruang tumbuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan hasil dan mutu tanaman.
Gulma yang tumbuh di sekitar lahan budidaya akan menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga asupan unsur hara tidak diterima secara utuh oleh tanaman bawang merah.  Besarnya penurunan hasil yang diakibatkan oleh kehadiran gulma menunjukkan pentingnya pengendalian dan pengelolaan gulma yang baik agar produktifitas yang diinginkan dapat tercapai.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan gulma yaitu: (1) secara kultur teknis, (2) secara mekanis, (3) secara biologis, dan (4) secara kimiawi.  Pengendalian yang banyak dilakukan yaitu dengan cara kimiawi menggunakan herbisida, karena penggunaan herbisida memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain.
Keuntungan dari penggunaan herbisida yaitu: (1) lebih cepat menekan pertumbuhan gulma, (2) lebih ekonomis, (3) lebih efektif, dan (4) menghemat tenaga kerja dan waktu. 
Salah satu herbisida yang digunakan yaitu pendimethalin yang bersifat selektif dan sistemik.  Herbisida pendimethalin yang diaplikasikan secara pratumbuh akan diabsorpsi dengan cepat oleh membran dan biji yang sedang berkecambah, tetapi tidak segera ditranslokasikan karena translokasi dari akar ke tajuk sangat sedikit.
Penggunaan herbisida pada lahan budidaya bawang merah akan mengakibatkan perubahan komposisi gulma, karena herbisida yang digunakan hanya mampu mengendalikan gulma golongan tertentu saja (selektif), gulma yang menjadi target sasaran akan terkendali, sedangkan bagian vegetatif gulma yang masih tersisa dalam tanah akan berkecambah dan tumbuh kembali menjadi gulma baru.  Selain itu perubahan komposisi gulma juga dikarenakan gulma memiliki tanggapan dan kecepatan tumbuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang dalam hal pengendalian gulmanya memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dibandingkan tanaman lainnya.  Selain jarak tanam yang relatif rapat, keadaan fisiologis tanaman bawang merah juga mempengaruhi perlakuan dalam hal pengendalian gulma, seperi tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, batang dan daun bawang merah sulit atau bahkan tidak bisa dibedakan.  Hal inilah yang juga menjadi perhatian saat akan dilakukan pengendalian gulma pada lahan budidaya bawang merah selain faktor lingkungan seperti keadaan iklim di sekitar lahan budidaya, sifat fisika dan kimia tanah lahan budidaya, dan keadaan gulma yang akan dikendalikan.
Karena sifatnya yang sistemik dan selektif serta mudah diabsorpsi oleh akar tumbuhan, maka herbisida pendimethalin dipilih untuk menjadi salah satu herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya bawang merah.  Hal ini disebabkan karena pada lahan budidaya bawang merah terdapat jenis gulma yang berbeda-beda dan diharapkan pendimethalin mampu untuk mengendalikan gulma dengan jenis yang berbeda-beda tersebut.