CARINATAE

Jumat, 07 Desember 2012

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari pada hewan lain. Beberapa burung memiliki ukuran besar, sebagian diurnal dan sebagai anggota kelas; maka burung banyak hidup berdampingan dalam lingkungan manusia. Burung memiliki keindahan bentuk dan warna serta cara perkawinan yang menarik. Beberapa aspek pada burung seperti pola terbang, makanan dan kegiatan kawin tidak terlalu sulit untuk diamati. Aspek lain yang menarik adalah tingkah laku burung , suara , siulan dan nyanyian yang indah yang sangat spesifik bagi tiap-tiap burung. Burung berkembang dari reptilia. Dalam makalah ini kami akan membahas Carninatae atau burung yang dapat terbang, dan jenis carinatae yang berjengger, bermangsa, dan mencari makan di udarah.


1.2 Rumusan Masalah
            Dalam latar belakang di atas dapat kita merumuskan suatu masalah yaitu.
1.      Bagaimana cara burung mencari makan di udarah ?
2.      Burung apa saja yang berjengger?
3.      bagaimana ciri-ciri dari carinatae?


1.3 Tujuan
         Dari rumusan masalah diatas dapat kita beri tujuan seperti.
1.      Untuk mengetahui bagaimana burung mencar makan diudara.
2.      Agar dapat mengetahui burung apa saja yang berjengger dan cirri-ciri carinatae.
3.      Sebagai bahan refrensi, untuk menunjang pengetahuan kita.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Carinatae  yang  bertengger

Ordo yang dikelompokan sebagai burung yang bertengger terdiri atas burung pemangsa, dan seri dari burung arboreal, yang berkisar dari jenis-jenis merpati hingga burung pelatuk dan passerines. Di samping itu juga termasuk jenis burung aerial feeders atau burung pemakan di udara yang terdiri atas burung layang-layang dan burung cabak yang sebenarnya paradoks dengan sebutan sebagai burung

yang bertengger. Burung layang-layang memiliki kaki-kaki yang kecil sehingga tak mungkin bertengger, sedangkan burung cabak (night jars ) akan mudah terlihat oleh musuh bila bertengger karena warna bulu yang kriptik. Di lain pihak, sebenarnya ―bertengger‖ bukan kemampuan yang hanya dimiliki oleh ordo ini, sebab burung-burung yang berjalan maupun burung akuatik juga mempunyai kemampuan bertengger. Namun demikian sebagian besar burung yang termasuk ordo ini biasanya hidup bertengger, melakukan perkawinan di pohon atau perdu, dan dengan cara ini mereka dapat menghindari predator yang tak dapat memanjat. Burung pemangsa Burung arboreal Burung bertengger Burung pencari makan di udara Passerines
                       
2.2 Carinatae  Pemangsa
Burung pemangsa memiliki kombinasi terbang, kaki yang dapat digunakan untuk memegang mangsa dan paruh yang khas sehingga merupakan burung yang mampu menguasai sebagian besar lingkungan dengan rentang makanan yang luas. Sebagian besar burung pemangsa memakan makanan yang berenergi tinggi yang berasal dari daging vertebrata. Dua ordo burung pemangsa merupakan karnivora puncak dalam rantai makanan. Burung predator
ini terdiri atas Falconiformes, yang meliputi jenis elang, falcon, rajawali, dan predator nokturnal yaitu Strigiformes yang meliputi jenis-jenis burung hantu. Kedua ordo ini sebenarnya tidak berkerabat, namun karena memilki kesamaan ekologi maka mereka memiliki tingkat konvergensi sebagai burung predator. Kedua kelomok ini memiliki kaki yang kuat yang dilengkapi oleh cakar kuat untuk membunuh mangsa dan paruh yang melengkung yang beradaptasi untuk merobek daging. Akan tetapi mereka memilki perbedaan lokaksi pencarian mangsa. Falconiformes yang diurnal mempunyai penglihatan yang yang sangat tajam, sedangkan Strigi formes yang nocturnal memilii pendengaran yang sangat tajam untuk mendeteksi mangsanya. Di samping itu mereka juga memilki kemampuan terbang yang tidak menimbulkan suara karena mempunyai susunan bulu terbang khusus. Burung hantu mempunyai mata besar yang beradaptasi dengan keadaan gelap dan penglihatan binokuler untuk melengkapi kemampuan terbang ―sunyi‖ dan pendengaran binaural. Predator diurnal mempunyai rentang radiasai adaptif yang lebih luas dari pada burung hantu, termasuk bentuk yang sangat berbeda seperty burung secretary dan burung pemakan bangkai. Burung secretary mampu menangkap ular berbisa dengan kakinya yang panjang dengan sekali sergap. Burung pemakan ikan yaitu famili Accipitridae mempunyai sisisk-sisik tajam pada kakinya untuk mencengkeram mangsanya yang bertubuh licin.

PENGELOMPOKAN DAN FISIOLOGI RESEPTOR DAN PENERIMAAN RANGSANGAN OLEH RESEPTOR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

                Di dalam tubuh manusia terdapat sisitem koordinasi yang akan mengatur agar semua organ dapat bekerja secara serasi. System koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya, dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Rangsangan merupakan informasi yang dapat di terima hewan. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang internal maupun yang eksternal. Rangsang eksternal (berasal dari lingungan di luar tubuh hewan) dapat berupa sasuatu hewan. linitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya. Sedangkan rangsangn yang berasal dari dalam tubuh hewan (internal) dapat berupa suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium dalam darah. Untuk dapat menerima rangsangan dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang.. alat yang di gunakan untuk menerima rangsang yang disebut sebagai reseptor yang sangat bertalian erat dengan system koordinasi yang di miliki oleh semua makhluk hidup khususnya hewan.
                 Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Organ indra kita adalah reseptor (penerima rangsang). Pada indra terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsang tertentu. Rangsangan yang di terima di teruskan melalui serabut sraf sebagai impuls saraf. Sedangkan efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada hewan adalh otot dan kelenjar.






1.2 . Rumusan Masalah
                Dari latar belakang diatas dapat kita memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang di maksud dengan reseptor?
2. Bagaimanakah struktur reseptor?
3. Bagimanakah mekanisme penerimaan rangsang oleh reseptor?
4. Apakah yang di maksud dengan efektor?
5. Bagaimanakah struktur efektor?
6. Bagaimanakah mekanisme respon tanggapan oleh efektor?



1.3 . Tujuan
                 Dari rumusan masalah diatas dapat kita berbagai tujuan antara lain.
1. Mengetahui dan memahami yang di maksud dengan reseptor.
2. Mengetahui struktur resepror.
3. Mengetahui mekanisme penerimaan rangsang oleh reseptor.
4. Memahami apa itu reseptor.
5. Mengetahui struktur efektor.
6. Mnegetahui mekanisme atau cara kerja efektor.










BAB  II
PEMBAHASAN

2.1. Reseptor
               Informasi mengenai keadaan lingkungan yang dapat di terima hewan sangat beragam, antara lain suhu, kadar garam, cahaya, kelembapan, dan tekanan udara. Berkaitan dengan hal tersebut, alat penerima rangsang (reseptor) yang di miliki hewan juga beragam. Berarti reseptor pada hewan harus dapat berfungsi untuk menrima berbagai jenis informasi.  Reseptor adalah bagian dari sistem syaraf yang berperan sebagai penerima rangsangan dan sekaligus sebagai pengubah rangsangan yang diterimanya menjadi impuls sensoris. Impuls sensoris inilah yang dikirimkan ke Sistem Syaraf Pusat. Stimulasi pada suatu reseptor merupakan informasi mengenai terjadinya perubahan dari lingkungan eksternal dan internal tubuh terhadap Sistem Syaraf Pusat. Selanjutnya, Sistem Syaraf Pusat akan mengolahnya dan memberikan jawaban berupa pengaturan yang sesuai, sehingga kelestarian hidup tetap terjamin dan terpelihara kelangsungannya. Stimulus, merupakan suatu bentuk energi yang banyak ragamnya di alam ini.
                Bentuk-bentuk energi tersebut adalah energi mekanis-tekanan, energi thermis-derajad suhu, energi khemis-bau,rasa, kadar O2 dan kadar CO2, energi cahaya-gelombang cahaya, energi suara-gelombang suara. Masing-masing reseptor disesuaikan untuk memberikan respons pada suatu bentuk energi tertentu. Bentuk energi khusus yang memberikan respons reseptor paling peka disebut rangsangan adekwat. Reseptor sering kali berada di dalam suatu wadah yang terbuat dari sel-sel non syaraf, membentuk suatu organ sensorik (mata,telinga dan lain-lain). Reseptor rasa bagi asam-asam amino telah diidentifikasi.
 1. Klasifikasi Reseptor Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya                    reseptor tertentu hanya akan menerima rangsang jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu hewan, dapat di temukan berbagai macam reseptor. Reseptor dapat di kelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang dan jenis/sifat rangsang yang dapat di terima oleh reseptor tersebut.

2.1.1 Berdasarkan strukturnya, reseptor di bagi menjadi dua yaitu:
a. Reseptor saraf
              Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.
b. Reseptor nonsaraf
          Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf.
2.1.2 Berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terimanya, reseptor dapat di bedakan menjadi enam
a. Kemoreseptor, reseptor yang menerima rangsang berupa rangsangan zat kimia.
b. Termoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan     suhu.
c. Mekanoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan mekanik.
d. Fotoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan cahaya.
e. Megnetoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan medan magnet.
f. Elektroreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan listrik.
2.1.3 Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat di terimanya, reseptor di bedakan menjadi dua jenis
1. Interoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh. Contoh interoreseptor ialah kemoreseptor untuk memantau pH, kadar gula, dan kadar kalsium dalam cairan tubuh.
2. Eksteroreseptor, berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh hewan. Contoh ekteroreseptor ialah reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan reseptor cahaya (mata). Dalam system saraf, rseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan efektor berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan efektor berhubungan dengan saraf motorik. Reseptor bertugas sebagai transduser (pengubah energy) yang mengubah energy dari suatu bentuk energy yang lain. Pada saat sampai di reseptor, semua energy dalam bentuk apapun akan segera di ubah menjadi energy listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi.

2.2  Mekanisme Kerja dan Struktur Reseptor
               Cara berfungsinya reseptor yaitu, apabila suatu jens reseptor menerima rangsang yang sesuai maka membrane reseptor tersebut akan mengalami serangkaian pristiwa yang menyebabkan timbulnya potensial aksi pada bagian tersebut. Potensial aksi yang terbentuk di namakan potensial reseptor atau potensial local. Dalam hal ini, potensial aksi tidak menjalar ke bagian lainnya. Namun, jika rangsang yanjg di terima reseptor cukup kuat, potensial reseptor yang timbul akan lebih besar.. makin besar rangsang yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan, hingga dapat melampaui batas ambang perangsangan pada membrane. Apabila hal ini terjadi, potensial aksi akan menyebar ke membrane di sebelahnya, hingga ke sel saraf aferen, bahkan ke membrane sel berikutnya. Dalam keadaan yang demikian, potensial aksi yang terbentuk pada reseptor di namakan potensial generator. Misalnya pada mekanoreseptor mempunyai pintu ion yang akan berubah keadaannya, menjadi terbuka atau tertutup, akibat terjadinya deformasi mekanik pada pintu ion tersebut.                     Deformasi mekanik ialah perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan. Saat istirahat, protein penyusun pintu ion memperlihatkan bentuk fisik tertentu sehingga jalan masuk ion dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang sampai pada reseptor tersebut akan menyebabkan bentuk fisik protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga pintu untuk ion tertentu akan terbuka. Ketika deformasi mekanik mennghasilkan pembukaan pintu ion Na+, ion tersebut akan berdifusi ke dalam sel. Hal ini meyebabkan depolarisasi membrane mekanoreseptor.                              Mekanisme timbulnya depolarisasi pada reseptor tersebut sama seperti yang terjadi pada sel saraf. Supaya hewan dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengna rangsang yang di terimanya misalnya sentuhan, potensi local yang timbul pada reseptor harus dijalarkan keseluruh bagian system saraf. Dengan demikian, potensial yang terbentuk pada reseptor harus berupa potensial generator.
Reseptor nyeri/sakit merupakan reseptor yang menunjukkan kemampuan beradaptasi tonik. Bagi reseptor nyeri, kemampuan beradaptasi tonik merupakan hal yang penting karena timbulnya rasa sakit merupakan tanggapan yang bertujuan untuk melinddungi tubuh. Apabila reseptor nyeri memperlihatkan gejala adaptasi fasik, hewan terancam bahaya yang besar karena tidak akan berusaha menghindari rangsanng tersebut. Padahal,rangsang yang menyakitkan pada umumnya berpotensi menimbulkan kerusakan. Ooleh karena itu, jelas bahwa gejala adaptasi tonik pada reseptor nyeri sangat menguntungkan hewan.

2.3 Reseptor Dan Efektor
            Rangsang yang masuk dalam organisme ada dua, yaitu : rangsang dari dalam dan rangsang dari luar.
            Efektor adalah alat penghasil tanggap yang tanggapannya dapat terlihat ( gerak tubuh) dan tidak dapat terlihat (sekresi hormonkemudian yang dihasilkan dari tanggapan tersebut tergantung dari jenis rangsang dan efektornya. Proses tanggapan ada tiga macam : tanggapan perubahan gerak, tanggapan perubahan warna dan tangggapan perubahanpelepasanarus.
2.4 Sistem Rangka Hewan
            Rangka hidrostatis terdapat pada Invertebrata yang bertubuh luna, fungsinya mirip dengan gerakan Amuboid. Rangka luar terdapat di luar tubuh, fungsinya melindungi diri danpelekat otot. Rangka dalam terdapat di dalam tubuh Vertebrata, pada invertebrate  rangka mengandung berbagai garam kalsium dan fungsi sama dengan hewan lain.
            Cara kerja reseptor contohnya mekanoreseptor, mekanoreseptor masuk ke pintu ion terbuka dan tertutup kemudian terjadi deformasi meknik ( perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan). Rangsang dan tangggapan berhubungan rumit dan erat, kekuatan rangsang tidak sama dengan kekuatan tanggapan maka terjadilah kemampuan reseptor beradaptasi terhadap rangsang, yaitu : reseptor beradaptasi degan cepat dan reseptor beradaptasi dengan lambat.
            Efektor adalah alat penghasil tanggapan baik yang terlihat (gerakan tubuh) maupunyang tidak terlihat (sekresi hormon) yang dihasilkannya tergantung dari jenis jaringan rangsang dan jenis efektor. Proses tanggapan ada tiga : tangggapan perubahan gerak, tanggapan perubahan warna dan tanggapan pelepasan arus listrik. System gerak hewan ada rangka hidrostatik, rangka luar dan rangka dalam.         
            Endokrinologi adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang hormon dan aktivitasnya. Hormon adalah satu dari sistem komunikasi utama dalam tubuh meskipun kadarnya hanya dalam jumlah yang sangat kecil namun dapat menjalankan atau menghentikanproses-proses metabolik.      
            Komponen penyusun organ endokrin yaitu : sel neurosekretori dan sel endokrin sejati.Klasifikasi hormone bedasarkan struktur kimia : hormone protein, hormone steroid, hormone asam amino dan zat kimia yang menyerupai hormone. Klasifikas hormone berdasarkan fungsinya : hormone perkembangan, hormone metabolism, hormone trofik, hormone pengatur meabolisme mineral dan air, hormone pengatur sisitem kardiovaskuler. Langkah-langkah sintesis : tanskripsi dan translasi. Sisitem endokrin pada hewan vertebrata ada hipotalamus, pituitari dan kelenjar endoktrin tepi.
            Untuk dapt menerima rangsang dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat yang berfungsi untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang. Alat penerima rangsang pada hewan disebut reseptor, sedangkan alatpenghasil tangapan dinamakan efektor.

2.5 Pengelompokan dan Fisiologi reseptor
            Informasi mengenai keadaan lingkungan yang dapat diterima hewan sangat beragam, antara lain suhu, kadar garam, cahaya, kelembapan dan tekanan udara. Berkaitan dengan hal tersebut alat penerima rangsang atau reseptor yang dimiliki hewan juga beraneka ragam. Berarti, reseptor pada hewan harus dapat berfungsi untuk menerima berbagai  jenis informasi.
            Pada umumnya reseptor bekerja secara khusus. aratinya, reseptor tertentu hanya akan menerima rangsang jenis tertentu. Jadi dalam satu individu hewan, dapat ditemukan bernagai macam reseptor.Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara, Yaitu berdasarkan setruktur , lokasi sumber rangsang, dan jenis sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor. Berdasarkan strukturnya , reseptor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reseptor saraf dan bukan saraf. Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, reseptor dapat dibedakan menjadi enam, Yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreseptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor. Secara berturut-turut, masing-masing reseptor tersebut peka terhadap rangsang kimia, suhu, mekanik, cahaya , medan magnet, dan medan listrik. Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya. Reseptor dapat dibedakan menjdi dua jenis, yaitu interoreseptor dan eksteroreseptor. Interoreseptor merupakan  reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh hewan. Contohnya adalah kemoreseptor untuk  memantau PH, kadar gula, kalsium dalam cairan tubuh. Sementara, eksteroreseptor berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh hewan. Contoh eksteroreseptor  ialah reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan reseptor cahaya (mata).Dalam system saraf, reseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan sedangkan efektor berhubungan dengan saraf motorik.

2.5.1 Penerimaan Rangsang Oleh Reseptor
            Semua hewan sangat memerlukan informasi mengenai keadaan lingkungan mereka.Hewan memperoleh informasi dari lingkungannya melalui reseptor (organ sensoris). Reseptor cahaya yang sesungguhnya  terdapat pada retina.Reseptor berupa sel batang dan kerucut pada retina tersebut berhubungan dengan saraf optic yang ujunganya bersinaps dengan pusat penglihatan yang berada di korteks otak. Agar dapat  berfungsi  optimal, sel reseptor di retina memerlukan struktur pendukung berupa mata.

2.5.2  Penerimaan Rangsang Kimia oleh Kemoreseptor
            Dalam proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks tersebut  mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga akhirnya timbul tanggapan Proses pembentukan potensial generator pada kemoreseptor sama seperti yang terjadi pada reseptor yang lainnya. Bedanya, rangsang bagi kemoreseptor ialah zat kimia. Kemoreseptor terdapat pada vertebrata maupun invertebrata. Pada insekta, kemoreseptor terdapat pada bagian mulut, antenna, dan kaki.Pada umumnya, kemoreseptor ini berupa rambut atau duri sensoris yang kaku, ukuran panjang dapat mencapai beberapa millimeter dan ujungnya terbuka ke lingkungan luar.
            Kemoreseptor yang bersifat umum dan terdapat pada semua hewan ialah reseptor pengecap, terutama untuk mengecap rasa pahit. Kemampuan untuk mengecap rasa pahit menunjukkan fungs protektif karena rasa pahitbdianggap pengingat akan adanya ancaman senyawa toksit potensial. Kemoreseptor juga penting untuk memantau kadar O2 dan CO2dalam cairan tubuh serta untuk menerima rangsang feromon.

2.5.3 Penerimaan Rangsang Mekanik oleh Mekanoreseptor
            Proses peneriman rangsang mekanik oleh mekanoreseptor dinamakan mekanoresepsi, mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan     mekanoresepsi adalah sebagai berikut. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na+  pada membrane mekanoreseptor masih dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membrane mekanoreseptor meregang. Peregangan membrane mekanopreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi protein penyusun pintu ion Na+ . Pintu ion Na+ terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor.
                   Mekanoresepsi dapat terjadi pada vertebrata maupu invertebrata, invertebrata memiliki reseptor untuk menerima rangsangtekanan, suara, dan gerakan. Bahkan insekta juga mempunyai mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang dapat memberikan informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan akan tampak semakin jelas apabila kita mengalami mekanoreseptor pada vertebrata. Pada vertebrata , mekanoreseptor bukan hanya dapat menerima rangsang tekanan atau sentuhan , melainkan ada yang mampu memantau panjang otot, bahkan berfungsi sebagai alat pendengaran dan organ keseimbangan.

2.5.4 Penerimaan Rangsang Suhu oleh Termoreseptor
            Pada dasarnya, termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh suhu terhadap tubuh individu, peningkatan suhu secara ekstrem akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hl ini dapat mengganggu penyelenggaraan berbagai reaksi metabolic yang penting.

2.5.5 Penerimaan Rangsang  Cahaya oleh fotoreseptor
            Hampir semua hewan dapat mendeteksi cahaya. Bahkan, hewan yang tidak memiliki struktur fotoreseptor khusus, contohnya amoeba , ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Struktur fotoreseptor berfariasi, dari yang paling sederhana berupa eye-spot hingga struktur yang rumit dan terorganisasi dengan baik seperti yang dimiliki vertebrata. Semua reseptor bekerja bekerja menurut prinsip yang sama. Perbedaan cara kerja di antara reseptor hanya terletak pada jenis rangsang yang dapat diterimanya.



2.5.6 Penerimaan Rangsang Listrik oleh Elektroreseptor
            Alat penerima rangsang berupa medan elektrik disebut elektroreseptor. Elektroreseptor yang telah banyak dipelajari ialah reseptor yang terdapat pada gurat sisi danAmpula Lorenzini.

2.5.7 Penerimaan Rangsang Medan Magnet Oleh Magnetoreseptor
            Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetic bumi. Kemampuan semacam itu bermanfaat dalam navigasi, yang memungkinkan hewan mengenali sumbu utara-selatan. Contoh hewan yang memilki kemampuan ini adalah lebah madu, yang menggunakan medan magetik bumi untuk berkomunikasi. Ketika terbang dari sarangnya dan menemukan sumber makanan baru, lebah menyampaikan informasi dan tentang arah makanan tersebut pada lebah lainnya dengan cara menunjukkan tarian tertentu. Hewan lain yang mampu menggunakan medan magnet untuk kembali ke sarangnya ialah burung.
Cara kerja reseptor :    
         Mekanoreseptor akan masuk ke dalam pintu ion yang terbagi menjadi dua yaitu terbuka dan tertutup, dan akhirnya menghasilkan deformasi mekanik. Deformasi mekanik adalah perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan  atau peningkatan sentuhan. Dari deformasi mekanik tersebut akan menghasilkan bentuk fisik protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga pintu ion tertentu akan terbuka. Contoh mekano respetor yaitu proses penerimaan rangsang berupa gelombang suara.

2.5.8 Mekanoresptopada Vertebrata
FungsiMemantau panjang otot, Alat pendengaran Orgakeseimbagan.
2.5.8.1Termoresptor
            Termoresptor akan mengalami suatu proses mengenai suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan sehingga akan mengakibatkan suhu menjadi naik, struktur protein dan enzim akan terganggu dan tidak akan berefungsi sehingga reaksi metaboliknya terganggu. Contoh pada insekta tedapat pada antena dan kaki pada mammalia dikulit dan hipotalamus.        
2.5.8.2.Fotoresptor
            Struktur fotoresptor yaitu pada hewan sederhana terjadi secara eye-spot dan pada vertebrata terjadi secara  rumit dan terorganisasi. Perbedaan cara kerjanya terlaetak pada jenis rangsangyang dapat diterimanya.
2.5.8.3 Elektroreseptor 
            Elektroresptor akan menghasilakan medan listrik yang dapat dihasilkan adari aktivitas otot yang didalamnya terdapat organ listrik yang dapat ditemukan pada hewan akuatik yang mampu dideteksi untuik pertahanan dirinya, tedapat pada jenis pisces.
2.5.8.4Magnetoresptor
            Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetik bumi yaitu nafigasi antara utara dan selatan, Contoh pada lebah madu yang mampu berkomunikasi sehingga pada akhirnya dapat menemukan sumber makanan.

2.6  Efektor dan Cara Kerjanya
            Efektor ialah alat penghasil tangapan biologis, tanggapan yang dihasilkan efektor sangat bervariasi, mulai dari tanggapan yang dapat dilihat secara jelas menggunakan mata, sampai tangapan yang tidak terlihat mata. Contoh hormon yang dapat mengubah ,metabolisme adalah insulin , yang mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Jenis tangapan yang dihasilkan oleh efektoor tergantung pada jenis rangsang dan jenis efektornya.Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk menghasilkan tanggapan berupa perubahan warna kulit, perubahan warna itu dapat ditunjukkan pada hewan lain dalam satu spesies. Perubahan warna dapat terjadi karena hewan memiliki kromatofor pada kulitnya. Kromatofor adalah sel yang emngandung pigmen, dibawah kendali endikrin , kromatofor dapat mengubah penyebaran pigmen pada sel pigmen dalam ukuran menit atau detik.

2.6.1 Tanggapan Berupa Pergerakan Intrasel
            Pergerakan intrasel dapat diamati pada hampir semua sel, misalnya pada sel saraf. Didalam sel saraf selalu terjadi pergerakan , terutama pergerakan aliran sitoplasma beserta sejumlah besar vesikel yang berisi neuriotransmiter. Aliran sitoplasma itu disebut aliran sitoplasmik. Pada sel saraf, aliran tersebut sangat berguna untuk membawa neutronsmiter yang disintesi di badan sel , kemudian diangkut ke ujung akson untuk menyelenggarakan transmisi sinaptik, aliran sitoplasmik ini terjadi pada amoeba.Gerakan sitoplasmik berupa gerakan yang teratur. Padas el saraf pergerakan berlangsung dalam dua arah, yaitu dari badan sel ke ujung akson dan sebaliknya .

2.6.2 Tanggapan berupa Pergerakan Ameboid
            Pergerakan ameboid merupakan pergerakan khas baik pada hewan uniseluler maupun sel hewan muktiseluler. Pada hewan multiseluler, gerak amuboid terjadi pada sel darah putih yang meningalkan aliran darah dan masuk ke dalam jaringan yang mengalami radang. Gerak amuboid pada hewan bersel satu (amoeba) terjadi dengan membentuk kaki semi(pseudopodia).

2.6.3 Tanggapan berupa Pergerakan Otot
            Gerakan pada otot juga melibatkan aktin dan myosin. Akan tetapi aktin dan myosin pada otot tersusun secara teratur sehingga dapat menghasilkan kekuatan yang besar. Gerakan otot sebenarnya merupakan akibat dari adanya tarik-menarik antara filamen aktin dan myosin.

2.6.4 Tanggapan Berupa Pelepasan Arus Listrik
            Sesungguhnya pembentukan arus listrik dapat terjadi pada semua system reseptor, tetapi pelepasan arus listrik oleh efektor hanya ditemukan pada beberapa jenis ikan. Arus listrik pada ikan dihasilkan oleh organ elektrik.
            Pelepasan arus listrik dari tubuh ikan atau belut listrik dilakukan dengan membuat gerakan khusus dengan mempertemukan daerah kepala dan ekor, dengan gerakan tersebut terjadi pertemuan antara daerah bermuatan positif dan negative yang menyebabkan pelepasan arus listrik ke lingkungannya.





























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                     Reseptor adalah bagian dari system syaraf yang berperan sebagai penerima rangsangan dan sekaligus sebagai pengubah rangsangan yang diterimanya menjadi implus sensoris. Reseptor dapat dibagi menjadi 3 yaitu: berdasarkan struktur, berdasarkan jenis rangsangan yang dapat diterimanya, dan berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya.
                       Sedangkan efektor adalah alat penghasil tanggap yang tanggapanya dapat dilihat ( garak tubuh ) dan tidak dapat terlihat ( skresi hormon ) kemudian yang dihasilkan dari tanggapan tersebut tergantung dari jenis rangsang dan efektornya.
                       Pengelompokan dan fisiologi reseptor yaitu penerimaan rangsangan oleh reseptor, penerima rangsang  kimia oleh kemoreseptor, penerimaan rangsangan mekanik oleh meganoreseptor, penerimaan rangsang suhu oleh termoreseptor, penerimaan rangsang  cahaya oleh fotoreseptor, penerimaan rangsang listerik oleh elektroreseptor, penerima rangsang madan magnet oleh magnetoreseptor, dan mekano reseptor pada vertebrata.  

ASAL MULA TUMBUHAN VASKULER DAN TUMBUHAN VASKULER TAK BERBIJI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
                Asal Mula Tumbuhan Vaskuler Perkembangan evolusi tumbuhan vaskuler dimulai sejak kira-kira 475 jutatahun yang lalu, yang terbagi menjadi beberapa periode evolusi . Periode pertama evolusi, yaitu selama masa Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan didugaberasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat(terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan gametangia berlapis yangmelindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada bryofita yang merupakantumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini berkembang menjadiberbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-selmembentuk pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke seluruh tubuhtumbuhan. Evolusi bryofita merupakan evolusi yang relatif dini dalam sejarahtumbuhan. Oleh karena sebagian besar bryofita tidak memiliki jaringan pembuluh maka bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler” atautumbuhan “tidak berpembuluh”.                               
                 Namun ada sebagian kecil bryofita yang memiliki jaringan pembuluh pengangkutan air. Dengan demikianpengelompokan bryofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar Periode kedua evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhanvaskuler (tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahunsilam. Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnyapada jenis paku-pakuan serta kelompok tumbuhan tak berbiji lainnya. Periode ketiga evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitustruktur yang melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahanlingkungan. Kemunculan tumbuhan biji ini mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas embrio dan cadangan makananyang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani:
Gymnos= „terbukaatau „telanjang; sperma= benih atau biji).

1.2  Rumusan Masalah
        Dari latar belakang diatas dapat kita mengambil suatu rumusan masalah sebagai berikit,
1.      Apa yang dimaksud dengan tumbuhan vaskuler ?
2.      Apa yang dimaksud tumbuhan vaskuler tak berbiji?
3.      Bagaimana evolusi tumbuhan vaskuler?


1.3  Tujuan
         Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuannya yaitu.
1.      Sebagai bahan refrensi untuk menunjang pengetahuan kita.
2.      Untuk dapat mengetahui asal muasal tumbuhan vaskuler.
3.      Untuk dapat mengetahui jenis tumbuhan vaskuler.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Mula Tumbuhan Vaskuler
                  Perkembangan evolusi tumbuhan vaskuler dimulai sejak kira-kira 475 juta tahun yang lalu, yang terbagi menjadi beberapa periode evolusi . Menurut Campbell dkk (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah adaptasi daratan oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan. Periode tersebut merupakan radiasi adaptif  yang mengikuti evolusi struktur bagi peluang kehidupan di darat. Keempat periode adalah sebagai berikut:
2.1.1 Periode pertama
                 evolusi, yaitu  selama  masa Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat(terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan gametangia berlapis yangmelindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada bryofita yang merupakan tumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-sel membentuk pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke seluruh tubuh tumbuhan. Evolusi bryofita merupakan evolusi yang relatif dini dalam sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian besar  bryofita tidak memiliki jaringan
 pembuluh maka bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler” atau tumbuhan “tidak berpembuluh”. Namun ada sebagian kecil bryofita yang
memiliki jaringan pembuluh pengang kutan air. Dengan demikian pengelompokan bryofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar
2.1.2 Periode kedua                 
                    Evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam. Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnya pada jenis paku-pakuan serta kelompok tumbuhan tak berbiji lainnya.


2.1.3 Periode ketiga          
                    evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan. Kemunculan  tumbuhan biji ini  mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas embrio dan cadangan makanan yang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani: Gymnos= „terbuka atau „telanjang; sperma= benih atau biji). Gymnospermae, terdiri atas Konifer dengan berbagai variasi jenisnya. Konifer dan Paku-pakuan mendominasi kehidupan di hutan belantara selama lebih dari 200 juta tahun.
2.1.4 Periode keempat                  
                  dalam evolusi tumbuhan terjadi pada masa  Kreta, zaman Mesozoikum sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh ruangan yang disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka kelompok ini disebut Tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae (Bhs. Yunani: Angion= “wadah”; spermae= benih atau biji)Betapapun  juga telah lama diyakini bahwa tumbuhan tumbuhan berevolusidari alga hijau, yaitu protista  fotosintetik yang hidup di air. Kelompok  alga hijau berkembang sangat pesat sehingga keanekaragamannya juga tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan kekerabatan jenis alga hijau yang termasuk karofita dengan tumbuhan karena adanya,
(1) Kesamaan DNA kloroplas alga hijau karofita dengan tumbuhan
(2) Kesamaan biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel dankomposisi enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan
(3) Kemiripan dalam  mekanisme  mitosis dan sitokinesis, yaitu  adanya  organel-organel mikrotubul, mikrofilamen aktin dan vesikula pada proses pembelahan sel.
(4) Kemiripan dalam ultra struktur sperma
(5) Adanya hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen danRNA.Karofita yang diwakili oleh ganggang karangan (Characeae) menunjukkan bahwa karofita dan tumbuhan memiliki nenek moyang yang sama. Karofita modern umumnya hidup di perairan dangkal, sementara karofita primitif diduga juga telah hidup di air dangkal yang mudah terancam kekeringan. Seleksi alam terjadi sehingga alga ini bertahan hidup di laut dangkal. Perlindungan terhadapembrio yang  berkembang di dalam gametangia merupakan cara adaptasi terhadap kekeringan, dan ternyata cara ini berguna pada saat mereka hidup di darat.

2.2 Evolusi Tumbuhan
            (Adaptasi dari: Campbell, 2003)
 Bryofita merupakan tumbuhan “darat” awal yang berevolusi dari jenis yang hidup di air. Adaptasi ini belum sempurna, sehingga bryofita memerlukan tempat hidup yang lembab. Bryofita (Bhs Yunani+ “lumut”) menunjukkan adaptasi penting dengan kehidupan darat yaitu adanya, arkegonium (gametangium betina) dan anteridium (gametangium jantan). Arkegonium menghasilkan satu sel telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela. Sel telur dibuahi di dalam arkegonium dan kemudian berkembang menjadi zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ betina. Sekalipun embrio telah terlindung sedemikian rupa, namun bryofita belum sepenuhnya terbebas dari kehidupan air. Untuk bereproduksi, sperma berflagela (ciri kehidupan air) masih tetap memerlukan air untuk dapat membuahi sel telur. Bryofita juga tidak  memiliki jaringan “lignin dan tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan berdifusi dan diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya 1-2cm, namun ada yang mencapai 20 cm.

2.2.1 Bryofita terdiri atas 3 divisi, yaitu:

2.2.1.1 Divisi Lumut Daun (Divisi Bryofita)
                   Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumutini hidup berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air. Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza= akar;-oid= mirip) sebagai alat untuk  melekat pada  substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang mirip akar, mirip daun dan mirip batang. Bagian “akar”, “batang”, dan “daun” ini memang berbeda strukturnya dengan akar, batang, dan daun sejati pada tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun” -nyadapat menyelenggarakan fotosintesis. Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan Sphagnum (lumut gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 % permukaan bumi kita. Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan karbon organik yang tak mudah diuraikan oleh mikroba.

2.2.1.2 Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)
                         Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan keanekaragaman Disebut lumut hati karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus yang mengingatkan kita pada lobus hati. Siklus hidupnya mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk  Gemmae yang terdapat di dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke luar dari mangkuk oleh tetesan air hujan.

2.2.1.3 Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)
                      Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang memanjang mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat diperoleh bukti bahwa lumut tanduk merupakan kelompok bryofita yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi bryofita tersebut telah berhasil hidup di darat dan beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini bahwa pada 50 juta tahun pertama sejak lahirnya komunitas darat, lumut merupakan satu-satunya tumbuhan yang mendominasi daratan
2.3 Evolusi Tumbuhan Vaskuler
                  Di atas telah diuraikan bahwa kelompok  bryofita telah berhasil beradaptasi dengan kehidupan darat, sekalipun tidak  sepenuhnya dapat hidup ditempat yang kurang air. Pada bagian “daun”nya terdapat stomata dan kutikula yang mirip dengan tumbuhan vaskuler. Keberadaan stomata dan lapisan kutikula ini merupakan tahap evolusi bryofita terhadap  kehidupan di darat. Tubuh tumbuhan bryofita juga telah mengalami diferensiasi menjadi bagian-bagian yang mirip akar, mirip batang dan mirip daun. Pada tumbuhan vaskuler, tubuhnya juga berdiferensiasi menjadi akar,batang, dan daun sejati. Sistem perakaran di bawah permukaan tanah berfungsi: untuk menyerap air dan zat hara. Sistem tunas di atas permukaan tanah akan menghasilkan daun yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses fotosintesis. Pada bagian batang terdapat jaringan vaskuler yang membentuk sistem pembuluh angkut. Sistem pembuluh angkut terdiri atas,
                  Xylem (pembuluh kayu) dan floem(pembuluh tapis). Pembuluh kayu yang berbentuk tabung sebenarnya merupakan sel mati, namun dindingnya masih merupakan sistem pipa kapiler mikroskopis untuk mengangkut air dan zat hara dari akar kebagian tubuh tanaman. Floem merupakan jaringan sel hidup yang berfungsi menghantarkan makanan, yang mendistribusikan gula, asam amino, dan zat-zat lain dari daun ke seluruh bagian tubuh tanaman. Adaptasi terhadap kehidupan darat lainnya adalah lignin
(zat kayu) yang terdapat di dalam matriks selulosa dinding sel, sifatnya keras, dan berfungsi untuk  menyokong batang tumbuhan agar kokoh. Adanya lignin sangat penting bagi tumbuhan darat, karena lingkungan darat tidak memberikan sokongan eksternal seperti lingkungan air. Alga yang tumbuh di air tidak  memerlukan zat lignin karena lingkungan sekitarnya menunjang tubuhnya sedemikian rupa.Sel-sel pembuluh kayu memiliki dinding berlignin yang memiliki dua fungsi yaitu  (1) sebagai jaringan vaskuler dan  (2) sebagai penyokong tubuh tanaman. Pada tumbuhan yang kecil dan tak berkayu, maka tekanan turgo rmembantu agar tumbuhan tetap tegak, namun pada pohon dan tumbuhan yang besar harus ada lignin agar dapat tegak. Berbagai fosil tumbuhan ditemukan pada lapisan sedimen masa Silur dan Devon. Tumbuhan ini terfosilkan dengan sangat indahnya, hingga tampak susunan jaringan mikroskopiknya. Fosil tumbuhan tertua adalah Cooksonia yang ditemukan di lapisan Silur di Eropa dan Amerika Utara. Temuan di dua benua yang berbeda ini menunjukkan bahwa dahulu kala kedua benua ini masih bersatu. Perbedaan Cooksonia
dengan bryofita adalah pada siklus hidupnya. Pada bryofita tahap gametofit merupakan tahap dominan. Pada tumbuhan vaskuler awal, tahap sporofit-lah yang dominan, yang ditandai oleh adanya sporangia. Sporofit Cooksonia bercabang, hal ini menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan sporofit bryofita yang tak bercabang. Percabangan berfungsi untuk meningkatkan jumlah sporangia dan spora yang dihasilkan oleh tubuh tumbuhan, sehingga dapat lebih banyak menghasilkan keturunan. Percabangan ini juga merupakan bahan mentah bagi evolusi tumbuhan vaskuler. Daun pada tumbuhan vaskuler diduga berevolusi dari terbentuknya jalinan jaringan beberapa cabang yang tumbuh berdekatan.
                                                                                                           



 Contoh Divisi Bryofita
(Sumber: Keeton, 1980)
Keterangan:                                       
A.Musci (lumut daun) 
B.Marchantia (lumut hati)
C.Anthoceros (lumut tanduk)
2.4 Tumbuhan vaskuler tak berbiji
                Tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhanvaskuler tak berbiji. Tumbuhan vaskuler tak berbiji dimulai sejak 360 juta tahun silam yaitu pada masa. Karbon.Filogeninya digambarkan sebagai berikut: Karofita, Bryofita Tumbuhan vaskuler tak berbiji Gimnosperma, Angiosperma.
2.4.1 Filogeni tumbuhan vaskuler tak berbiji
             (Adaptasi dari: Campbell 2003) Baik pada Cooksonia maupun tumbuhan vaskuler tak berbiji, siklus hidupnya didominasi oleh generasi sporofit. Generasi gametofitnya  sangat kecil dan terdapat di permukaan tanah. Berkurangnya dominasi generasi gametofit dalam evolusi tumbuhan merupakan bentuk kecenderungan tumbuhan  untuk  beradaptasi dengan  kehidupan darat.  Pada jenis  paku-pakuan, ada dua macam tumbuhan sporofit,  yaitu  paku homospora dan paku heterospora. PAKU HOMOSPORA= Sel telur Sporofit  Spora Gametofit (berukuran sama)  (biseksual) Sperma. Sedangkan PAKU HETEROSPORA= Megaspora, Gametofit, betina, Sel telur, Sporofit Mikrospora, Gametofit, , jantan Sperma.
Perbandingan antara paku homospora dan heterospora
                      paku homospora menghasilkan spora yang sama bentuk dan ukurannya, sementara paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yaitu megaspora dan mikrospora. Megaspora menghasilkan gametofitbetina (arkegonium) sedangkan mikrospora menghasilkan gametofit jantan (anteridium). Anggota paku heterospora diantaranya ada yang berevolusi kembali ke air. Tumbuhan vaskuler tak berbiji terdiri atas tiga divisi:
2.4.1.1. Divisi Lycophyta (likofita)                                                
                  Paku likofita berevolusi selama masa  Devon dan mendominasi daratan selama masa Karbon. Pada masa itu, divisi Lycophyta berevolusi menjadi dua kelompok yaitu:(1) Kelompok yang berevolusi menjadi pohon berkayu dengan diameter batang 2 meter dan tinggi lebih dari 40 meter. (2) Kelompok yang tetap berukuran kecil, berbentuk herba (tak berkayu), contohnya Lycopodium (paku “lumut”, paku kawat,“pinus tanah”)
 Spesies Lycophyta raksasa mendominasi rawa Karboniferous selama jutaan tahun, dan kemudian punah ketika terjadi perubahan suhu di bumi dan rawa-rawa mengering pada akhir periode Karbon. Spesies Lycophyta yang berukuran kecil hidup dekat permukaan tanah di dasar hutan atau hidup sebagai epifit pada pohon lain. Penyebarannya mulai dari hutan beriklim sedang hingga hutan tropika.
2.4.1.2 Divisi Sphenophyta (paku ekor kuda)
                         Kelompok sphenophyta dikenal sebagai paku ekor kuda ( horse tail), contohnya Equisetum. Tumbuhan paku ini termasuk kelompok tumbuhan vaskuler primitif yang telah menghuni daratan sejak masa Devon.Kelompok ini mendominasi daratan pada masa karbon, beberapa spesies diantaranya mencapai tinggi 15 meter. Paku ekor kuda yang bertahan hingga masa kini adalah genus tunggal. Equisetum dengan kira-kira 15 spesies yang tersisa. Hidup di bumi belahan utara hingga daerah tropika di tepian aliran sungai. Paku ekor kuda merupakan paku homospora.Tumbuhan yang terlihat adalah generasi sporofit. Pembelahan meiosis terjadi di dalam sporangia dan menghasilkan spora haploid. Gametofit berkembang dari spora, berukuran sangat kecil hanya beberapa millimeter saja.
2.4.1.3.Divisi Pterophyta (Pakis)
                            Divisi ini sangat beranekaragam, dikenal sebagai “pakis” dengan
 jumlah spesies lebih dari 12.000 spesies yang hidup hingga masa kini. Jumlah spesies sterbanyak terdapat di daerah tropika, tetapi ada beberapa spesies yang hidup di daerah beriklim sedang. Daun pakis berukuran besar, berbeda dengan daun lycophyta. Diduga bentuk daun mengalami evolusi, setiap daun pakis yang disebut megafil kemungkinan berasal dari beberapa daun-daun kecil yang berdekatan. Daun pakis merupakan daun majemuk, ketika masih muda menggulung dan ujungnya membentuk seperti ujung biola, dan kemudian berangsur sempurna seiring dengan membukanya gulungan daun tersebut. Ada pohon pakis yang berukuran besar yang hidup di daerah tropika, misalnya “pakis haji”.

                Tumbuhan vaskuler tak berbiji sangat dominan pada masa karboniferous sekitar 290-360  juta tahun silam, dan pada masa kini meninggalkan spesies yang masih hidup dan juga bahan bakar fosil dalam bentuk batu bara.
A.Lycopodium 
B.Equisetum 
C. Pakis


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
          Adaptasi tumbuhan daratan dievolusikan saat tumbuhan vaskuler di tuunkan dari nne moyangyang menyerupai briofita. Sporofit bercabang pada tumbuhan vaskuler memperbanyak produksi spora dan memungkinkan terbentuknyatubuh yang lebih kompleks, cooksonia adalah contoh tumbuhan pada masa silur yang memiliki dua percabangan.
                 Siklus hidup yang didominasi oleh sporofit di evolusikan kepada tumbuhan vaskuler tak berbiji, suatu variasi dalam siklus hidup adalah kontras antara tumbuhan homospora dan heterospora. Tiga divisi tumbuhan vaskuleryaitu likofita, ekor kuda dan pakis.
                 Tumbuhan vaskuler tak berbiji membenruk “ hutan batu bara “ selama masa karboniferus. Batu bara terbentuk dari gambut, badan tumbuhan rawa yang dibusukkan secara persial.