BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita telah mengenal jamur
dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu
disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu
yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul
pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun,
jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam
medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Ukuran
fungi dapat makro maupun mikroskopis. Fungi makroskopis seperti musroom,
puffball, dan morel merupakan fungi yang dapat dimakan, sehingga ditanam secara
komersial. Fungi mikroskopis merupakan fungi yang memiliki keanekaragaman luas
dan memiliki arti penting secara ekonomi (negatif). Fungi mikroskopis sering
merupakan parasit tanaman ekonomi, berkontribusi terhadap alergi, dan patogen
oportunis manusia dan hewan.
Dunia
Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur
yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu
divisi, yang diberi nama Divisi
Deuteromycotina.
Struktur tubuh jamur
tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula
jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu
meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
B.
Rumusan
Masalah
Dari rangkaian
latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, seperti
berikut:
1. Apakah pengertian dari fungi (jamur)?
2. Ada berapakah divisi dalam klasifikasi
kingdom fungi?
C.
Tujuan
Melihat rumusan
yang masalah yang dibuat, maka dapat kita membuat beberapa tujuan, seperti
berikut ini:
1. Untuk mengetahui pengertian fungi atau jamur.
2. Untuk mempermudah mahasiswa mengetahui
divisi-divisi dalam klasifikasi jamur pada kindom fungi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
JAMUR
Fungi
atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik,
tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau
multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak
berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta
berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa
sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak
begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga
hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik
yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur
yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan
hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri
makanan dari inangnya (parasit).
Jamur
saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah
diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak
senyawa-senyawa organik. Sedangkan jamur parasit adalah jamur yang
menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi
menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah
jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya,
maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada
paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton foocosum (penyebab penyakit
kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman
jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup
parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofit. Jamur tersebut akan bersifat
parasit ketika mendapatkan hospes.
Fungi adalah mikroba eukariota. Kapang
primitif seperti kapang air dan kapang roti memproduksi filamen senositik
(filamen multinukleus tanpa septa). Sedangkan kapang lebih maju memiliki
filamen bersepta (uninukleus maupun multinukleus). Septa masih menyediakan pori
untuk komunikasi sitoplasma antarsel (termasuk migrasi nukleus). Banyak fungi
berbentuk sel tunggal yang disebut khamir. Beberapa fungi patogen oportunis
memiliki bentuk dimorfis, yaitu secara alami berbentuk miselia, tetapi dapat
berbentuk khamir ketika menjadi patogen atau sebaliknya.
Fungi memperoleh sumber karbon dari
substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit)
secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung
terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis
sebelum terserap ke dalam sel
B.
KLASIFIKASI JAMUR
Dunia
Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur
yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu
divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
1.
Zygomycotina
Zygomycotina
disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur
hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp.
Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat
darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan
tidak menghasilkan spora yang berflagella. Pada reproduksi seksual, jamur ini
menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan
(germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora).
Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan
tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif
dilakukan dengan cara konjugasi.
Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan
hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu
mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua
gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya,
zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n)
mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n).
Pada lingkungan yang sesuai, zigospora
akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang
yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai
lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut
pecah dan spora tersebar keluar. Contoh beberapa Zygomycotina :
a.
Rhizophus
stolonifera
Jamur
ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon.
Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam
pembuatan tempe.
b.
Rhizophus
nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam
fumarat.
c.
Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit.
Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur
ini berkembang di dalam substrat. Memiliki
sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d.
Pilobolus sp.
Jamur
ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter.
Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan
tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di
dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan
tersebut.
2.
Ascomycotina
Ascomycotina
disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang
menghasilkan askospora. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang
tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari
beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya
lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium
tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium
dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke
askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.
Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah
secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa
bercabang.
Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian
ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan
miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus
membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora).
Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan
tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk
tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas
terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora
aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara
eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
a.
Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan
jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut
sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan
membentuk kuncup atau tunas (budding).
Reproduksi generatif terjadi dengan mem bentuk askus dan askospora. Askospora dari 2
tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid.
Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora
(haploid) dihasilkan lagi. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan
dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake.
b.
Penicillium spp.
Penicillium hidup sebagai saprofit
pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah
ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau
kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif
(konidia) dan secara generatif (askus). Beberapa contoh jamur anggota genus Penicillium
antara lain:
1) Penicillium notatum dan
Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini
menghasilkan zat antibiotik (penisilin).
2) Penicillium roquefortii dan
Penicillium camemberti
Kedua
jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c.
Aspergillus spp.
Koloni
Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan.
Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah
tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin.
Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1)
Aspergillus
oryzae
Jamur
ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat
menghasilkan enzim protease.
2) Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam
dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format,
serta penghasil enzim protease.
3) Aspegillus niger
Jenis
ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat
menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase
dan pektinase.
4) Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan
aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.
5) Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada
telinga, menyebabkan automikosis.
6) Aspergillus fumigatus
A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan
penyakit kanker pada paru-paru burung.
d.
Neurospora crassa
N. crassa dikenal sebagai jamur
oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga
yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis
ini dikelompokkan ke dalam Divisi
Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila.
3.
Basidiomycotina
Divisi
Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms).
Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang
kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut
basidioma atau basidiokarp.
Hifa
dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan
terkadang memiliki hubungan yang saling mengapit. Sel-sel tersebut
dipisahkan oleh septa yang kompleks.. Kelompok ini memiliki miselium yang
bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran-
lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan
parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium
atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti
(monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa
yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing-masing ujungnya
dan melebur diikuti dengan larutnya masing-masing dinding sel. Kemudian inti
sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut
memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh
menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp
memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang
terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n).
Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut
akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu
seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
a.
Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung,
terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya
berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar
kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b.
Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati.
Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah
kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran.
3)
Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota
suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga
merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup
racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini
hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk
seperti payung.
4)
Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),
tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah
kecoklatan seperti warna karat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme
eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau
multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak
berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta
berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa
sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak
begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga
hidupnya bersifat heterotrof.
Fungi memperoleh sumber karbon dari
substansi organik baik dari material hidup (parasit) maupun mati (saprofit)
secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan asam amino dapat langsung
terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan oleh enzim hidrolisis
sebelum terserap ke dalam sel.
Dunia
Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur
yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi,
yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
B.
SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber
yang cukup mendasar bagi judul makalah
ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode
pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini.
Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian baru dalam
menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan
inspirasi dan kritik dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah
ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini
akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui
tentang jamur dan klasifikasinya serta peranannya kehidupan.
honeyyyyy