SISTEM PENCERNAAN PADA VERTEBRATA

Kamis, 11 Oktober 2012

SISTEM PENCERNAAN PADA VERTEBRATA

 A. SISTEM PENCERNAAN dan METABOLISME


Mekanisme atau system pencernaan pada berbagai macam hewan memilliki perbedaan dalam hal bentuk umum,struktur, dan proses fisiolgis berdasarkan sifat makanan ,cara hidup, serta factor lainnya. Semua cara umum mengambil dan menggunakan makanan pada dasarnya sama dalah hal zat dari lingkungan  luar dibawa untuk bersentuhan langsung dengan permukaan membrane dalalm bentuk pencernaan dan penyerapan terjadi.
Sitem pencernaan pada semua vertebrata memiliki memliki bagian-bagian penting .  seperti :
1. Mulut
Mulut dan rongga mulut umumnya memiliki gigi untuk merobek , atau mengunyah makanan dan lidah yang membantu menangkap untuk  menggerakkan makanan. Pada sebagian besar cvertbrata darat kelenjar ludah mengeluarkan ludah untuk melumasi mkanan dn memulai pencernaan.
2. faring
Faring mengandung cela insang pada amfibi dan ikan, tetapi tidak mempunyai fungsi pencernaan langsung.
3. Esofagus (keerongkongan)
Merupakan tabung elastisyang membawa makanan melewati darah jantung dan paru-paru.
4. Lambung
Merupakan kantung besar untuk menyimpan makanan di simpan dan beberapa pencrnan terjadi.
5. Usus Halus, panjang,terlekuk atau tergukung
Merupakan bagian pokok untuk pencernaan dan  penyerapnu
6. Usus besar (kolon)
Merupakan tempat penyerapan makanan selsai dilakukan dan sisa maknan yang tidak dicerna dibentuk menjadi massa (fases) untuk dikeluarkan melaluikoka. Yang beakhir di anus.
Kloaka juga merupakan tepat pengeluaran limbah  eksresi. Semua vertebrata memiliki dua kelenjar pencernaan berukuran besar, hati dan pancreas, yang dihubungkan melalui saluran ke usus halus .
B. Makanan dan Pencernaan
Makanan yang berasal dari tumbuhan hewan lain yang diambil oleh seekor hewan terdiri atas Protoplasma yang tersusun atas protein, karbohidrat, dan lemak, bersama-sama dengan vitamin, mineral, dan air. Air dan garam inorganic dapat diserap dari saluran pencernaan tanpa diubah terlebih dahulu tetapi material protoplasma harus di ubah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan. “Sistem pencernaan” merupakan Laboratorium tempat perubahan tersebut terjadi.
Proses pencernan, penyerapan, dan pemanfaatan makanan,sacara anolog  disamakan seperti berbagai  banguan besar dan kecil (makanan). Beberapa makanan hanya menjadi sasaran dari perubahan kimia minsalnya organisme mikroskopis yang dijadikan sumber makanan oleh protozoa dan beberapa hewan kecil lainnya.
1. Enzim dan pencernaan
Aspek kimia pencernaan melibatkan pengubahan zat organic kompleks pada makanan menjadi molekul yang lebih  sederhana yang dapat diteruskan ke sel epitel pencernaan untuk masuk ke dalam sel cairan dan sel tubuh. Protein di reduksi menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak  dan gliserol, serta karbohidrat menadi gula  sederhana (monosakarida) minsalnya glukosa, perubahan ini dilakukakan oleh ragi pencernaan atau enzim.
Secara umum enzim ini bereaksi hanya pada protoplasma mati dan tidak dapat menembus sel hidup yang di lindungi  epitel pencernaan .Enzim dihasilan oleh semua hewan mulai dari protozoa sampai mamaliatetapi jenis dan jumlah enzim pada setiap jenis hewan tersebut tidak sama. Pada ivertebrata tingkat rendah , enzim disekresikan oleh sel pada beberapa atau seluruh bagian saluran pencernaan, tetapi pada hewan tingkat tinggi, enzim hanya dihasilkan oleh kelenjar atau sel di beberapa saluran pencernaan.Pada vertebrata beberaa enzim dihasilkan di kelenjar ludah dan enzim lain secara teratur di hasisenszlkan di lambung,usus halus, dan pangkkreas.
2. Sistem pencernaan pada manusia
Proses pencernaan pada manusia mengambil makanan ke dalam rongga mulut adalah aksi gabungan dari bibir, lidah, dan gigi. Bibir yang lentur sangat lentur sangat sensitive terhadap sifaat fisik dan suhu makanan tetapi tidak terhadap rasa. Lidah memiliki otot di ketiga bidang, memiliki kemampuan yang tinggi untuk bergerak dan mengubah bentuk memegang makanan. Di permukaan lidah kkuncup pengecap terkumpul. Gigi terspesialisasi untuk memotong dan mengiling makanan.(pada vertebrata tingkat rendah gigi dengan tidak adanya bibir hanya befungsi untu mengenggam makanan
a. gigi
Gigi memili imel keras di bagian luar,terisi oleh dentin yang lebih lunak, dan pulpah hidup di bagian tengah, dibekali dengan saraf, akar gigi terdapat pada kantong rahang.
b. Rongga mulut.
Di dalam rongga mulut makanan dilumasi dengan ludah yang di sekresikan oleh tiga pasang, kelenjar ludah, yaiiyu suboksilaris,subigualis, dan faoetid. Ludah dihasilkan setiap hari, sebagian besar pada saat makan. Sekresi ini merupakn aksi repleks yang dismulasi oleh rasa lezat makanan atau bahkan oleh bntuk atau aroma makan secara harfiah. Intensiitas stimulus tanpaknya berhubungan dengan kandungan air dalam makanan roti erring di mulut menstimulasi aliran ludah yang berlebihan, roti basah lebih sedikit dan air tidak sama sekali.
Air liur mengandung protein , musin, yang berperan sebagai pelumas dan enzim, pliallin (amylase ludah). Patialiln dal media alkali normal mulut pertma-tama mengubah pati menjadi dekstrin dankemudian menjadi gula rangkap, maltose (gula gandum). Aksi tersebut berlangsung lebih cepat pada patih yang di masak tetapi, paling hanya sdikit lebih cepat karna makanan hnya sebentar berada di mulut. Proses mengunyah membantu pencernaan patuh dengan caramengahncurjakan dengan m mencampurnya denngan enzim, dan memperpanjang waktu pemaparan terhadapa patialin. Patih membutuhkan waktu skitar satu jam untuk di cerna. Aksi patialin berlanjut pada masa makanan di dalam lambug sampai di tenbus oleh getah asam lammbung.
Semua gerakan dan peremasan makanan di dalam saluran pencernaan di bawah faring merupakan kontarksi dan relaksasi otot polos secara berirama dan pelan yaitu otot membujur dan melingkar, di dinding saluran tersebut. Proses ini dikenal dengan nama pertalsis. Dengan reaksi otot yang berselang seling, diameter suatu tempat di saluran tersebut pertama-tama akan diperbesar, lalu diperkecil. Gelombang kontrakksi yang menuruni esopgus membawa bolus makanan dari esophagus ke lambung. Di lambung terjadi aksi berselalng seling meremas dan mencmapur makanan dengan seksresi. Di usus  gerakan ini, berlanjut dalm waktu lama, berfungsi untuk memisahkan dan memisahkan kembali kandungan makanan, untuk mencampur keseluruhan makanan, agar bagian baru dapat bersentuhan dengan didnding dalam, dan menggerakkan kandunngan makan secara pelna di sepanjag usus.
c.Lambung
Setruktur ini merupakam ruang penyimpan yang menerima makanan.  Di sini kndunan makanan diberi perlakuan fisik dan kimia, lalu di salurkan, sedikit demi sedikit ke usus halus. Penyimpanan ini sebagian besar di bagian atas lamung (ppundus) dan aksi otot terutama teerjadi di bagian tengah lambung (kardia). Bagian bawah lambung (pilorus) berujung katup pylorus yaitu otot melingkar pada sambungan antar lambung dengan usus, lambung berperan penting karena sekresinya memili efek antiseptic pada bakteri di dalam makanan dan karna terdapat pencernaan di dalam makanan d
karna terdapat pencernaan sebagian oleh getah lambung. Namun, pembuangan lambung secara beda tidak benar-benar fatal pada mamnusia, karna makanan dapat dicerna secara sempurna di usus.
Kelenjar lambung di dinding lambung menyekresikan getah lambung. Getah lambung dihasilkan dari repleks yang diinisiasi oleh aroma atau rasa makanan ditambah aksi hormone (gastrin). Sekresi lambung terdiri atas musin, yan melumasi masa makanan lebih lanjut, asam kloorida (sekitar 0,2 %), dan enzim reaksi asam getah lambung (pH sekitar 1,0 )  diketahui dengan baik dari pelangan mentah yang tidak menyenangkan. Persen memecah protein secara parsial (menjadi polipeptida seperti : proteosa dan pepton, dan rennin yang menyebabkan kasein di dalam susu berkoagulasi).
d. Usus
Usus halus merupakan tabung ramping dengan panjang sekitar 7,62 m. Sekitar 25 cm pertama merupakan duodenum, bagian tengah yang panjang merupakan jejunum dan sisa 1,2  atau 1,5 m terakhir adalah eliumpada saat makanandalam tahap semiploit (kim) telah melintasi katup pilorik dan kedalam duodenum, makanan tersebut menstimulasi sekresi getah usus dari kelenjar berbentuk pipa pada dinding usus yang berlipat-lipat cairan alkali ini mengandung beberapa enzim. Eripsin melanjutkan pencernaan protein yang sebelumnya terjadi di lambung, memecah proteosa dan pepton menjadi asam amina. Ketiga enzim pemecah karboidrat tertidi atas maltase, yang mengubah maltose mejadi glukosa, suknase yang mwngubah sukrosa(gula tebuh) menjadi glukosa dan pruktosa, dan lactase, yang memisahkan laktosa (gula susu) menjadi glukosa dan galaktosa. Sereten merupakan hormone yang di bawah dalam aliran darah melalui jantung dank e pancreas. Di pancreas terlepas dari system saraf hormone menginisiasai  peneluaran getah pancreas yang berwana jernih kekuninan ke usu.sekresi getah pangreas Setiap hari adalah 500 sampai 1000 Ml. Karbonat di dalam cairan ini menetralkan asam Klorida di kim sehingga membuat kandungan usus sedikit alkali dalam reaksi.
 Enzim pada geetah pangreas terdiriatas : tripsin ()diaktifkan oleh tripsinogen,)  yang memisahan protein uth atau protein yang terpisah sebagian menjadi asam amino,lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan amilupsin. Yang meredupsi pati yang dicerna sbagian atau keselurun.
e. Usus besar (kolon)
Berfungsi terutama untuk membuang sisa zat makanan yang tidak dicerna melalui rectum dan anus serta untuk menyimpan air dengan cara r dari sisa makana. Sisa makana, bakteri, lender dan sel mati dari dinding usus membentuk fase yang dikeluarkan pada interfal waktu tertentu. Fases memiliki warna khas dari pigmen empedu (biliruben dan biliferdin) yang merupak produk pecahan dari hemoglobin. Makan biasanya melintas dari mulut ke ujung usus halus dalam waktu sekitar 4 ½ jam , tetapi sisa makanan dapat berlanjut untuk waktu yang lebih lam, bahkan atas 24 jam di dalam kolon.
f. Penyerapan
Usus halus merupakan daerah utama untuk penyerapan proses yang menyempurnakan tujuan pencernaan. Melalui dinding usus, zat kimia yang diperoleh dari makanan memasuki tubuh untuk membanngun jaringan hidup atau digunakan sebagai energy.
g. Metabolisme
Pada saat produk pencernaan mencapai tujuan utamanya melalui pembuluh darah, produk tersebut dengan berbagai cara dipecah secara kimia untuk menyediakan energy (katabolisme), membangun protoplasma baru (anabolisme), atau di simpan sebagai glikogen patih hewan atau sebagai cadangan lemak.

EKOLOGI DAN PENYEBARAN HEWAN

Selasa, 09 Oktober 2012

BAB II
PEMBAHASAN
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI HEWAN

A.  PENGERTIAN EKOLOGI
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914).
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.
Ilmu ekologi pada dasarnya menjelaskan hubungan antara organisme -tumbuhan maupun hewan- dengan lingkungannya. Sifat setiap benda hidup dimengerti dari segi hubungannya. Bukan hanya dengan alam secara fisik -termasuk tanah, air dan iklim- tetapi juga dengan benda hidup lain dalam suatu pola saling ketergantungan yang dinamakan ekosistem. Contoh ekosistem dari Sumatera adalah hutan tropis dataran rendah, hutan mangrov, sungai, lahan basah gambut, dll.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.
1.      PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

2.      FAKTOR BIOTIK
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut:
a.    Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1)   Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.
2)    Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

3) Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.

b.    Populasi

Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia.
Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.

c.    Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.

d.   Ekosistem

Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).

 

3.      FAKTOR ABIOTIK

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.


e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena  ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.

BASIDIOMIKOTA, ASKOMIKOTA DAN ZIGOMIKOTA


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Ukuran fungi dapat makro maupun mikroskopis. Fungi makroskopis seperti musroom, puffball, dan morel merupakan fungi yang dapat dimakan, sehingga ditanam secara komersial. Fungi mikroskopis merupakan fungi yang memiliki keanekaragaman luas dan memiliki arti penting secara ekonomi (negatif). Fungi mikroskopis sering merupakan parasit tanaman ekonomi, berkontribusi terhadap alergi, dan patogen oportunis manusia dan hewan.
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.






B.   Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, seperti berikut:
1.      Apakah pengertian dari fungi (jamur)?
2.      Ada berapakah divisi dalam klasifikasi kingdom fungi?

C.   Tujuan
Melihat rumusan yang masalah yang dibuat, maka dapat kita membuat beberapa tujuan, seperti berikut ini:
1.      Untuk mengetahui pengertian fungi atau jamur.
2.      Untuk mempermudah mahasiswa mengetahui divisi-divisi dalam klasifikasi jamur pada kindom fungi.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN JAMUR
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Sedangkan jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton foocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofit. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes.
Fungi adalah mikroba eukariota. Kapang primitif seperti kapang air dan kapang roti memproduksi filamen senositik (filamen multinukleus tanpa septa). Sedangkan kapang lebih maju memiliki filamen bersepta (uninukleus maupun multinukleus). Septa masih menyediakan pori untuk komunikasi sitoplasma antarsel (termasuk migrasi nukleus). Banyak fungi berbentuk sel tunggal yang disebut khamir. Beberapa fungi patogen oportunis memiliki bentuk dimorfis, yaitu secara alami berbentuk miselia, tetapi dapat berbentuk khamir ketika menjadi patogen atau sebaliknya.
Fungi memperoleh sumber karbon dari substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit) secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis sebelum terserap ke dalam sel

B.   KLASIFIKASI JAMUR
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

1.    Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n).
Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Contoh beberapa Zygomycotina :
a.    Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe.
b.    Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d. Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.

2.    Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang.
Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding).  Reproduksi generatif terjadi dengan mem bentuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake.
b. Penicillium spp.
Penicillium hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberapa contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:
1)   Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin).
2)   Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp.
Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1)   Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
2) Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
3) Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
4) Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.
5) Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
6) Aspergillus fumigatus
A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung.
d. Neurospora crassa
N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila.

3.    Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp.
Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang saling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks.. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing-masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masing-masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran.
3) Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung.
4) Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat.




























BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
Fungi memperoleh sumber karbon dari substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit) secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis sebelum terserap ke dalam sel.
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

B.   SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar  bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dan kritik dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang jamur dan klasifikasinya serta peranannya kehidupan.