PARAGRAF

Rabu, 12 Oktober 2011

PARAGRAF

1. Pengertian Paragraf
         Pengertian paragraf merupakan gabungan dari beberapa kalimat yang mempunyai satu kesatuan makna. Suatu paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik apabila setiap kalimat pada paragraf tersebut mempunyai kesatuan. Kesatuan yang dimaksud adalah setiap kalimat yang terdapat pada kalimat secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Menurut Goris Keraf (1979: 1980: 67) suatu paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik dan efektif jika memenuhi tiga syarat yaitu; kesatuan, koherensi, dan kohesi. Koherensi berarti ada kesatuan makna dari masing kalimat pada paragraf. Kohesi artinya ada kata penghubung yang menghubungkan antara kalimat atau pengulangan kata yang yang sudah digunakan pada kalimat sebelumnya.

2. Ada Tiga Pola Pengembangan Paragraf
a.  Paragraf Deduktif
           Paragraf  deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Berada di awal kalimat bukan berarti bahwa kalimat utama itu selalu berada di awal paragraf. Tetapi dapat pula berada pada kalimat kedua dan ketiga. Hal itu bergantung pada kepada banyaknya kalimat dalam sebuah paragraf. Ada kalanya kalimat utama berada pada kalimat pertama, kedua, dan ke tiga.

Contoh paragraf deduktif

         Tempat tinggal perlu memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan. Dari segi kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembab dan berbau busuk. Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar. Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian, sebab tempat tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar. Dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar tidak melelahkan kepala dan otak.

b. Paragraf Induktif
         Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Kalau paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf, sedangkan paragraf induktif berada di akhir paragraf. Jadi Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir paragraf.

Contoh Paragraf induktif

         Tidak ada alat yang lebih baik daripada bahasa untuk mengungkapkan jiwa seseorang. Oleh karena itu, kecuali harus memperhatikan isi, alur susunan cerita, sudut pandang, dan sebagainya bahasa sebagai alat pengungkapannya harus diperhatikan. Diusahakan agar yang disampaikanya dapat diterima oleh pembaca. Digunakannya bahasa efektif memungkinkan komunikasi penulis dan pembaca berjalan lancar. Memang, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif.

c. Paragraf Deduktif dan Induktif (campuran)
            Paragraf campuran merupakan paragraf yang gagasan utamanya terdapat di awal dan diakhir paragraf. Jadi kalimat ini diawali dengan kalimat inti yang mengemukakan kalimat utama, kemudian diikuti kalimat inti lagi. Kalimat inti pada akhir paragraf biasanya merupakan variasi dari kalimat inti pada wal paragraf.
Contonya:

            Salah satu persoalan sulit yang harus dipecahkan pada tempat-tempat yang padat pemukiman penduduknya adalah masalah air dan udara. Kemanakah sampah-sampah harus dibuang? Ditumpuk di Pekarangan bau busuk akan memenuhi udara. Dibuang di Sungai, akan jadi kotor. Dimana-mana di seluruh dunia terdengar pringatan akan bahaya pengotoran air dan udara. Memang, masalah air dan udara merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan.

3. Ada beberapa pola pengembangan paragraf
  1. Menempuh jalan pemikiran deduktif,
  2. Menempuh jalan pemikiran induktif,
  3. Menempuh jalan pemikiran deduktif dan induktif,
  4. Mengemukakan deskripsi atau narasi,
  5. Menurut urutan kejadian,
  6. Merangkaikan sebab akibat,
  7. Mengemukakan perbandingan atau analogi, atau mengajukan pertentangan.
Pengembangan dengan pola deduktif, induktif dan campuran sudah diuraikan pada pola pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya.  Berukut ini akan diuraikan bagian (d sampai g).

a. Mengemukakan Deskripsi atau Narasi
Pola pengembangan paragraf dengan mengemukakan deskripsi atau narasi merupakan pula pengembangan paragraf dengan cara melukiskan, memaparkan, atau membeberkan fakta dengan kalimat-kalimat yang berkedudukan setara. Ada yang mengatakan paragraf deskriptif atau narasi tidak mengandung kalimat utama dan penjelas karena masing-masing kalimat mempunyai kedudukan setara.
Contohnya:

            (1) Indonesia terletak di daerah katulistiwa. (2) Panjangnya, bujur dari 95o Bujur Timur, di sebelah Barat sampai 141o Bujur Timur di sebelah Timur. (3) Lebarnya, membentang dari 60 Lintang Utara di sebelah Utara sampai 11o Lintang Selatan di sebelah Selatan. (4) Keadaan Wilayahnya lebih kurang 66% terdiri atas Lautan dan sisinya sebagai daratan. (5) Jumlah penduduknya tidak akan kurang dari 161.000.000 orang. Tanahnya subur, suhunya tidak terlalu panas tidak terlalu dingin.

            Paragraf di atas terdiri dari 6 kalimat. Kalimat-kalimat itu mempunyai kedudukan yang sama pentingnya. Oleh karena, itu wajarlah kalau ada yang mengatakan paragraf deskriptif atau narasi semua kalimatnya merupakan kalimat utama.

b. Menurut Urutan Kejadian atau Kronologis
            Pengembangan paragraf dengan pola ini dilakukan dengan mengurutkan kalimat sesuai dengan urutan kejadian berdasarkan waktu. Maksudnya, kejadian paling awal, dikemukakan paling depan, kemudian, secara berturut-turut kejadian berikutnya. Contohnya:

(1) Menurut jadwal, perkuliahan mata kuliah bahasa Indonesia untuk jurusan Ilmu pemerintahan kelas tutorial UNSA dilaksanakan pada hari Kamis pukul 15.00. (2) Pada tanggal 30 November 2007, sebelum Pukul 15.00 dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia sudah berada di kampus dan siap untuk masuk ke ruangan kuliah. (3) Namun, perkuliahan belum dapat dimulai tepat pada pukul 15.00 wita karena jumlah mahasiswa yang hadir masih sedikit. (4) Perkuliahan baru dimulai pada pukul  15.15 wita. (5) Perkuliahan pada hari itu membahas tentang pola pengembangan paragraf, kemudian dilanjutkan dengan karya ilmiah. (5) Perkuliahan berakhir pada pukul 16.40 wita.

c.  Merangkaikan Sebab Akibat
            Pengembangan paragraf dengan pola sebab akibat atau akibat sebab. Maksudnya, pengembangan kalimat dimulai dengan sebab terlebih dahulu baru diikuti akibat atau sebaliknya.
Contoh sebab akibat:

(1) Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu hidup merana karena tiap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga. (4) Anak tidak terlantar kehidupannya.

Contoh akibat sebab
            (1) Kemarin sore, dia tidak pergi kemana-mana. (2) Hujan turun sangat deras. (3) Atap rumahpun banyak yang bocor. (4) Keesokan harinya, dia berniat untuk memperbaikinya.

d. Mengemukakan Perbandingan atau Analogi
Pengembangan paragraf dengan pola ini dilakukan dengan mengemukakan persamaan atau perbedaan dari dua hal secara sistematis.

Contohnya:
(1)   Pantun dan syair mempunyai persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri dari 4 baris. (3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ke 3 dan ke 4. (4) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.

KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA


B. Kutipan

            Dalam penulisan karya ilmiah baik ilmiah populer artikel dan opini maupun karya ilmiah murni seperti skripsi, disertasi dan tesis sering digunakan kutipan untuk mengisi dan mempertegas isi tulisan. Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan kutipan? Kutipan adalah peminjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau pembicaraan orang terkenal. Secara umum ada dua teknik menulis kutipan, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Antara kedua cara membuat kutipan harus dapat dibedakan dengan jelas antara keduanya.

1. KUTIPAN LANGSUNG
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil kata demi kata, kalimat demi kalimat dari teks asli.
a. Prinsip membuat kutipan langsung
1)    Jangan mengadakan perubahan
2)    Bila ada kesalahan jangan diperbaiki tetapi di depan penulisan yang salah tersebut harus dicantumkan tanda (sic!) yang artinya penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan penulisan yang dilakukan pengarang.
3)    Apabila ada bagian kalimat yang dihilangkan, pada bagian yang dihilangkan tersebut dicantumkan tanda [...]. Tanda titik tiga berarti ada bagian kalimat atau tulisan yang dihilangkan.
b. Cara Membuatkutipan langsung
a.    Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris harus diintegrasikan dengan teks dengan cara-cara seperti berikut ini:
1)    Kutipan diintegrasikan dengan teks
2)    Jarak antara baris dengan baris 2 spasi
3)    Kutipan tersebut diapit dengan tanda kutip [ “...”]
4)    Apabila yang dikutip bahasa asing maka kutipan tesebut harus dimiringkan
Contohnya:
Istilah penilaian, pengukuran, tes, dan evaluasi mempunyai pengertian yang berbeda-beda, meskipun banyak orang yang salah dalam menafsirkannya. Untuk mengetahui persamaan atau perbedaan beberapa istilah tersebut, berikut ini akan diuraikan definisi penilaian, pengukuran, dan evaluasi. Menurut Airasian (1991: 18) “Assessment is the process of gathering, interpreting, and synthesizing information to aid decision making in the classroom”. Semenatra itu, Grolund & Linn (1990: 5), ”Evaluation is systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extend to which pupils are achieving instructional objectives”. Evaluasi merupakan suatu proses sistimatis meliputi yang kegiatan mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan sampai seberapa jauh peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.    Kutipan langsung lebih dari empat baris
Apabila kutipan terdiri dari lima baris atau enam baris maka penulisannya dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut ini:
1)    Tulisan tersebut dipisah dengan teks dengan jarak 2,5 spasi;
2)    Jarak antar baris dengan baris kutipan satu spasi;
3)    Kutipan tersebut boleh diapit atau tidak diapit dengan tanda kutip [“...”]
4)    Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketukan bila alinea baru diawali dengan kutipan
5)    Apabila terdapat kutipan dalam kutipan maka kutipan menggunakan tanda kutip tunggal (‘.....’).

Contoh kutipan lebih dari empat baris

            Berkaitan dengan fungsi utama instrumen penilaian untuk mengukur perkembangan belajar peserta didik, maka dalam menyusun instrumen guru harus memperhatikan petunjuk umum penyusunan instrumen. Menurut Popham (1995: 98) dalam menyusun instrumen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) thou shall not provide opaque directions to students regarding how to respond to your assessment instrumen,  (2) thou shall not employ ambiguous statements in your assessment items, (3) thou shall not unintentionally provide students with clues regarding apropriate responses, (4) thou shall not employ complex syntax in your assessment items,(5) thou shall not use vocabulary that is more advanced than required.

            Berdasarkan petunjuk yang sudah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa menyusun instrumen penilaian bukanlah hal yang mudah. Menyusun instrumen penilaian membutuhkan keterampian dan kemampuan yang memadai tentang mekanisme atau aturan-aturan penyusunan instrumen. Apabila guru sudah memahami petenjuk penyusunan instrumen dengan baik, maka ada kecenderungan instrumen yang dibuat juga baik. Seorang guru dapat menyusun instrumen yang baik jika ditunjang oleh pemahaman teoretis tentang penyusunan isntrumen dan berlatih secara terus-menerus.   

2. KUTIPAN TIDAK LANGSUNG
            Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsungt biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Berikut ini beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tidak langsung:
a.    Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
b.    Jarak antara baris 2 spasi
c.    Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
d.    Diakhir atau diawal kutipan di buat dalam kurung (...) nama singkat  pengarang, tahun dan halaman teks asli yang dikutip.
Contokkutipan tidak langsung:
            Formatif evaluation (penilaian formatif) adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan berdasarkan kompetensi dasar satuan pelajaran yang diajarkan. Menurut Djemari Mardapi (2004: 72) penilaian formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Bahan penilaian ini dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan.

3. KUTIPAN PADA CATATAN KAKI
            Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.
a. Referensi dengan Satu Pengarang
......................................................................................................................................
            Media pembelajaran yang telah dirancang dengan baik dapat merangsang proses belajar mengajar yang baik di kelas.1 Penggunaan media memberikan konstribusi yang baik terhadap proses belajar mengajar, baik bagi guru maupun siswa. Penggunaan media dapat mempermudah guru dalam menjelaskan materi pelajaran.
.........................................................................................................................................
  1. Drs. H. Udin S. Winata Putra, M.A., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, 2002), hal. 12.

Perhatikan:
a.    Nama pengarang ditulis lengkap dan tidak dibalik
b.    Antara pengarang buku dengan judul buku diberi tandakoma (,). Antara judul buku dengan data publikasi tidak ada tanda koma atau titik.
c.    Tempat dan tahun terbit ditulis dalam tanda kurung; penerbit tidak usah diikut sertakan.
Atau
1. Drs.H. Udin S. Winata Putra, M.A., “Strategi Belajar Mengajar” (Jakarta:Universitas Terbuka, 2002), hal. 12.

b. Referinsi dengan dua atau tiga pengarang
2. Agus hermansyah, M. Ali, A. Rasul, Menjemput Masa Depan Pendidikan (Jakarta: Krida Laksana, 2003), hal. 22 – 23.
Perhatikan:
Tempat terbit dan penerbit dicantumkan, jadi antara tempat terbit dan penerbut menggunakan titik dua (:).

c. Buku yang terdiri dari banyak pengarang
3. M. Toha Hasan, et al., Pengantar Pendidikan (Bandung: Angkasa, 2005), hal. 20 – 28.
Atau
3. M. Toha Hasan, dkk., Pengantar Pendidikan (Bandung: Angkasa, 2005), hal. 20 – 28.

Perhatikan:
a.    Penulisan nama pengarang hanya ditulis yang pertama saja sedangkan yang lain cukup diganti dengan et al. atau  dkk. Antara nama pengarang dengan judul diberi tanda titik.
b.    Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan.
3. M. Toha Hasan, dkk., Pengantar Pendidikan (rev.ed.;Bandung, 2005), hal. 20 – 28.

a.    Keterangan tentang ulang cetak atau edisi revisi (rev.ed.) dicantumkan dalam kurung sebelum tempat terbit.
b.    Antara keterangan edisi revisi dengan tempat terbit diberi tanda titik koma (;).



d. Buku yang terdiri dari dua jilit atau lebih

5. Prof. Dr. Suyanto, Pendidikan Alternatif Untuk Semua (Vol. I; Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2006), hal. 34 – 36.

Perhatikan:
a.    Keterangan tentang volume terbit dicantumkan dalam kurung sebelum tempat terbit.
b.    Nomor jilit selalu dengan angka romawi sedangkan nomor halaman dengan angka Arab.

e. Sebuah terjemahan

6.Multatuli, Perserkatan Dagang Kopi Indonesia, trj. H.B. Jassin (Jakarta, 1978), hal. 24.

Perhatikan:
a.    Nama pengarang asli diletakkan di bagian awal
b.    Keterangan tentang terjemahan diletakkan setelah judul buku dipisahkan dengan tanda koma.


f. Jurnal Artikel    
               Mikusa, M.G. & Lewellen, H., “Now Here is That, Authority on Mathematics Reforms,” The Mathematics Teacher, I (April , 1996) hal. 158-163.

g. Referensi korang harian

20. Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari, 1997, hal. 6.

Perhatikan:
Bila nama pengarang jelas,maka catatan kaki itu dimulai dengan nama pengarang yang menulis artikel tersebut.
Penggunaan simbol yang harus diperhatikan dalam catatan kaki:
1. ibid artinya nama yang sama diulangi dalam catatan kakit
Contohnya:
1. ibid
2. ibid. hal. 20.

**Ada beberapa singkatan yang sering digunakan dalam catatan kakit
* Ibit merupakan singkatan yang berasal dari bahasa latin ibidem yang berarti pada bagian atau tempat yang sama.
* Op. Cit. Berasal dari bahasa latin opera citatato yang berarti pada karya yang telah dikutip.
* Loc. Cit. Singkatan berasal dari bahasa latin yang berarti pada tempat yang telah dikutip.

·         DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka dituliskan secara konsisten dan alphabetis sesuai dengan salah satu model baku. Sumber yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka hanya yang benar-benar dirujuk di dalam naskah. Semua sumber yang dirujuk di dalam naskah harus dicantumkan di dalam Daftar Pustaka.
Daftar Pustaka dapat bersumber pada buku, jurnal, majalah dan internet. Daftar Pustaka ditulis menurut tata cara sebagai berikut.

      1.       Buku
a. Buku dengan satu pengarang

Nama pengarang. (tahun terbit). judul buku (cetak miring). edisi buku. kota penerbit: nama penerbit. (model American Psychology Association – APA edisi kelima).
Contoh:
Wiersma, W. 1995. Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon.
Catatan:
1.    Nama keluarga terlebih dahulu baru nama kecil atau inisial untuk nama orang yang menggunakan nama marga pada kata pertama. Misalnya Ermawati A. Rahman
2.     Jika buku disusun oleh lembaga atau instansi maka nama lembaga tersebut yang mengganti nama orang.

c.    Buku dengan dua pengarang atau tiga pengarang

Olivert, Robert T., and Rupert L. Cortright. 1958. New Training for Effective Speech. New York: Hendry Holt and Company, Inc.

 Catatan:
                                        1.    Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan, dalam hal lain sama dengan bagian a.
                                        2.    Urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan urutannya.

d.    Buku dengan banyak pengarang

Morris, Alton C., et. Al. 1985. College Englis, the Firs Year. New York: Hendry Holt and Company, Inc.

Catatan:
Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya cukup penggunakan et. al. atau dkk.

e.    Jika buku tersebut mengalami perubahan
Moliono, Anton. 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonsia. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.

f.     Sebuah buku terjemahan
Charles, Andrson. 1987. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa, terj. Muhammad Sodik. Jakarta: Gramedia.

      2.       Artikel/Bab dalam suatu Buku:
Nama pengarang. (tahun terbit). judul artikel. In/dalam nama editor (Ed.). judul buku (cetak miring). Edisi. nama penerbit, kota penerbit, halaman
            Contoh:
Schoenfeld, A.H. 1993. On Mathematics as Sense Making: An Informal Attack on the Unfortunate Divorce of Formal and Informal Mathematics, in J.F. Voss., D.N. Perkins & J.W. Segal (Eds.). Informal Reasoning and Education. Hillsdale.  NJ: Erlbaum, pp. 311-344.

      3.        Artikel dari Jurnal
Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman.
Contoh:
Mikusa, M.G. & Lewellen, H., 1999. Now Here is That, Authority on Mathematics Reforms, The Mathematics Teacher, 92: 158-163.  
      4.       Majalah
Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama majalah (cetak miring) volume terbitan, nomor terbitan, halaman.
Contoh:
Ross, D. 2001. The Math Wars, Navigator, Vol 4, Number 5, pp. 20-25.
      5.       Internet
Nama pengarang, tahun, judul (cetak miring), alamat website, tanggal akses.
Contoh:
Wu, H.H. 2002. Basic Skills versus Conceptual Understanding: A Bogus Dichotomy in Mathematics Education. Tersedia pada http://www.aft.org/publications. Diakses pada tanggal 11 Februari 2006.

































1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    ikannya lucu...

Posting Komentar