STRUKTUR
PROTEIN
A.
PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa
organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang sulfur serta fosfor.
Protein merupakan salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam
makhluk hidup. Setiap sel dalam tubuh kita mengandung protein, termasuk kulit,
tulang, otot, kuku, rambut, air liur, darah, hormon, dan enzim.
Pada sebagian
besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar kedua setelah air.
Diperkirakan 50% berat kering sel dalam jaringan hati dan daging terdiri dari
protein. Sedangkan dalam tenunan daging segar sekitar 20%. Protein ditemukan
dalam berbagai jenis bahan makanan, mulai dari kacang-kacangan, biji-bijian,
daging unggas, seafood, daging ternak, sampai produk susu. Buah dan sayuran memberikan
sedikit protein. Pemilihan sumber protein ini harus bijaksana, karena banyak
makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak dan kolesterol. Fungsi dari
protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada
tingkat molekular.
Beberapa protein
struktural, fibrous protein,
berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh a dan b-keratin yang terdapat pada
kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang
berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen. Protein dapat memerankan fungsi
sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki
rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat
berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk
hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks
untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma.
B.
STRUKTUR PROTEIN
Suatu
asam amino-α terdiri atas:
1.
Atom C α. Disebut α karena bersebelahan dengan gugus
karboksil (asam).
2.
Atom H yang terikat pada atom C α.
3.
Gugus karboksil yang terikat pada atom C α.
4.
Gugus amino yang terikat pada atom C α.
5.
Gugus R yang juga terikat pada atom C α.
Ada 4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer,
struktur sekunder, struktur tersier dan struktur kuartener.
1. Struktur primer
Struktur primer adalah
urutan asam-asam amino yang membentuk rantai polipeptida. Struktur primer protein bisa ditentukan dengan
beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan
kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis
sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan
tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
2.
Struktur sekunder
Struktur sekunder protein
bersifat reguler, pola lipatan berulang dari rangka protein. Pada struktur
sekunder, protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai
samping asam amino. Analisa defraksi sinar-X merupakan cara yang baik untuk
mempelajari struktur sekunder protein serabut.
3.
Struktur tersier
Struktur tersier
terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai α-helix, konformasi β,
maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk globular, yang struktur
tiga dimensiny lebih rumit daripada protein tersebut. Interaksi intra molekuler
seperti ikatan hidrogen, ikatan ion, van der Waals, hidropobik turut menentukan
orientasi struktur 3 dimensi dari protein. Beberapa protein telah dapat
ditentukan struktur tersiernya, misalnya hemoglobin, mioglobin, lisozim,
ribonulease dan kimo tripsinogen. Sebagai contoh, struktur tersier enzim sering
padat, berbentuk globuler.
4.
Struktur kuartener
Beberapa protein
tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur kuartener
menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk
struktur protein. Beberapa molekul
protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer,
trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
Kemantapan struktur
kuartener suatu protein oligomer disebabkan oleh interaksi dan ikatan
non-kovalen yang lemah antara masing-masing sub bagiannya. Kemampuan untuk
berhimpun diri daripada beberapa sub bagian ini merupakan ciri struktur
kuartener suatu protein oligomer. Sebagian
besar protein oligomer mengalami disidiasi pada pH tinggi atau rendah, juga
bila ditempatkan dalam larutan urea atau garam berkonsentrasi tinggi.
Struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Sebagai contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit,
yang akan berdisosiasi pada proses pengenceran. Masing-masing sub bagian
terdiri atas dua rantai polipeptida, α dan β.
Struktur protein dapat diketahui dengan kristalografi sinar-X atau pun spektroskopi NMR. Namun, kedua metode tersebut
sangat memakan waktu dan relatif mahal. Sementara itu, metode sekuensing
protein relatif lebih mudah mengungkapkan sekuens asam amino protein. Prediksi struktur protein berusaha
meramalkan struktur tiga dimensi protein berdasarkan atas sekuens asam
aminonya. Dengan perkataan lain, prediksi tersebut meramalkan struktur sekunder
dan struktur tersier berdasarkan atas struktur primer protein.
Metode prediksi struktur protein yang ada saat ini dapat
dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu metode pemodelan protein komparatif
dan metode pemodelan de novo.
Pemodelan protein komparatif (comparative
protein modelling) meramalkan struktur suatu protein berdasarkan atas
struktur protein lain yang telah diketahui. Salah satu penerapan metode ini
adalah homology modelling,
yaitu prediksi struktur tersier protein berdasarkan atas kesamaan struktur
primer protein. Pemodelan homologi didasarkan atas teori bahwa dua
protein yang homolog memiliki struktur yang sangat mirip satu sama lain.
Pada metode ini, struktur suatu protein yang disebut
dengan protein target, ditentukan berdasarkan atas struktur protein lain atau
protein templet, yang telah diketahui dan memiliki kemiripan sekuens dengan
protein target tersebut. Selain itu, penerapan lain pemodelan komparatif ialah protein threading yang didasarkan
atas kemiripan struktur tanpa kemiripan sekuens primer. Latar belakang protein threading ialah bahwa
struktur protein lebih dikonservasi daripada sekuens protein selama evolusi;
daerah-daerah yang penting bagi fungsi protein dipertahankan strukturnya. Pada
pendekatan ini, struktur yang paling kompatibel untuk suatu sekuens asam amino
dipilih dari semua jenis struktur tiga dimensi protein yang ada. Metode-metode
yang tergolong dalam protein threading
berusaha menentukan tingkat kompatibilitas tersebut.
Struktur protein dapat ditentukan dari sekuens primernya
tanpa membandingkan dengan struktur protein lain berdasarkan pendekatan de novo atau ab initio. Terdapat banyak kemungkinan dalam pendekatan ini,
misalnya dengan menirukan proses pelipatan (folding) protein dari sekuens primernya menjadi struktur
tersiernya (misalnya dengan simulasi dinamika molekular), atau dengan optimisasi
global fungsi energi protein. Prosedur-prosedur ini cenderung membutuhkan
proses komputasi yang intens sehingga saat ini hanya digunakan dalam menentukan
struktur protein-protein kecil.
0 komentar:
Posting Komentar