PROTOZOA DAN KINGDOM ANIMALIA

Rabu, 13 Juni 2012

PROTOZOA DAN KINGDOM ANIMALIA
A.    PROTOZOA
Protozoa merupakan jenis protista yang  menyerupai hewan.  Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan.  Sifat umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan yang lebih kompleks.
CIRI TUBUH
Ukuran dan bentuk tubuh
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 ยต.  Bentuk selnya sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah.  Sebagian besar protozoa memiliki alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk (flagellum).  Beberapa protozoa memiliki cangkang.
Struktur dan Fungsi Tubuh
Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.
Membran Sel
Fungsi : sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas
Vakuola Makanan
Fungsi : mencerna makanan.  Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel).  Zat-zat makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.  Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.

Vakuola Kontraktil
Fungsi : mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel.  Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang dan mengempis.
CARA HIDUP
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan sampah organisme.  Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam.

HABITAT
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam.  Sebagian besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, dan sungai.  Jenis lainnya ada yang hidup di tanah.  Beberapa jenis protozoa hidup dalam tubuh hewan atau manusia dengan cara bersimbiosis.

REPRODUKSI
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan biner.  Pembelahan diawali deangan pembelahan inti yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma.  Sebagian protozoa melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel geaneratif (gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif.  Reproduksi seksual dengan penyatuan inti sel disebut konyugasi.
Dalam siklus hidupnya,  beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif yang disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang melindungi protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan.  Jika kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan dan air maka dinding kista akan pecah dan protozoa keluar untuk memulai hidupnya kembali.
KLASIFIKASI
Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu species.  Jenis protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sporozoa.
Rhizopoda (Sarcodina)
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco = daging).  Semua protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia).  Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing.  Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa makanan.  Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus.  Pada Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari cangkang.  Cangkang tersusun dari silica atau kalsium carbonat.  Cangkang berukuran 0,5 mm.
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak.  Sitoplasma terdiri dari ektoplasma dan endoplasma.  Ektoplasma adalah sel bagian luar yang berbatasan dengan membrane plasma.  Endoplasma adalah plasma sel pada bagian dalam sel.  Ektoplasma bersifat lebih kental daripada endoplasma.  Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam penjuluran dan penarikan pseudopodia.  Pada proses makan, pseudopodia mengelilingi makanan dan membentuk vakuola makanan.  Di dalam valuola makanan, makanan dicerna.  Zat makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.  Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane plasma.
Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner.   Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista.  Contoh rhizopoda yang membentuk kista adalah Amoeba.  Dalam keadaan berupa kista, kegiatan hidup Amoeba menjadi tidak aktif.  Amoeba akan menjadi aktif kembali jika kondisi lingkungan sesuai.
Rhizopoda umumnya hidup bebas  di tanah yang lembab dan di lingkungan yang berair, baik di darat maupun di laut.  Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniselluler, bakteri, atau protozoa lain.
Rhizopoda yang bebas hidup di tanah lembab, contohnya Amoeba proteus.  Contoh Rhizopoda yang hidup di air tawar adalah Difflugia.  Sedangkan Rhizopoda yang hidup di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain Globigerina.  Rhizopoda ada yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan atau manusia.  Contoh Rhizopoda parasit antara lain Entamoeba gingivalis dan Entamoeba histolytica.  Entamoeba gingivalis merupakan parasit pada gusi dan gigi manusia.    Entamoeba histolytica merupakan parasit dalam usus manusia dan menyebabkan penyakit disentri.  Parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang mengandung kista Entamoeba karena tercemar kotoran.
Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu cilia = rambut kecil, atau ciliophora, yaitu phora = gerakan, bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).  Ciliata juga disebut Infusoria (Infus = menuang) karena hewan ini ditemukan juga pada air buangan atau air cucuran.  Silia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu.  Selain berfungsi untuk bergerak, silia juga merupakan alat Bantu untuk makan.  Silia membantu pergerakan makanan ke sitoplasma.  Makanan yang terkumpul di sitoplasma akan dilanjutkan ke dalam sitofaring (kerongkongan sel).  Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.
Sel Ciliata memiliki ciri khusus lain, yaitu memiliki dua inti, yaitu makronukleus dan mikronukleus.  Makronukleus berukuran lebih besar daripada mikronukleus.  Makronukleus memiliki fungsi vegetatif, yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.  Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konyugasi.  Ciliata juga memiliki trikokis yang fungsinya untuk pertahanan dri dari musuh.

Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut.  Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit.  Ciliata yang hidup bebas di alam contohnya adalah Paramecium caudatum, Didinium, Stentor, Balantidium, dan vorticella.  Jenis lainnya hidup bersimbiosis dalam perut hewan pemakan rumput dan berfungsi membantu hewan tersebut mencerna sellulosa yang terdapat dalam rumput.  Hanya sedikit jenis Ciliata yang hidup sebagai parasit.  Salah satunya adalah Balantidium coli.  Ciliata ini hidup pada usus besar ternak atau manusia dan dapat menyebabkan diare (balantidiosis).
Ciliata melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.  Reproduksi aseksual, yaitu dengan pembelahan biner membujur (transversal).  Reproduksi seksual dilakukan dengan konyugasi.
Flagellata (Mastigophora)
Flagellata berasal dari flagell = cambuk, atau dengan menggunakan bulu cambuk, phora = gerakan yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk atau flagellum.  Sebagian besar flagellata mempumyai dua flagellum.  Letak flagellum ada yang di bagian belakang sel (posterior) sehingga saat bergerak seperti mendorong sel, dan ada yang di bagian depan sel (anterior) sehingga saat bergerak seperti menarik sel.  Flagellata yang tidak memiliki klorofil digolongkan dalam Zooflagellata (Flagellata hewa).  Contoh Zooflagellata adalah Trypanosoma dan Tricomonas.
Flagellata berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner membujur, misalnya pada  Trypanosoma.  Flagellata yang hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup bersimbiosis dalam tubuh hewan.  Flagellata yang hidup bersimbiosis, misalnya Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu.  Flagellata ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan serangga tersebut.
Flagellata yang hidup parasit antara lain adalah  Trypanosoma brucei menyebabkan penyakit tidur pada manusia di Afrika, Trypanosoma evansi penyebab penyakit surra pada ternak.  Trichomonas vaginalis penyebab penyakit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin pria, serta Leishmania penyebab penyakit kala-azar yang merusak sel darah manusia. Trypanosoma dan Leishmania dibawa oleh jenis lalat tertentu yang menghisap darah manusia, contohnya lalat tsetse (Glossina moritans) yang menularkan penyakit tidur.  Penyakit ini merusak system saraf pusat dan pembuluh darah sehingga penderita tidak dapat berbicara dan berjalan, tidur terus-menerus , dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian.
Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spore = biji, zoa = hewan; Sporozoa adalah hewan uniselluler yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora.  Sporozoa tidak memiliki alat gerak.  Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan atau manusia.
Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual .  Pergiliran reproduksi aseksual dan seksualnya kompleks, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua atau lebih inang.  Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner.  Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.
Contoh Sporozoa adalah Toxoplasma gondii yang menyebabkan toksoplasmosis dan Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia.  Toxoplasma gondii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, misalnya daging yang tercemar kista Toxoplasma dari kotoran kucing.  Infeksi Toxoplasma terutama membahayakan ibu hamil karena dapat membunuh embrio atau bayi yang dilahirkan menjadi cacat.
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.  Di dalam tubuh manusia, Plasmodium menyerang sel-sel hati dan sel-sel darah merah (eritrosit).  Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu  Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae meyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria yang paling berbahaya, yaitu malaria tropiokana.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat tetap hidup, meskipun tidak aktif di dalam sel hati penderita malaria selama  berbulan-bulan  bahkan bertahun-tahun.  Akibatnya, di kemudian hari penyakit malaria dapat kambuh lagi.  Pemberantasan penyakit malaria dapat dilakukan dengan memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu dengan cara mencegah adanya genangan air atau menutup tempat penampungan air.  Cara ini menyebabkan nyamuk tidak dapat tumbuh menjadi dewasa.  Cara lainnya adalah dengan memberi obat (misalnya obat kina) kepada si penderita.
Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina dan di dalam tubuh manusia.
B.       PERAN PROTOZOA DALAM KEHIDUPAN
Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia.  Protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri  di alam karena Protozoa adalah pemangsa bakteri.  Di perairan, protozoa juga merupakan zooplankton dan bentos.  Zooplankton dan bentos adalah sumber makanan hewan air termasuk udang, kepiting, dan ikan yang secara ekonomi bermanfaat bagi manusia.  Protozoa lain menguntungkan antara lain sebagai berikut :
-        Foraminifera, cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam, dan mineral.
-        Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah radiolarian yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
Protozoa yang merugikan manusi, yaitu menyebabkan penyakit antara lain :
-          Entamoeba histolyca, penyebab disentri.
-          Trypanosoma brucei, penyebab penyakit tidur di Africa
-          Trypanosoma evansi, penyebab penyakit pada hewan ternak, misalnya pada sapi, kambing, dan kuda
-          Leishmania, penyebab penyakit kala azar
-          Trichomonas vaginalis, parasit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin laki-laki.
-          Balantidium coli, penyebab diare
-          Toxopalsma gondii, penyebab toksopalsmosis
-          Plasmodium, Penyebab penyakit malaria.

KLASIFIKASI DAN NOMENKLATUR


KLASIFIKASI DAN NOMENKLATUR

Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Hal ini mendorong para ahli mencari cara untuk mempelajarinya, yaitu dengan menggunakan suatu sistem tertentu yang disebut klasifikasi. Ilmu tentang pengelompokkan makhluk hidup ini disebut taksonomi. Dasar pengelompokkan makhluk hidup ini adalah adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku, dan lain-lain.

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :
  1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki
  2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain
  3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
  4. Emberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama.
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :
  1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
  2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
  3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
B.     PROSES KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah. Klasifikasi dilakukan berdasarkan kesamaan morfologi, anatomi, fisiologi, dan cara perkembangbiakannya. Dengan klasifikasi akan terbentuk kelompok-kelompok makhluk hidup yang disebut takson. Setelah diklasifikasikan, suatu makhluk hidup diberi nama berdasarkan kelompok yang dimilikinya. Sistem tata nama yang dipakai saat ini adalah sistem tata nama biner yang disebut binomial nomenclature yang diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus yang dijuluki Bapak Taksonomi. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
  1. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
  2. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson.
  3. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.
C.     TINGKATAN TAKSON
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on Zoological Nomenclature. Urutan takson antara lain :
Kingdom, Divisio, Clasis, Order, Familia, Genus, dan Species.
Tingkatan Dalam Bahasa Indonesia:
Dunia/Kerajaan, Divisio/Filum, Kelas, Ordo, Suku, Marga, dan Jenis.
  1. KINGDOM. Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia
  2. FILUM/DIVISIO (KELUARGA BESAR). Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
  3. KELAS (CLASSIS). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio
  4. ORDO (BANGSA). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
  5. FAMILI. Family merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama family tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea.
  6. GENUS (MARGA). Genus adalah takson yang lebih rendah dariada family. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.
  7. SPECIES (JENIS). Species adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur).


D.    TATA NAMA BINOMIAL NOMENKLATUR
Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species).
Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
ร˜  Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
ร˜  Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf kecil
ร˜  Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
ร˜  Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis bawah, atau lainnya)
ร˜  Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
ร˜  Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
ร˜  Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.

1.      Sistem Klasifikasi Domain
Belakangan, sistem Kingdom sempat dianggap basi, sehingga dibentuk sistem baru yang menambah urutan dan memiliki lebih sedikit jenis, yaitu Domain.
Ada tiga jenis Domain, yaitu:
a.       Archaea (dari Archaebacteria)
b.      Bacteria (dari Eubacteria)
c.       Eukarya (termasuk fungi, hewan, tumbuhan, dan protista)
2.      Sistem Klasifikasi Enam Kingdom (Menurut Woese tahun 1977)
Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :
a.       Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.
b.      Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup. Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.