BIOLOGI
MOLEKULER DAN SEL EUKARIOTIK
A.
BIOLOGI MOLEKULER
Biologi Molekuler
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara struktur dan
fungsi molekul-molekul hayati serta kontribusi hubungan tersebut terhadap
pelaksanaan dan pengendalian berbagai proses biokimia. Secara lebih ringkas
dapat dikatakan bahwa Biologi Molekuler mempelajari dasar-dasar molekuler setiap
fenomena hayati. Oleh karena itu, materi kajian utama di dalam ilmu ini adalah
makromolekul hayati, khususnya asam nukleat, serta proses pemeliharaan,
transmisi, dan ekspresi informasi hayati yang meliputi replikasi, transkripsi,
dan translasi.
Meskipun sebagai
cabang ilmu pengetahuan tergolong relatif masih baru, Biologi Molekuler telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat semenjak tiga dasawarsa yang lalu.
Perkembangan ini terjadi ketika berbagai sistem biologi, khususnya mekanisme
alih informasi hayati, pada bakteri dan bakteriofag dapat diungkapkan. Begitu
pula, berkembangnya teknologi DNA rekombinan, atau dikenal juga sebagai
rekayasa genetika, pada tahun 1970-an telah memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi perkembangan Biologi Molekuler. Pada kenyataannya berbagai teknik
eksperimental baru yang terkait dengan manipulasi DNA memang menjadi landasan
bagi perkembangan ilmu ini.
Biologi Molekuler
sebenarnya merupakan ilmu multidisiplin yang melintasi sejumlah disiplin ilmu
terutama Biokimia, Biologi Sel, dan Genetika. Akibatnya, seringkali terjadi
tumpang tindih di antara materi-materi yang dibahas meskipun seharusnya ada
batas-batas yang memisahkannya. Sebagai contoh, reaksi metabolisme yang diatur
oleh pengaruh konsentrasi reaktan dan produk adalah materi kajian Biokimia.
Namun, apabila reaksi ini dikatalisis oleh sistem enzim yang mengalami
perubahan struktur, maka kajiannya termasuk dalam lingkup Biologi Molekuler.
Demikian juga, struktur komponen intrasel dipelajari di dalam Biologi Sel, tetapi
keterkaitannya dengan struktur dan fungsi molekul kimia di dalam sel merupakan
cakupan studi Biologi Molekuler. Komponen dan proses replikasi DNA dipelajari
di dalam Genetika, tetapi macam-macam enzim DNA polimerase beserta fungsinya
masing-masing dipelajari di dalam Biologi Molekuler.
Beberapa proses hayati yang dibahas di dalam
Biologi Molekuler bersifat sirkuler. Untuk mempelajari replikasi DNA,
misalnya, kita sebaiknya perlu memahami mekanisme pembelahan sel. Namun
sebaliknya, alangkah baiknya apabila pengetahuan tentang replikasi DNA telah
dikuasai terlebih dahulu sebelum kita mempelajari pembelahan sel.
B.
SEL EUKARIOTIK
Secara taksonomi eukariot
dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-masing hewan (animalia), tumbuhan
(plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri atas alga dan protozoa.
Salah satu ciri sel eukariot adalah adanya organel-organel subseluler dengan
fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel ini
terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariot pada umumnya lebih besar daripada
sel prokariot. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 µm. Seperti halnya sel
prokariot, sel eukariot diselimuti oleh membran plasma. Pada tumbuhan dan
kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah luar
membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariot selain terdapat organel dan
ribosom, juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang disebut
sitoskeleton. Serabut-serabut yang terutama berfungsi untuk mengatur bentuk dan
pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun dari tubulin) dan
mikrofilamen (tersusun dari aktiF.
Sebagian besar organisme eukariot bersifat multiseluler
dengan kelompok-kelompok sel yang mengalami diferensiasi selama perkembangan
individu. Peristiwa ini terjadi karena pembelahan mitosis akan menghasilkan
sejumlah sel dengan perubahan pola ekspresi gen sehingga mempunyai fungsi yang
berbeda dengan sel asalnya. Dengan demikian, kandungan DNA pada sel-sel yang mengalami
diferensiasi sebenarnya hampir selalu sama, tetapi gen-gen yang diekspresikan berbeda
antara satu dan lainnya.
Diferensiasi diatur oleh gen-gen pengatur perkembangan.
Mutasi yang terjadi pada gen-gen ini dapat mengakibatkan abnormalitas fenotipe
individu, misalnya tumbuhnya kaki di tempat yang seharusnya digunakan untuk
antena pada lalat Drosophila. Namun, justru dengan mempelajari mutasi pada
gen-gen pengatur perkembangan, kita dapat memahami berlangsungnya proses
perkembangan embrionik.
Pada organisme multiseluler koordinasi aktivitas sel di
antara berbagai jaringan dan organ diatur oleh adanya komunikasi di antara
sel-sel tersebut. Hal ini melibatkan molekul-molekul sinyal seperti
neurotransmiter, hormon, dan faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh suatu
jaringan dan diteruskan kepada jaringan lainnya melalui reseptor yang terdapat
pada permukaan sel.
ORGANEL SUBSELULER
Pada eukariot terdapat sejumlah organel subseluler seperti
nukleus, mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasmik, dan mikrobodi. Masing-masing
akan kita bicarakan sepintas berikut ini.
Nukleus mengandung sekumpulan DNA seluler yang dikemas dalam
beberapa kromosom. Di dalam nukleus terjadi transkripsi DNA menjadi RNA dan
prosesing RNA. Selain DNA, di dalam nukleus juga terdapat nukleolus yang
merupakan tempat berlangsungnya sintesis rRNA dan perakitan ribosom secara
parsial.
Mitokondria merupakan tempat berlangsungnya respirasi
seluler, yang melibatkan oksidasi nutrien menjadi CO2 dan air dengan
membebaskan molekul ATP. Secara evolusi organel ini berasal dari
simbion-simbion prokariotik yang tetap mempertahankan beberapa DNA, RNA, dan
mesin sintesis proteinnya. Meskipun demikian, sebagian besar proteinnya disandi
oleh DNA di dalam nukleus. Sementara itu, kloroplas merupakan tempat berlangsungnya
proses fotosintesis pada tumbuhan dan
alga. Pada dasarnya kloroplas memiliki struktur yang menyerupai mitokondria
dengan sistem membran tilakoid yang berisi klorofil. Seperti halnya
mitokondria, kloroplas juga mempunyai DNA sendiri sehingga kedua organel ini
sering dinamakan organel otonom.
Retikulum endoplasmik merupakan sistem membran sitoplasmik
yang meluas dan menyambung dengan membran nukleus. Ada dua macam retikulum
endoplasmik, yaitu retikulum endoplasmik halus yang membawa banyak enzim untuk
reaksi biosintesis lemak dan metabolisme xenobiotik dan retikulum endoplasmik
kasar yang membawa sejumlah ribosom untuk sintesis protein membran.
Protein-protein ini diangkut melalui vesikula transpor menuju kompleks Golgi
untuk prosesing lebih lanjut dan pemilahan sesuai dengan tujuan akhirnya
masing-masing.
Mikrobodi terdiri atas lisosom, peroksisom, dan glioksisom.
Lisosom berisi enzim-enzim hidrolitik yang dapat memecah karbohidrat, lemak,
protein, dan asam nukleat. Organel ini bekerja sebagai pusat pendaurulangan
makromolekul yang berasal dari luar sel atau organel-organel lain yang rusak.
Sementara itu, peroksisom berisi enzim-enzim yang dapat mendegradasi hidrogen
peroksida dan radikal bebas yang sangat reaktif. Glioksisom adalah peroksisom
pada tumbuhan yang mengalami spesialisasi menjadi tempat berlangsungnya reaksi
daur glioksilat.
MAKROMOLEKUL
Secara garis besar makromolekul hayati meliputi polisakarida,
lemak, protein, dan asam nukleat. Selain itu, terdapat pula makromolekul
kompleks, yang merupakan gabungan dua atau lebih di antara makromolekul
tersebut.
POLISAKARIDA
Polisakarida merupakan polimer beberapa gula sederhana yang
satu sama lain secara kovalen dihubungkan melalui ikatan glikosidik.
Makromolekul ini terutama berfungsi sebagai cadangan makanan dan materi
struktural.
Selulosa dan pati (amilum) sangat banyak dijumpai pada
tumbuhan. Kedua-duanya adalah polimer glukosa, tetapi berbeda macam ikatan
glikosidiknya. Pada selulosa monomer-monomer glukosa satu sama lain dihubungkan
secara linier oleh ikatan 1,4 b glikosidik, sedangkan pada amilum ada dua macam ikatan
glikosidik karena amilum mempunyai dua komponen, yaitu a-amilosa dan amilopektin.
Monomer-monomer glukosa pada a-amilosa dihubungkan oleh ikatan 1,4 a
glikosidik, sedangkan pada amilopektin, yang merupakan rantai cabang amilum,
ikatannya adalah 1,6 a glikosidik.
Pada tumbuhan selulosa merupakan komponen utama penyusun
struktur dinding sel. Sekitar 40 rantai
molekul selulosa tersusun paralel membentuk lembaran-lembaran horizontal yang
dihubungkan oleh ikatan hidrogen sehingga menghasilkan serabut-serabut tak
larut yang sangat kuat. Sementara itu,
amilum berguna sebagai cadangan makanan yang dapat dijumpai dalam bentuk
butiran-butiran besar di dalam sel. Adanya dua macam ikatan glikosidik pada
amilum menjadikan molekul ini tidak dapat dikemas dengan konformasi yang
kompak. Oleh karena itu, amilum mudah larut di dalam air.
Fungi dan beberapa jaringan hewan menyimpan cadangan makanan
glukosa dalam bentuk glikogen, yang mempunyai ikatan glikosidik seperti pada
amilopektin. Polisakarida lainnya, kitin merupakan komponen utama penyusun
dinding sel fungi dan eksoskeleton pada serangga dan Crustacea. Kitin mempunyai
struktur molekul menyerupai selulosa, hanya saja monomernya berupa N-asetilglukosamin.
Mukopolisakarida (glikosaminoglikan) membentuk larutan seperti gel yang di
dalamnya terdapat protein-protein serabut pada jaringan ikat.
Penentuan struktur
polisakarida berukuran besar sangatlah rumit karena ukuran dan komposisinya
sangat bervariasi. Selain itu, berbeda dengan protein dan asam nukleat,
makromolekul ini tidak dapat dipelajari secara genetik.
0 komentar:
Posting Komentar