BUDIDAYA CENDAWAN

Minggu, 20 Januari 2013

PEMBUDIDAYAAN CENDAWAN
FIRDAUS

Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Cendawan adalah jamur atau tubuh buah yang fungsi utamanya menghasilka meneyebarluaskan berbylium-bylium spora ke lingkungan. Ada cendawan yang dimasukkan kedalam ascomycota, akan tetapi sebagian besar cendawan yang dikenal sampai sekarang dimasukkan kedalam basidiomycota. Semua cendawan yang dapat dimakan adalah saprofit.
Menurut chang (1993) budidaya cendawan mulai mendapat perhatian besar karena jumlah penggemar jamur pangan makin meningkat didunia. Selain itu, pemanfaatna bahan limbah yang sebelumnya mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan cendawan sampai ke taraf industry.
A.     CARA BUDIDAYA CENDAWAN
Pembudidayaan cendawan atau di masyarakat lebih dikenal sebagai pembudidayaan jamur, semula merupakan suatu bioteknologi sederhana dan meliputi tiga jenis kegiatan: 1) pembuatan spawn atau inokulun, 2) pembuatan kompos, yaitu substarat yang akan ditumbuhi oleh jamur, 3) pengaturan lingkungan pertumbuhan agar diperoleh produksi jamur yang maksimal.
1.       Pembuatan Spawn
Chang (1982) dan Yong dan leong (1983) telah menerbitkan suatu cara spawn yang sederhana untuk budidaya cendawan di lingkungan rumah, tetapi memberikan hasil yang lebih baik. Caranya sederhana sebagai berikut:gunting dibersihkan dengan alcohol 70%, kemudian sebagian dari hemanium cendawan tempat basidiospora dibentuk, dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut dicuci dengan aqua destilata steril, dikeringkan dengan kertas saring steril kemudian potongan tersebut langsung diletakkan di atas medium PDA dalam cawan petri dan diinkubasikan dalam suhu kurang lebih 28-30 0C.
Koloni cendawan yang tumbuh kemudian dipotong di bagian pinggir koloni, jadi agar dan miselium dipindahkan kecawan petri dengan PDA segar. Perlakuan tersebut diulang beberapa kali sampai diperoleh miselium yang benar-benar murni. Sementara sebuah botol steril bermulut lebar sudah disipkan dan diisi dengan kompos yang sudah di uap kurang lebih 3 jam pada suhu 60 0C. bagian tengah dari kompos yang sudah dingin ditekan ke dalam. Miselium yang sudah dibiarkan tumbuh lebat didalam cawan petri diambil secara aseptic dengan memutar-mutar jarum tanam sehingga miselium menggulung sekitar ujung jarum kemudian dimasukkan ke dalam lubang kompos tersebut. Yong & Leong (1983) memasukkan langsung potongan agar + miselium ke dalam kompos tersebut. Apabila substratnya sekam padi atau saw dust kayu, maka agar+miselium tersebut langsung dicampurkan secara diaduk-aduk dengan substratnya. Botol kemudian ditutup dengan sumbat kapas steril yang dibungkus kain kasa dan diinkubasikan pada suhu 30-32 0C selama 6-7 hari agar semua kompos sampai kedasar botol tertutup oleh miselium. Kompos yang bermiselium tersebut yang disebut spawn. Spawn harus diobservasi teratur agar tidak terkontaminasi oleh pertumbuhan kapang pengganggu, seperti spesies dari genera Neurospora, Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium (chang 1982; yong & leong, 1983). Kehadiran kapang pengganggu dapat dikenali dari warna konidia pada kompos. Apabila terjadi kontaminasi, maka seluruh Spawn dalam botol harus dimusnahkan segera.

2.       Pembuatan Kompos
Salah satu persyaratan substrata tau kompos yang akan menjadi tempat pertumbuhan cendawan adalah harus mengandung seluruh nutrisi yang diperlukan atau yang mendukung pertumbuhan cendawan. Limbah alam yang masih banyak mengandung bahan organic seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan energy untuk cendawan. Bagian limbah yang berukuran besar biasanya dihancurkan terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil. Limbah tersebut disusun menjadi bedeng-bedeng menurut ukuran tertentu sesuai tempat yang tersedia dan ditutup dengan lembar plastik untuk mencegah pengeringan. Dalam substrat akan terjadi suksesi pertumbuhan beberapa beberapa generasi organisme meliputi bakteri, actinomycetes, kapang dan juga protozoa yang secara bergantian mendominasi substrat pada tahap-tahap tertentu.
Pada awalnya, mikroorganisme yang akan mengurai senyawa organic dan nitrogen terlarut adalah mikroorganisme mesofil. Aktivitas metabolisme mereka menghasilkan karbon dioksida, ammonia, dan meningkatkan suhu dalam substrat. Suhu akan meningkat sampai 40-450C, dan sebagian besar mikroorganisme mesofil akan mati.
Substrat sekarang dikuasai oleh kapang-kapang termofil seperti Humicola fuscoatra, H. grisea, Aspergillus fumigates, Chaetomium thermophile, dan cendawan Coprinus cinereus. Setelah aktivitas mikroorganisme termofil selesai, suhu akan menurun dan kompos siap untuk diinokulasi dengan Spawn.

3.       Pengaturan Lingkungan Pertumbuhan
Apabila kompos berupa bedeng sudah siap, maka substrat dalam botol yang sudah penuh ditumbuhi miselium dikeluarkan, dihancurkan, dan ditabur di atas bedeng kompos tersebut. Bedeng kemudian ditutup dengan plastik untuk mencegah penguapan air dari kompos terutama bila proses tersebut berlangsung di luar. Pengawasan factor lingkungan (terutama suhu) menjadi sangat penting.

4.     Pemanenan Cendawan
a.   Ciri jamur siap tanam:
Ø Bila masih ada tonjolan, panen dilakukan keesokan harinya.
Ø Bila bulat sudah merata, jamur siap panen.
b.   Cara panen jamur:
Ø Lebih baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah disterilkan.
Ø Tinggalkan / sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen.
Ø Media tidak boleh terangkat.
c.    Penyebab menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak:
Ø Pasteurisasi tidak matang.
Ø Dedak tidak matang.


B.      MANFAAT DAN NILAI GIZI CENDAWAN
Pemanfaatan cendawan oleh manusia bukan hanya karena lezat tetapi juga mengandung gizi: mineral, serat, protein, serta beberapa asam amino esensial. Cendawan tidak boleh digunakan sebagai pengganti daging, ikan, atau telur tetapi hanya sebagai suplemen.
Li dan Chang (1982) melakukan studi mengenai gizi Volvariella volvaceae dan melaporkan bahwa kisaran kandungan air cendawan segar adalah 88,68-89,46%. Lemak kasar dihitung berdasarkan berat kering (%) adalah 1,14-3,65%, karbohidrat bebas nitrogen, serat kasar (fiber), protein kasar, abu. Berikut juga diuraikan beberapa manfaat cendawan:
1.     Sebagai bahan pangan.
2.     Sebagai bahan kosmetika.
3.     Sebagai bahan obat-obatan.
4.     Sebagai sumber penghasilan.
5.     Sebagai pengurai atau dekomposer apabila bersifat saprofit.

0 komentar:

Posting Komentar