INDRA PENGECAP DAN INDRA PEMBAU

Jumat, 07 Desember 2012

BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
                    Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Anda mungkin telah mempelajari bahwa manusia memiliki lima indra yang berhubungan dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Semua indra kita berkembang untuk membantu kita bertahan hidup. Bahkan rasa sakit yang menyebabkan banyak penderitaan manusia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari warisan evolusi kita, karena rasa sakit dapat memperingatkan kita akan penyakit dan cidera. Orang yang lahir dengan kondisi cacat indra yang membuat merekan tidak mampu merasakan sakit dan luka akan sangat rentan terhadap luka bakar, memar, dan patah tulang, dan sering kali mereka meninggal dalam usia muda karena mereka tidak dapat mengambil keuntungan dari sinyal peringatan rasa sakit. Semua organisme telah dilengkapi dengan beberapa reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam atau dari luar. Reseptordiberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima rangsang zat kimia),  fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), audioreseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor  (penerima rangsang fisik seperti tekanan sentuhan dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok  reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut.
                  Interoreseptor, yang terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam yaitu indra penglihatan, indrapendengaran, indra peraba, indra pengecap, dan indra pembau. Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan tentang struktur dan fungsi panca indra serta proses pengindraan





1.2 Rumusan Masalah
       Dari latar belakang di atas dapat kita mengambil rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan Panca Indra?
2.      Bagaimana proses kerja indra pengecapan ?
3.      Bagaimana struktus indra pengecapan dan idra penciuman?
1.3 Tujuan
Dari paparan rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan panca indra.
2.      Agar kita dapat mengetahui proses kerja panca indra, salah satunya yaitu, indra pengecap. Dan dapat mengetahui struktur dari panca indra tersebut, seperti indra pengecap dan penciuman.
3.      Sebagai bahan refrensi untuk menunjang pengetahuan kita.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INDRA PENGECAP (LIDAH)
2.1.1  Bagian-bagian Lidah
2.1.1.1  Permukaan lidah, terdapat:
  • papilla, yang di dalamnya terdapat saraf pengecap,
  • selaput yang berlendir.
2.1.1.2   Bagian lidah berdasarkan kemampuan ujung-ujung saraf pengecap rasa, yaitu:
  • bagian ujung lidah dapat merasakan rasa manis,
  • bagian ujung lidah agak ke samping dapat merasakan rasa asin,
  • bagian tepi dapat merasakan rasa asam,
  • bagian pangkal dapat merasakan rasa pahit.
soal


2.1.2        Fungsi Lidah  
  • sebagai indra pengecap,
  • sebagai alat berbicara,
  • pengatur letak makanan saat dikunyah,
  • membantu menelan.
2.1.3        Kerja Lidah
           Makanan dan minuman yang masuk ke mulut dapat merangsang saraf-saraf yang ada pada lidah. Selanjutnya saraf-saraf tersebut menyampaikan ke otak sehingga kita dapat merasakan apa yang kita makan dan minum.
2.1.3     Perawatan
             Penyakit yang sering menggangu lidah adalah sariawan dan radang lidah. Agar terhindar dari sariawan atau radang lidah, kita harus selalu menjaga kesehatan lidah dengan melakukan perawatan sebagai berikut.
  • Hindari mengonsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas dan dingin.
  • Sering makan sayuran dan buah-buahan.
  • Ketika kita sedang makan, jangan sampai lidah kita tergigit.
  • Periksa ke dokter jika ada gangguan pada lidah.
2.2 STRUKTUR DAN ANATOMI LIDAH
             Lidah terdiri atas dua kelompok otot yaitu
2.2.1 otot intrinsik 
               yang berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah dan
2.2.2 otot ekstrinsik 
            Otot ekstrinsik ini mengaitkan lidah pada bagian - bagian sekitarnya serta melakukan gerakan -gerakan kasar yang sangat menekannya pada langit-langit dan gigi, kemudian mendorongnya  masuk ke faring. Gambar Struktur dan Anatomi Lidah Manusia. Permukaan atas lidah manusia seperti beludru karena dilapisi oleh beberpalapisan. Pada manusia reseptor bagi stimulus rasa berada pada kuncup pengecap (Taste bud) yang tersebar di lidah. Permukaan lidah manusia seperti beludru, karena ditutupi oleh beberapa lapisan. Pada penampang lidah kuncup pengecap mengalami penjuluran yang biasa disebut dengan papila. Papila bermacam-macam sesuai bentuk dan lokasi banyaknya papila tersebut ditemukan.
http://htmlimg4.scribdassets.com/7li5oncfb4tssb7/images/7-8c29c8e642.jpg
 
2.2.2.1 Pap[la  Filiformis
           Papila filiformis banyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah yang berfungsi untuk menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan. Filiformis merupakan penonjolan berbentuk seperti konus. 
2.2.2.2 Papila Sirkumvalata

http://htmlimg4.scribdassets.com/7li5oncfb4tssb7/images/8-84d47fcf03.jpg
 

         Papila sirkum valatam memiliki bentuk V dan terdapat 8 ± 12 jenis yang terletak di bagian dasar lidah. Sirkum valatum merupakan papila yang sangat besar dengan permukaan menutupi papila lainnya. Pada bagian belakang lidah. banyak kelenjar serosa (von ebner) dan mukosa yang mengalirkan sekresinya ke dalam cekungan yang megelilingi papilla ini. Puting kecap banyak disisi papila ini 

2.2.2.3 Papila Fungiformis
              Papila fungiformis merupakan penonjolan dengan tangkai kecil yang menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan berbentuk jamur. Papila ini mengandung indera perasa pada permukaan samping atas dan terdapat disela-sela antara papila filiformis

2.2.2.4 Papila Foliata
                 Papila foliata merupakan penonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir samping belakang lidah. Papila ini mengandung puting perasa

2.3 PROSES PENGECAPAN
           Seperti halnya indera yang lain, pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf tertentu. Dalam hal mampu membedakan kelezatan makanan tersebut karena ada stimulasi kimiawi. Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi dikuncup-kuncup pengecap pada lidah.
uncup-kuncup pengecap mempunyai bentuk seperti labu, terletak pada lidah di bagian depan hingga ke belakang. Di dalam satu papila terdapat banyak kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bangunan berbentuk bundar  yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap sebagai reseptor. Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar taste bud melalui taste pore(lubang). Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel kemudian timbul lah impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan syaraf IX otak untuk diteruskan ke thalamus dan sberakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk kemudian di interpretasikan. Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-pori bagian atas. Di dalam makanan akan merangsangujung saraf yang mempunyai rambut (Gustatory hair). Dari ujung tersebut pesanakan dibawa ke otak, kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang  masuk ke dalam mulut kita. Banyak sekali jenis makanan dan minuman yang ada di sekitar kita. Rasa makanan dan minuman itu bermacam-macam, ada yang manis, asin, asam, bahkan ada pula yang pahit.
             kita dapat merasakan rasa manis, asin, asam, dan pahit menggunakan lidah. Rasa yang dikenal lidah terdiri atas 4 rasa. Berikut merupakan tinjauan sensasi rasa dilihat dari zat-zat kimia penimbul sensasi rasa.
1)      Pahit, ditimbulkan oleh alkaloid tumbuhan. Alkaloid ialah zat-zat organik yang aktif dalam  kegiatan fisiologis yang terdapat dalam tumbuhan.Contohnya  ialah kina, cafein,  nikotin,  morfin dan lain-lain. Banyak dari zat-zat ini bersifat racun.
2)      Asin, ditimbulkan oleh kation Na+, K + dan Ca+3.
3)       Manis, ditimbulkan oleh gugus OH- dalam molekul organik. Gugus initerdapat pada gula, keton dan asam amino tertentu.4.
4)      Asam, ditimbulkan oleh ion H+
                K uncup pengecap untuk masing-masing indra tersebut terletak di daerah yang berbeda-beda pada lidah kita. Untuk citarasa manis berada di bagian ujung lidah, juga untuk rasa asin.
K uncup pengecap untuk rasa masam ada di sisi lidah. Sedangkan kuncup pengecap untuk cita rasa pahit berada di bagian belakang lidah. Inilah sebabnya apabila kamu makan makanan yang mempunyai rasa manis dan pahit sekaligus, maka yang terasa lebih awal adalah rasa manis barulah kemudian rasa pahit



2.4 INDRA PENCIUM (HIDUNG)
2.4.1 Hidung berfungsi sebagai indra pencium dan alat pernapasan.
2.4.1.1 Bagian-bagian Hidung
 a. Lubang hidung
 b. Batang hidung
 c. Rongga hidung terdiri dari:
1) Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang dihirup.
2) Lapisan lendir berfungsi sebagai pelembab.
soal
2.4.1.2. Kerja Hidung
             Zat yang berbau dapat tercium oleh hidung jika telah sampai ke rongga hidung. Kemudian ujung-ujung saraf penciuman terangsang dan disampaikan ke otak sehingga kita dapat mencium baunya.
2.4.1.3.  Kelainan pada Hidung
              Kelainan pada hidung dinamakan ansomnia, yaitu ketidak mampuan hidung untuk mencium bau. Ansomnia disebabkan karena rongga hidung tersumbat dan gangguan pada urat saraf hidung. Selain ansomnia, kelainan yang lain adalah influenza dan polip.


2.4.1.4  Perawatan Hidung
 a. Membersihkan hidung dengan teratur
b. Menutup hidung saat di tempat yang bau atau berdebu.
c. Hindarkan hidung dari benturan.
d. Memeriksa ke dokter THT jika ada gangguan.
2.5 STRUKTUR INDRA PEMBAU
          Pernahkah kalian mencium bau parfum? Apa yang kalian rasakan? Tentu saja bau harum. Bagaimana kalian dapat mendengar kicauan burung, dapat melihat megahnya bangunan, dan merasakan lezatnya makanan ? Untuk mengenal lingkungan manusia dilengkapi dengan sistem alat indera. Manusia mempunyai lima (panca) indera itu yaitu : indera pembau(hidung), indera pengecap(lidah), indera penglihatan(mata), indera pendengaran(telinga), indera peraba(kulit).

            Alat indera kita berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsangan, dan setiap reseptor berfungsi untuk merespon rangsangan tertentu saja, misalnya mata untuk merespon rangsangan cahaya, dan hidung sebagai indra pencium berfungsi untuk merespon rangsangan bau.
http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi/Sistem.Indera.Manusia/images/hal03.jpg
         Hidung merupakan indera pembau pada manusia. Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam rongga hidung. Daerah sensitif pada indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung.
2.5.1 Struktur indera pembau terdiri dari :
  1. Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel.
  2. Sel-sel pembau(sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor
    Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia (kemoreseptor).
    Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis dan masuk ke dalam otak manusia.
2.6 KELAINAN PADA INDRA PEMBAU
          Salah satu kelainan pada indera pembau adalah Anosmia. Akibat kelainan Anosmia ini indera pembau kita dapat kehilangan sensitivitas terhadap rasa bau, sehingga kita tidak bisa mencium bau dari sesuatu benda atau zat tertentu.

Anosmia dapat disebabkan oleh :
  1. Penyumbatan rongga hidung akibat pilek.
  2. Terdapat polip atau tumor di rongga hidung.
  3. Sel rambut rusak akibat infeksi kronis.
  4. Gangguan pada saraf olfaktori.



BAB III
PENUTUP
3.1           Kesimpulan
          Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan yaitu. Alat indra merupakan organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Salah satu alat indra yaitu indra pengecap dan indra penciuman, dimana indra pengecap ( Lidah ) ini memiliki bagian-bagian tertentu, antara lain adalah bagian ujung, bagian ujung lidah agak kesamping, bagian tepi lidah dan bagian pangkal.
                Selain indra pengecap ada pula indra penciuman ( Hidung ), bagian-bagian indra penciuman terdiri dari lubang hidung, batang hidung, rongga hidung yang terdiri dari : rambut hidung, dan lapisan lendir. 




  3.2 Saran
              Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami seluruh isi makalah ini dapat menerapkan dalam lingkungan masyarakat.
              Seorang pemula dalam menulis mengalami berbagai kesulitan dalam menuangkan fikirannya dalam bentuk coretan, dengan membaca makalah ini penulis mengharapkan pembaca mudah dalam menuangkan fikirannya dalam bentuk tulisan.

TEKHNIK DALAM LABORATORIUM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah bagian integral dari bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau administrasi), maka manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan perencanaan akademik (program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tidak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium menjadi bagian yang dikedepankan.
Manajemen laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.

1.2 Rumusan Masalah
Ø  Bagaimana tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium?
Ø  Bagaimana cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan kimia bahan di laboratorium?
Ø  Bagaimana pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya?


1.3 Tujuan
Ø  Untuk mengetahui tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
Ø  Untuk mengetahui cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan kimia bahan di laboratorium.
Ø  Untuk mengetahui pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia adalah ruangan tempat melakukan kegiatan kerja dengan  menggunakan bahan-bahan kimia. Pada umumnya bahan-bahan kimia tersebut merupakan bahan-bahan yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia. Maka dari itu, bekerja dilaboratorium kimia memerlukan kehati-hatian agar terhindar dari resiko kecelakaan (http://chcs.or.id).

2.2 Pengenalan Zat atau Bahan Kimia di Laboratorium
Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat (terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan, atau memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu (Mulyono dkk,2005).
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
1.        Padat
2.        Cair
3.        gas
Sifat zat meliputi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat- sifat ini antara lain, wujud, warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya larut, daya cemar, daya rusak, daya racun, rumus molekul, rumus kristal, dan kereaktifan. Sebagian besar zat kimia merupakan pencemar bagi lingkungannya, dan sekelompok zat ada yang bersifat mudah terbakar, mudah meledak, korosif (terutama asam-asam), merusak organ tubuh, atau meracuni organisme. Kereaktifan zat dapat diartikan sebagai kemudahan zat itu bereaksi dengan zat tertentu, udara, cahaya, atau benda lain di sekitarnya (Mulyono dkk,2005).
Bahan- bahan kimia korosif, seperti asam- asam sulfat, chlorida, dan nitrat, terutama yang pekat dan larutan Na atau KOH. Selain bahan-bahan korosif, adapula bahan kimia beracun diantaranya, HCN (gas dan cairan), logam-logam alkali sianida, dan lain-lain (Chanif Mahdi dkk,1982).

Adapun sifat-sifat bahan kimia, yaitu :
Ø  Toxic (beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
Ø  Corrosive (korosif)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.
Ø  Flammable (Mudah terbakar)
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain.
Ø  Explosive (mudah meledak)
Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)
Ø  Oxidator (Pengoksidasi)
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) (http://materismansa.blogspot.com).


                                        
BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium.

Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1.      Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2.      Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3.      Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
  4.     Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan     lainnya.
5.      Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6.      Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.

3.2    Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat  
fisik dan kimia bahan di laboratorium.
            Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
·         Kontrol temperatur;
·         Perbandingan dan konsentrasi reaktan;  
·         Kemurnian bahan;  
·         Viskositas media reaksi;
·         Kecepatan penambahan bahan;
·         Pengadukan;
·         Tekanan reaksi atau distilasi;
·         Bahaya radiasi;
·         Bahaya padatan yang reaktif.
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1.      Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); 
2.      Reaksi dekomposisi;
3.      Komposisi, struktur & reaktivitas kimia;
4.      Bahan-bahan kimia tidak kompatibel.

      1.      Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
·       Mudah meledak (explosive); 
·       Mudah menyala (flammable);
·       Pengoksidasi (oxidizing); 
·       Berbahaya (harmful); 
·       Korosif (corrosive); 
·       Bersifat iritasi (irritant); 
·       Beracun (toxic); 
·       Karsinogenik; 
·       Teratogenik; 
·       Berbahaya bagi lingkungan.

2.      Reaksi dekomposisi
            Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.

3.      Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
·         CN2             ( senyawa diazo ) 
·         C – NO        ( senyawa nitroso )
·         C – NO2       ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
·         Kontrol temperatur;
·         Perbandingan dan konsentrasi reaktan;
·         Kemurnian bahan;
·         Viskositas media reaksi; 
·         Kecepatan penambahan bahan;
·         Pengadukan;
·         Tekanan reaksi atau distilasi;
·         Bahaya radiasi;
·         Bahaya padatan yang reaktif.
      4.      Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
·           Identifikasi bahan di masing-masing laboratorium;
·           Perhatikan MSDS; 
·           Pahami prosedur penanganan.

3.3     Pengaturan dan penempatan bahan kimia berdasarkan perbedaan kelas bahaya.
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan kelas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing kelas bahaya adalah sebagai berikut :
v  Jenis Asam
Ø    Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potasium, dan magnesium;
Ø   Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible;
Ø   Asam asetat adalah cairan flammable;
Ø  Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik;
Ø  Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida;
Ø  Pisahkan Asam dan Basa.

v  Jenis Basa (Bases)
Ø  Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik;
Ø  Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium.

v  Pelarut (Flammable dan combustible)
Ø  Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent;
Ø  Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain; 
Ø  Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll.



v  Pengoksidasi
Ø  Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable;
Ø  Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format.

v  Sianida
Ø  Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.

v  Bahan reaktif terhadap Air
Ø  Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air; 
Ø  Siapkan Racun api kelas D didekatnya.

v  Bahan Piroforik
Ø  Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin;
Ø  Berikan tambahan seal yang kedap udara.

v  Light-Sensitive Chemicals
Ø  Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.

v  Bahan pembentuk peroksida
Ø  Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable; 
Ø  Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.

v  Bahan Beracun
Ø  Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya; 
Ø  Pergunakan sistem keamanan yang memadai.

Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium. Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa. Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan bahan kimia didalam laboratorium mempunyai tata cara yang harus diperhatikan, karena bahan kimia sangat berbahaya, bila tidak memperhatikan kaidah- kaidah penyimpanan dapat berakibat fatal. Sebelum memperhatikan tata cara penyimpanan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu sifat dari bahan kimia tersebut, bahan kimia mempunyai beberapa  sifat, diantaranya ada yang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), korosif, mudah meledak, mudah menyala, dan lain-lain. Selain itu ada juga pembagian bahan kimia berdasarkan kelas bahayanya, diantaranya, berdasarkan jenis asam, jenis basa, pengoksidasi, sianida, dan lain-lain.

4.2 Saran
            Dalam melakukan kegiatan di laboratorium, khususnya dalam proses penyimpanan bahan kimia, kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat dari bahan kimia tersebut dan juga memperhatikan tata cara penyimpanan bahan kimia, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.