BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Angiogenesis
adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan
sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga
terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah
cidera. Akan tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting
dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan
sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis merupakan proses yang terjadi pada embriogenesis
dan pada berbagai keadaan fisiologik maupun patologik orang dewasa. Pada
angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru berasal dari kapiler-kapiler yang
muncul dari pembuluh darah kecil di sekitarnya. Pada proses angiogenesis
terdapat faktor-faktor pendorong dan penghambat angiogenesis yang berinteraksi.
Faktor-faktor angiogenik yang berinteraksi dalam proses angiogenesis juga
membutuhkan molekul-molekul adhesi sel endotel. Akumulasi berbagai bukti
menunjukkan bahwa integrin reseptor adhesi sel endotel yang berhubungan dengan
peradangan dan penyembuhan luka terlibat dalam proses angiogenesis.
Koordinasi merupakan fungsi pengaturan dan pengintegrasian.
Mengatur (to regulate) berarti mengatur/ menyetel sejumlah tertentu, kadar
tertentu, kecepatan tertentu atau variabel tertentu mencapai kondisi tertentu
yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam proses respirasi, oksigen harus tersedia
pada laju tertentu agar dapat dimanfaatkan organisme. Integrasi berarti
mengumpulkan beberapa bagian menjadi satu. Dalam fisiologi, integrasi diartikan
sebagai pengendalian semua komponen fungsional sehingga menjadi satu sistem
kendali, dan tak ada proses tunggal yang dapat berlangsung tanpa tergantung
dari proses lain.
Fungsi-fungsi fisiologi dapat dikendalikan
oleh hormon dan atau saraf, tetapi ada 2 perbedaan penting antara hormon dan
saraf. Perbedaan tersebut berkaitan dengan
kecepatan aksi (speed of action)
dan ukuran target (size of target).
Respon cepat otot skeletal tergantung pada impuls saraf dengan kecepatan
sebesar 100 m/detik; waktu tanggap hanya dalam beberapa milidetik. Sebaliknya,
hormon tertentu tidak menampakkan pengaruhnya hingga hormon tersebut mencapai
sasaran (selalu melalui sirkulasi darah). Waktu tanggap minimum dapat hanya beberapa
detik, tetapi dapat pula beberapa menit atau lebih lama lagi.
Organogenesis adalah proses
pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio
(bentuk primitif) menjadi fetus
(bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa
yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah yang dapat kita buat
seperti berikut:
1. Bagaimana
proses pembentukan pembuluh darah?
2. Bagaimana
mekanisme kerja sistem saraf?
3. Apa
yang dimaksud dengan organogenesis?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan yang dapat penyusun simpulkan berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui
proses pembentukan pembuluh darah.
2. Mengetahui
mekanisme kerja sistem saraf.
3. Mengetahui
pengertian organogenesis dan mekanismenya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROSES
PEMBENTUKAN PEMBULUH DARAH
Pembentukan pembuluh darah baru dapat melalui dua mekanisme
berbeda tetapi berhubungan, yaitu vaskulogenesis atau angiogenesis. Pada
vaskulogenesis, pembuluh darah berkembang dari sel-sel prekursor
angioblas,sedangkan angiogenesis meliputi pertumbuhan pembuluh darah baru dari
pembuluh darah yang sudah ada.
Angiogenesis merupakan suatu proses biologik kompleks yang
terjadi pada embriogenesis dan pada berbagai keadaan fisiologik maupun
patologik orang dewasa. Pada angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru
berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh darah kecil di
sekitarnya. Pembuluh darah kapiler terdiri atas sel-sel endotel dan perisit.
Kedua jenis sel ini memuat seluruh informasi genetik untuk membentuk pembuluh
darah dan cabang-cabangnya serta seluruh jaring-jaring kapiler. Molekul-molekul
angiogenik khas akan mendorong terjadinya proses ini, tetapi ada pula
molekul-molekul penghambat bersifat khusus untuk menghentikan proses
angiogenesis. Molekul-molekul dengan fungsi yang berlawanan tersebut nampaknya seimbang
dan serasi dalam bekerja terus-menerus mempertahankan suatu sistem pembuluh
darah kecil yang konstan.
Pada orang dewasa normal, dalam keadaan nonpatologik sel endotel
mengalami pergantian (turn over) dalam
waktu bertahun-tahun, namun sel-sel endotel tersebut berproliferasi dengan cepat
(5 hari) pada saat terjadi rangsangan angiogenesis, misalnya selama regenerasi
jaringan pada penyembuhan luka.
Semua
sel membutuhkan asupan oksigen dan nutrient dari pembuluh darah disekitarnya
untuk tetap bertahan hidup. Setiap sel berada tidak jauh dari pembuluh darah
agar asupan oksigen dan nutrient tetap terjaga. Setiap sel terletak tidak lebih
dari 0,1 hingga 0,2 mm dari jarak difusi oksigen dari pembuluh darah. Dalam hal
ini sel tumor juga membutuhkan asupan oksigen dan nutrient yang dibawa oleh
darah melalui pembuluh darah untuk tetap tumbuh . Pada awalnya, tumor muncul
sebagai sebuah sel, yang kemudian tumbuh menjadi kanker dan mulai membelah,
membentuk sel-sel kanker yang baru. Awalnya, sel-sel ini mendapatkan nutrisi
dari pembuluh darah yang ada di dekatnya. Akan tetapi, karena sel terus
membelah, maka sel yang berada di tengah menjadi berada jauh dari pembuluh
darah, sehingga ia harus mempunyai pembuluh darah sendiri. Tanpa oksigen dan
nutrient dari pembentukan pembuluh darah yang baru, tumor tidak akan bisa
tumbuh lebih besar dari 1 milimeter atau hanya sekitar 100-300 sel.
Proses
pembentukan pembuluh darah baru ini dikenal dengan angiogenesis. Angiogenesis
adalah proses terbentuknya pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang telah
ada. Proses angiogenesis ini bermula ketika sel tumor menghasilkan dan
mengeluarkan sejumlah secret yang berfungsi sebagai angiogenesis factor yang
dikenal dengan Vacsular Endhotelial Growth Factor (VEGF). Vascular endothelial
growth factor (VEGF) merupakan peptida angiogenik yang sangat berpotensi
dalam mengendali pengembangan hematopoietic stem cell dan
pengubahan matriks ekstrasel. In vitro VEGF merangsang degradasi matriks
ekstrasel dan proliferasi, migrasi dan pembentukan rongga pembuluh pada sel
endotel pembuluh darah. In vivo mengatur permiabilitas dinding kapiler yang
merupakan hal penting dalam proses awal angiogenesis. Faktor pertumbuhan
ini kemudian akan memicu untuk terjadinya pembentukan pembuluh darah baru
disekitar sel tumor. Faktor-faktor inilah yang akan mengaktifkan reseptor pada
permukaan sel-sel yang melapisi pembuluh darah yang ada disekitarnya.
Pada
kaedaan normal, proses ini hanya terjadi dalam keadaan patologis. Angiogenesis
terjadi di tubuh yang sehat untuk penyembuhan luka dan untuk memulihkan aliran
darah ke sel-sel setelah cedera Dalam perempuan, angiogenesis juga terjadi
selama siklus bulanan reproduksi (untuk membangun kembali dengan kandungan
lining, untuk telur yang matang selama ovulation) dan selama kehamilan (untuk
membangun tembuni, sirkulasi antara ibu dan janin).
Terdapat
tiga jenis reseptor yang telah teridentifikasi , reseptor pertama dan kedua
ditemukan pada pembuluh darah sedangkan reseptor yang lainnya terdapat pada
pembuluh limfatik. pembuluh limfatik membantu peredaran cairan interstitial
dari jaringan dan rute potensial yang terletak di sekitar sel-sel kanker. Sifat
permeabilitas, serta pengendalian pertumbuhan pembuluh darah baru pada tumor berbeda
dengan pada jaringan normal. Dibandingkan dengan pembuluh darah di jaringan
normal, kapiler di tumor lebih besar permiabilitasnya sehingga lebih mudah
‘bocor’ disertai arus darah yang lebih lamban. Terjadinya proses angiogenesis
menyebabkan sel tumor dapat tumbuh dan menyebar. Inhibitor dari proses ini
merupakan target dari terapi terhadap penyakit kanker . peristiwa angiogenesis
terjadi disebabkan ketika sel-sel tumor melepaskan vascular endothelial growth
factors.
Beberapa
reseptor vefg telah teridentifikasi dan terletak disekitar pembuluh darah pada
saluran limfa. Pada pembuluh darah terdapat 2 jenis reseptor VEGF yakni VEGF1
dan VEGF2. Pada pembuluh darah VEGF A, VEGF B, dan PIGF akan berikatan dengan
reseptor VEGF 1. Sedangkan VEGF A, VEGF C dan VEGF D akan berikatan dengan
reseptor VEGF2. Reseptor VEGF 2 inilah yang memiliki peranan penting dalam
proses angiogenesis. Pada sel endhotelium, VEGF C dan VEGF D yang akan
berikatan pada reseptor VEGF 3 yang kemudian akan menstimuasi terjadinya angiogenesis
limfatik.
Penempelan
ligan pada reseptor mengakibatkan reseptor mengalami dimerisasi. Setelah
mengalami dimerisasi, aktivasi dari reseptor tirosin kinase ini
selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya autophosporilasi. Menurut Zulies
(2006) autofosforilasi atau transfosforilasi adalah ketika dua reseptor
terdimerisasi maka tirosin kinase akan saling memfosforilasi ujung C pada
residu tirosin. Pada akhirnya akan terjadi transkripsi gen dan akan terbentuk
pembuluh darah baru yang akan tumbuh di sekitar sel kanker yang nantinya akan
menyuplai kebutuhan sel akan oksigen dan nutrient yang memungkinkan sel kanker
untuk tetap tumbuh menjadi besar dan menyebar kebagian tubuh lainnya melalui
aliran darah baru dengan permeabilitas yang lebih tinggi.
Antibodymonoklonal
telah dikembangkan sebagai reflektif yang bertindak sebagai inhibitor yang
hanya akan bekarja dengan cara berikatan dengan VEGF yang terlibat pada proses
angiogenesis sehingga proses angiogenesis tidak akan terjadi . namun inhibitor
ini tidak akan berikatan selain dengan vegf yang memiliki peranan penting dalam
proses angiogenesis atau dengan kata lain penghambatan penempelan ligan pada
reseptor VEGF yang disebabkan oleh ligan lainnya tidak dapat dihambat oleh
senyawa ini.
Obat
yang termasuk dalam kategori ini adalah antibodi anti-VEGF yang mengeblok
reseptor VEGF dari berikatan dengan faktor pertumbuhan. bevacizumab, sebuah
antibodi monoklonal yang pertama kali diterima FDA untuk antibodi anti-VEGF
(Habib, tanpa tahun).
B.
MEKANISME
SISTEM SARAF
Sistem
saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas
sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan
hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian
dan tingkah laku individu.
1.
Sistem
Syaraf Otonom
Sistem
saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap
homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari sistem
saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf
otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah,
dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar
keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas,
beberapa target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain
dipersarafi hanya oleh satu divisi.
Syaraf
simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan
asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine
dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem
syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion syraf simpatik
adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik.
Asetilkoline memiliki
dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik
ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik
dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia
autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem
parasimpatik. Norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu
reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1
dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi reseptor alpha1 dan alpha2
2.
Kerja
Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah
Bagian sistem syaraf yang berperan pada
sistem kardiovaskular didominasi oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, bahwa sistem syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu
syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis. Berikut ini adalah gambar yang
menguraikan mengenai persyarafan simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah.
Gambar di atas menunjukkan anatomi dari
sistem syaraf otonom dalam mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis
meninggalkan spinal cord melalui seluruh syaraf spinal thorakal dan melalui
satu atau dua serat syaraf lumbal yang kemudian memasuki rantai simpatis yang
setiap sisinya terdapat pada kolumna vertebralis. Terdapat 2 rute untuk
memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui jalur syaraf simpatis yang langsung
menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan jantung dan yang kedua
adalah melalui bagian peripheral dari syaraf spinal yang memvaskularisasi
daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya, ditunjukkan bahwa distribusi
syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri, arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan
arteriola menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri
untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah dan selanjutnya menurunkan
aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan
stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi
volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan menyebabkan darah terdorong
ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam proses pengaturan pompa
jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis pada jantung berperan
dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal meningkatkan detak
jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk memompa.
Meskipun sistem syaraf parasimpatis
berperan sangat penting dalam pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh,
sebagai contoh untuk mengontrol sistem gastrointestinal, parasimpatis juga
memiliki peran pada regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem syaraf
simpatis. Salah satu efek terpentingnya
pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang
berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan
menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada
kontraktilitas otot jantung.
Pusat yang berperan dalam pengaturan
impuls simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah terletak di dalam otak
yang dikenal sebagai pusat vasomotor (Vasomotor
center). Pusat vasomotor terletak pada substansi retikular pada medulla dan
bagian terendah ketiga pada pons. Pusat ini mengirimkan impuls parasimpatis
melalui nervus vagus ke jantung dan mengirimkan impuls simpatis melaui spinal
cord dan syaraf simpatis perifer yang selanjutnya akan menuju ke pembuluh darah
arteri, arteriola, dan vena.
Dalam kondisi normal, area
vasokonstriktor pada pusat vasomotor mengirimkan sinyal pada seluruh serat
syaraf simpatis ke seluruh tubuh, menyebabkan seluruh sinyal tersebar secara
kontinu pada syaraf simpatis dengan kecepatan 1,5-2 impuls per detik. Impuls
inilah yang mengatur status kontraksi
pada pembuluh darah, yang dikenal sebagai tonus vasomotor (vasomotor tone).
Pada saat yang sama, dimana pusat
vasomotor mengontrol konstriksi pembuluh darah, pusat vasomotor juga mengontrol
aktivitas jantung. Bagian lateral dari pusat vasomotor mengirimkan impuls
eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke jantung saat tubuh membutuhkan
peningkatan detak jantung dan kontraktilitas. Sebaliknya, pada saat tubuh
membutuhkan penurunan detak jantung, bagian medial dari pusat vasomotor
mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian akan mentransmisikan impuls
parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna detak jantung dan
kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat meningkatkan dan
menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan kontraksi meningkat
saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat vasokonstriksi dihambat.
Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke
jantung akan menyebabkan peningkatan detak jantung (efek kronotropik),
kecepatan transmisi pada jaringan konduktive jantung (efek dromotropik) dan
kekuatan kontraksi (efek inotropik). Impuls yang dikirim melalui syaraf
simpatis juga dapat menghambat efek dari parasimpatis melalui nervus vagus.
Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida Y, yang berperan sebagai
kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.
3.
Pengaturan
Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang
berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada
garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis
pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu,
namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang
terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang
di dalamnya. Dua ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua ruangan di bawah
disebut dengan ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah dari jaringan
kembali ke jantung disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke
jaringan disebut dengan arteri.
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari
sistem saraf otonom, yang dapat mengubah kecepatan (dan juga kekuatan)
kontraksi, walaupun rangsangan saraf tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi.
Saraf parasimpatis jantung, nervus vagus, mempersarafi atrium terutama SA node
dan AV node. Persarafan parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf
simpatis jantung juga mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga
secara dominan mempersarafi ventrikel.
C.
ORGANOGENESIS
1.
Pengertian
Organogenesis
Organogenesis adalah proses
pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio
(bentuk primitif) menjadi fetus
(bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa
yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.
Organogensisi
dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan
berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama
sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus.
Organogenesis
terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Pada
periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi
bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk
definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu
spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk
definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo
mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan
psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis
adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan germinal embrio yang telah
terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing lapisan yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu
yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga
terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk
definitif menjadi ciri suatu individu (Anonim,
2011).
Lapisan-lapisan
tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing pada saat
dewasa. Misalnya lapisan Ektoderm akan
berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit),
rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot,
rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran
darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi
menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam
pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm
dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak
mata. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar
pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh
dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada
makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata (Anonim, 2011).
2.
Mekanisme
Organogenesis
a.
Histogenesis
Tahap awal
dari Organogenesis adalah Histogenesis. Histogenesis adalah suatu proses
diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang
mempunyai fungsi khusus. Dengan kata lain, histogenesis adalah differensiasi
kelompok sel menjadi jaringan, organ, atau organ tambahan.
Setiap
jaringan mengandung sekelompok sel yang sama. Sel jaringan ini sudah merupakan
sel khusus, kecuali sel epitel dan jaringan ikat dipertimbangkan sebagai sel
kurang khusus jika dibandingkan dengan sel saraf atau otot. Bentuk umum dan
struktur dari sel dimodifikasi selama perkembangan sehingga setiap jaringan
mengandung sel dengan fungsi khusus. Ketiga lapisan benih akan mengalami
spesialisasi selama periode ini dan karena itu, setiap lapis benih menghasilkan
sel yang fungsional pada jaringan tempatnya berbeda.(Puja et.al. 2010)
b. Organogenesis (Morfogenesis)
Dalam
perkembangan hewan, organogenesis (organo-genesis berasal dari kata Yunani
όργανον yaitu dengan mana yang bekerja", dan γένεσις "asal,
penciptaan, generasi") adalah proses dimana ektoderm, endoderm, dan
mesoderm berkembang menjadi organ-organ internal organisme. Organ-organ
internal memulai pembangunan pada manusia dalam 3 sampai minggu ke-8 di dalam
rahim. Lapisan dalam organogenesis dibedakan menjadi tiga proses: lipatan, perpecahan,
dan kondensasi. Mengembangkan selama tahap awal pada hewan chordata adalah
tabung saraf dan notochord. Semua hewan vertebrata memiliki proses pembentukan
gastrula dengan cara yang sama. Vertebrata mengembangkan pial neural yang
membedakan ke dalam banyak struktur, termasuk beberapa tulang, otot, dan
komponen dari sistem saraf perifer. (Wikipedia. 2011).
Singkatnya,
organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari
bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus
memiliki bentuk yang spesifik bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk
fetus hewan memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan spesiesnya.
Organogensisi
dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya
organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk
yang selanjutnya embryo disebut fetus . Pada periode pertumbuhan antara atau
transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari
bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo
akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan
akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu
individu. Organogenesis memiliki dua periode atau tahapan yaitu:
1)
Periode pertumbuhan antara, Pada
periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio
sehingga menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperi
pada katak adanya tingkat berudau.
2)
Periode Pertumbuhan akhir, Periode
pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi suatu
bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman / wajah yang khas bagi suatu
individu). Namun pada aves, reptil dan mamalia batas antara periode antara dan
akhir tidak jelas.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal
dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Contohnya :
a.
Lapisan
Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak
(sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b.
Lapisan
Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka
(tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan
alat ekskresi seperti ren.
c.
Lapisan
Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan,
kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu
pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh
pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
3. Transformasi Dan Differensiasi
Pada akhir
dari proses gastrulasi, lapisan benih telah berdiferensiasi, tetapi belum dapat
berfungsi. Sel masih tidak berfungsi sampai pada proses diferensiasi khusus
yang disebut histological differentiation
atau cytodifferentiation. Hasil
dari proses diferensiasi khusus ini adalah terbentuknya protein baru dalam sel.
Protein khusus ini memungkinkan sel tertentu mampu berfungsi untuk hanya satu
fungsi. Transformasi dan diferensiasi bagian-bagian embrio bentuk primitif
berupa :
a.
Ekstensi dan pertumbuhan
bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi.
b.
Evaginasi dan invaginasi daerah
tertentu setiap bumbung.
c.
Pertumbuhan yang tak merata pada
berbagai daerah bumbung.
d.
Perpindahan dari sel-sel dari setiap
bumbung ke bumbung lain atau ke rongga antara bumbung-bumbung.
e.
Pertumbuhan alat yang terdiri dari
berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai bumbung.
f.
Pengorganisasian alat-alat menjadi
sistem : sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem urogenitalia, dan
seterusnya.
g.
Penyelesaian bentuk luar (morfologi,
roman) embrio secara terperinci, halus dan individual.
4. Proses morfogenesis
Bentuk dari
organisme tergantung dari dua faktor, yaitu bentuk sel dan posisi relative dari
sel tersebut. Jadi, morfogenesis terjadi pada beberapa tingkat, yaitu pada
tingkat organisme, organ tubuh, jaringan organ, dan tingkat seluler. Karena
itu, morfogenesis terjadi tidak hanya pada pembentukan organisme, tetapi juga
pada pembentukan sel. Dengan kata lain, morfogenesis merupakan proses yang
menyangkut perubahan pada tingkat sel dan supra seluler.
a.
Pertumbuhan
Pertumbuhan mengacu pada pertambahan
secara berangsur-angsur ukuran dan jumlah sel. pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran secara permanen. Pertumbuhan dapat diukur dari peningkatan kandungan
protoplasma, umumnya dalam bentuk berat kering. Jadi, pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran secara permanen yang dapat diukur. Pertumbuhan dari
organisme dapat diukur dari tiga tingkat berbeda, yaitu organ dan jaringan,
sel, dan struktur subseluler atau proto plasma.
b.
Pertumbuhan protoplasma atau
pertumbuhan subseluler
Tipe pertumbuhan ini menyangkut
beberapa proses. ( 1 ) endositosis substansi yang ada di sekitar sel. Substansi
ini dapat berupa molekul kecil ( air, garam, gula ) dan molekul besar ( asam
lemak, peptide, oligopeptida). Endositosis menyebabkan bertambahnya berat sel.
( 2 ) sintesis molekul selain DNA, yang digunakan untuk keperluan internal sel
atau untuk sekresi ekstra seluler. Molekul yang disintesis dapat berupa molekul
kecil, besar, maupun makro molekul.
c.
Pertumbuhan sel
Sel telah dipercaya sebagai unit
kehidupan. Pada tingkat seluler, pertumbuhan sel meliputi perubahan dalam ukuran
sel. Perubahan dalam ukuran ini dapat berupa bertambahnya volume sel tersebut
tanpa bertambahnya jumlah sel atau bertambahnya ukuran ukuran sebagai hasil
meningkatnya jumlah pembelahan sel.
5. Lapisan Benih Ektoderm
Lapis
benihektoderm menghasilkan atau menumbuhkan bagian epidermal, neural tube, dan
sel neural crest.
a.
Epidermal ectoderm akan menumbuhkan
organ antara lain : ( 1 ) lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang
seperti sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji, kelenjar minyak bulu, kelenjar
peluh, kelenjar lugak, kelenjar lendir, dan kelenjar mata., ( 2 ) organ perasa
sepertai lensa mata, alat telinga dalam, indra pembau, dan indra peraba, dan (
3 ) epithelium dari rongga mulut ( stomodium), rongga hidung, sinus
paranasalis, kelenjar ludah, dan kelenjar analis (proctodeum ).
b.
Neural tube akan menumbuhkan organ
antara lain : otak, spinal cord, saraf feriper, ganglia, retina mata, beberapa
reseptor pada kulit, reseptor pendengaran, dan perasa, neurohifofisis.
c.
Neural crest akan menumbuhkan organ
antara lain : neuron sensoris, neuron cholinergik, sistem saraf parasimpapetik,
neuron adrenergic, sel swann dan ginjal, sel medulla adrenal, sel para
folikuler kelenjar tyroid,sel pigmen tubuh, tulang dan yang lainnya.
Sistem saraf terdiri atas sistem sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi (perifer), yaitu system saraf kranial, spinal, dan
autonom. SSP berasal dari bumbung neural yang dihasilkan oleh proses neurulasi.
Bumbung neural beserta salurannya (neurosoel) berdiferensiasi menjadi otak dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang: STB) Saluran di dalam otak terdiri
atas 4 ventrikel dan di dalam STB sebuah kanalis sentralis.
Otak embrio mula-mula terdiri atas 3 wilayah: 1)
prosensefalon, 2) mesensefalon, 3) rombensefalon. Kemudian, otak berkembang
menjadi 5 wilayah yaitu prosensefalon berkembang menjadi (1) telensefalon
(bakal serebrum) dan (2) diensesefalon. Adapun mesensefalon tetap sebagai
mesensefalon (3) Sementara itu, rombensefalon berkembang menjadi (4)
metensefalon (bakal serebelum) dan (5) mielensefalon (bakal PonsVarolii dan
medula oblongata atau batang otak). Saluran di dalam telensefalon (telosoel)
lateral kiri dan kanan ialah ventrikel I dan ventrikel II. Ventrikel III adalah
telosoel median dan diosoel. Ventrikel IV ialah metasoel dan mielosoel.
Mesosoel tidak membentuk ventrikel, dan disebut duktus Sylvius. Dinding SSP
awalnya ialah neuroepitelium yang merupakan sumber sel-sel saraf dan neuroglia.
Kemudian, neuroepitelium pada batang otak dan STB akan terdiri atas lapisan
ependum/ventricular (yang membatasi lumen), mantel (materi kelabu), dan marginal
(materi putih) Materi kelabu (mengandung banyak sel saraf dan neuroglia) dan
materi putih (berisi banyak akson bermielin) padaotak anterior dari batang
otak, letak kedua materi itu kebalikan dari kedudukannya di dalam STB.
Hipofisis dibentuk dari 2 komponen, yaitu kantung
Rathke (dari stomodeum) dan infundibulum (dari diensefalon), masing-masing
menjadi lobus anterior dan lobus posterior dari hipofisis. Lobus intermedia
terletak pada perbatasan kantung Rathke bagian posterior dengan infundibulum.
Tiap lobus menghasilkan hormon yang berbeda. Pembentukan organ indera ditandai
dengan adanya penebalan (plakoda) pada ektoderm yang berhadapan dengan otak.
Plakoda nasal (olfaktorius), plakoda optik, dan plakoda otik (auditorius)
masing-masing berhadapan dengan telensefalon, diensefalon, dan mielensefalon.
Selain berasal dari plakoda optik (bakal lensa), mata berasal juga dari bagian
diensefalon, yaitu vesikula optik (bakal retina) Bakal telinga yang mulai
dibentuk adalah bakal telinga dalam yang berasal dari plakoda otik, baru
kemudian bakal telinga tengah, dan terakhir bakal telinga luar (bagi hewan yang
memiliki daun telinga atau pina).
6.
Lapisan
Benih Mesoderm
Lapisan
benih mesoderm akan menumbuhkan notochord, epimer, mesomer dan hypomer.
Notochord umumnya berkembang dengan baik pada amphioxus, sedangkan pada
vertebrata menumbuhkan sumsum tulang belakang. Epimer akan berkembang menjadi
dermatome (dermis kulit), sklerotome (sumsum tulang), dan myotom (otot
kerangkang). Mesomer akan berkembang menjadi organ pengeluaran seperti ginjal
dan urethra, ovarium dan testis serta saluran genital dan korteks adrenalis.
Hypomere akan berkembang menjadi somatopleura (peritoneum), splanchnopleura
(masentrium, jantung, sel darah, sum – sum tulang, pembuluh darah) dan coeclon
(rongga tubuh).
a.
Epimere, Bagian
sclerotome memisahkan diri dari somit berupa sekelompok sel mesenkim, pindah ke
median mengelilingi notochord dan ke dorsal mengelilingi bumbung neural.
Kelompok sel mesenkim ini membentuk vertebrae yang menyelaputi notochord dan bumbung
neural. Somit kemudian kembali menyusun diri menjadi bumbung yang terdiri dari
2 bagian :
·
Dermatome, sebelah luar
·
Myotome, sebelah dalam
Rongganya
disebut myocoel sekunder. Dermatome menghasilkan mesenkim yang akan berpindah
ke bawah epidermis membentuk lapisan dermis.
b.
Mesomere, Dibedakan
atas 2 daerah :
·
Genital ridge
·
Nephrotome
Genital
ridge mengandung sel-sel untuk membina gonad. Nephrotome tumbuh menjadi ginjal
dan saluran-salurannya.
c.
Hypomere, Somatic
mesoderm dan splanchnic mesoderm akan menumbuhkan :
·
Kantung insang (branchial pouches)
di daerah pharynx foregut. Kantung-kantung insang itu berpasangan, dibina oleh
endoderm sebelah dalam, ectoderm sebelah luar, dan mesoderm di tengah.
·
Selaput rongga tubuh dan alat dalam
: pericardium, pleura, peritonium, mesenterium. Semua selaput ini terdiri dari
sel sel epitel gepeng disebut mesothelium, serta jaringan pengikat.
Splanchnic mesoderm sendiri di daerah jantung membina
epimyocardium, serta mesocardium yang merupaka selaput penggantung jantung. Somatic
mesoderm sendiri menumbuhkan lapisan dermis kulit di daerah lateral dan ventral
embrio.(Yatim et al.1984)
d.
Organogenesis Urogenital
Organ-organ
turunan mesoderm, di antaranya ialah ginjal dan gonad beserta
saluran-salurannya, jantung dan pembuluh darah, anggota badan, dan
vertebra.Terdapat tiga macam ginjal, berdasarkan kesempurnaan perkembangannya
yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros. Kepemilikan jenis-jenis ginjal ini
sejalan dengan derajat tingginya hewan. Selama perkembangan embrio suatu hewan,
ginjal yang lebih primitif dari ginjal definitifnya selalu atau pernah
dimilikinya meskipun hanya sebentar dan mungkin tidak berfungsi, melainkan akan
berdegenerasi dan bersamaan dengan itu ginjal yang lebih maju terbentuk
posterior dari yang pertama. Komponen ginjal ialah jaringan nefrogenik yang
berasal dari mesoderm intermedier yang perkembangannya diinduksi oleh saluran
nefros.
Ginjal yang
paling sempurna adalah metanefros, terletak paling posterior. Ginjal ini
dibentuk sebagai hasil induksi resiprokal antara tunas metanefros (tunas
ureter) dengan jaringan metanefrogenik yang menghasilkan unit-unit nefron.
Tunas metanefros awalnya merupakan cabang dari saluran mesonefros, tetapi
kemudian memisahkan diri. Gonad berasal dari mesoderm splanknik dekat
mesonefros (mesoderm intermedier) berupa pematang genital (epitel germinal),
yang akan terdiri dari korteks pada bagian luar dan medula di bagian dalam.
Terdapat tahap indiferen sebelum terdiferensiasi menjadi testis atau ovarium.
Pada tahap ini terdapat saluran Wolff, bakal vasa deferensia, dan juga saluran
Muller, bakal oviduk. Dari epitel germinal dibentuk pita-pita seks primer ke
dalam medula.
Pada bakal
testis, pita seks berkembang pesat di dalam medula sebagai pita medula (pita
testis) yang menjadi terpisah dari epitel germinal, dibatasi oleh tunika
albuginea. Pita medula adalah bakal tubulus seminiferus, terdiri atas sel-sel
kelamin dan sel Sertoli. Sel-sel medula lainnya menjadi sel Leydig. Korteks
tetap tipis, sedangkan medula tebal. Saluran Müller berdegenerasi, sedangkan
saluran Wolff menjadi vasa deferensia.(Yohana et al.2007).
e.
Perkembangan Lapisan Mesoderm pada
Ayam
Sel-sel
mesoderm (yang tidak membentuk notochord) menyebar ke arah lateral membentuk
lempengan yang tebal disebut dengan mesoderm paraksial (terlentang sepanjang
kedua sisi notochord dan bumbung neural). Sementara daerah unsur primitive
memendek dan bumbung neural terbentuk. Dari mesoderm paraksial terpisah
balok-balok berbentuk segitiga yang disebut somit. Somit pertama dibentuk pada
bagian interior dari embrio, dan somit-somit baru dibentuk dibelakang secara
teratur.
Sel-sel yang
menyusun somit sangat mampat dan tersusun atas suatu epitel. Perkembangan
selanjutnya sel-sel pada bagian ventral dari somit bermitosis (kehilangan sifat
epithelnya) dan menjadi mesenkim (kendur), daerah ini disebut sklerotum.
Sel-sel mesenkim akan bermigrasi ke arah bumbung neural dan notochord menjadi
kondrosit akan membangun rangka tubuh. Selanjutnya sel-sel sklerotum memisahkan
diri dari somit. Sisa-sisa sel-sel somit membentuk suatu tabung padat
berlapis-lapis. Lapisan dorsal disebut Dermaton (membentuk jarikat kulit/
dermis). Lapisan dalam disebut miotom ( sel-selnya membentuk otot membentuk
otot serat lintang dari punggung dan anggota tubuh).
7. Lapisan Benih Endoderm
Lapis benih
ini akan menumbuhkan beberapa sel seperti, epithelium saluran pencernaan dan
derivatnya seperti hati, pancreas, vesika urinaria. Lapis benih juga
menumbuhkan sel epitel saluran pernapasan, saluran perkencingan, dan beberapa
kelenjar endokrin seperti tyroid dan parathyroid.
Organ-organ
turunan endoderm yang utama adalah saluran pencernaan makanan (SPM) dan
kelenjar- kelenjarnya, serta paru-paru dan saluran respiratori (pernapasan)
Selain itu, beberapa kelenjar endokrin berasal dari endoderm juga. Pembentukan
SPM diawali dengan terbentuknya arkenteron, yang pada anamniota dari awal sudah
berbentuk rongga yang akan membentuk saluran. Pada amniota, saluran baru
terbentuk melalui pelipatan-pelipatan splanknopleura di bagian anterior,
posterior, dan lateral. Di bagian tengah saluran, terdapat bagian yang terbuka
yaitu pada tangkai yolk yang menghubungkan saluran dengan kantung yolk.
SPM terbagi
menjadi wilayah usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan akan
menjadi faring, esofagus, lambung, dan duodenum anterior. Usus tengah adalah
bakal duodenum posterior dan sebagian dari kolon. Usus belakang ialah bakal
kolon dan rektum. Lubang mulut terdapat di ujung anterior usus depan, dari
pertemuan ektoderm stomodeum dengan endoderm faring yang kemudian pecah
membentuk lubang mulut Ektoderm stomodeum masuk ke dalam rongga mulut. Oleh
karena itu, epitel rongga mulut adalah ektoderm. Hal yang sama terjadi di
bagian kaudal, epitel rongga anus atau rongga kloaka adalah ektoderm yang
berasal dari ektoderm proktodeum.
Faring
memperlihatkan banyak derivat yaitu evaginasi laterad berupa kantung faring
yang selengkapnya ada 6 pasang. Pada kantung faring bagian distal terdapat
bakal tonsil, timus dan paratiroid. Bakal tiroid berupa divertikulum, tampak
medioventral dari faring. Kantung faring nomor 2 adalah saluran timpani bagian
telinga. Kantung faring bertemu dengan lekukan ektoderm bermesoderm yaitu
lekuk/celah faring (viseral), yang dibatasi oleh lengkung faring ke arah
anterior dan posterior. Lengkung faring 1 adalah lengkung mandibula, yang kedua
ialah lengkung hioid. Celah di antara kedua lengkung itu ialah celah
hiomandibula. Lengkung III dan seterusnya adalah lengkung insang.
Derivat-derivat
SPM lainnya keluar dari medioventral usus depan ialah laringotrakea, hati,
pankreas ventral dan pankreas dorsal. Dari pangkal divertikulum hati, dibentuk
kantung empedu dengan duktus sistikus. Divertikulum hati bercabang-cabang
membentuk pita-pita hati dan duktus hepatikus. Duktus hepatikus bertemu dengan
duktus sistikus membentuk saluran empedu (ductus choledochus) yang bermuara di
dalam duodenum. Kedua bakal pankreas (ventral dan dorsal) bergabung di bagian
dorsal dan berdiferensiasi, sampai terjadi sitodiferensiasi. Saluran pankreas
bermuara di dalam duodenum Pankreas berdiferensiasi membentuk bagian eksokrin
dan bagian endokrin (pulau Langerhans) Hasil sitodiferensiasi ialah
terbentuknya berbagai sel khusus di dalam pulau Langerhans. Masing-masing sel
khusus (A, B, dan C) menghasilkan hormon tertentu, misalnya hormon glukagon dan
hormon insulin yang masing-masing dihasilkan oleh sel A dan sel B.
Divertikulum
laringotrakea tumbuh ventroposteriad dan bercabang dua (bifurkasi) menjadi
bronkus ekstrapulmonalis. Ujung percabangan selalu menggelembung yaitu bakal
paru-paru. Selanjutnya, percabangan berlangsung beberapa generasi menghasilkan
bronkus intrapulmonalis, bronkiolus, sampai ke terminal percabangan yaitu
alveolus-alveolus. Semua percabangan intrapulmonalis akan diselaputi oleh
mesoderm yang mengisi ruang antarcabang-cabang membentuk paru-paru. Paru-paru
terdiri atas 3 lobus sebelah kanan dan 2 lobus sebelah kiri. Paru-paru
merupakan organ yang paling akhir berfungsi, yaitu saat lahir/ menetas. Agar
alveoli tidak lengket satu sama lain sehingga tidak collapse, dihasilkan
senyawa surfaktan oleh sel-sel alveoli, yang mengatur tegangan permukaan.
8. Organogenesis Pada Bumbung-Bumbung
(Tubulasi)
Tubulasi
adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga
dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih
ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung,
berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif.
Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap
bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan
alat (organ) bentuk definitif.
Ketika
tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada
daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan
bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada
bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah
dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk
menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot
visera, rangka dan alat urogenitalia.
a.
Bumbung Epidermis, Menumbuhkan
:
·
Lapisan epidermis kulit, dengan
derivatnya yang bertexture (susunan kimia) tanduk : sisik, bulu, kuku, tanduk,
cula, taji.
·
Kelenjar-kelenjar kulit : kelenjar
minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lendir, dan kelenjar air
mata.
·
Lensa mata, alat telinga dalam,
indra bau dan indra raba.
·
Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan
derivatnya seperti lapisan enamel (email) gigi, kelenjar ludah, dan indra
kecap.
·
Proctodeum, menumbuhkan dubur
bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
b.
Bumbung Endoderm (metenterom), Menumbuhkan
:
Ø Lapisan
epitel seluruh saluran pencernaan sejak pharynx sampai rectum.
Ø Kelenjar-kelenjar
pencernaan : hepar, pancreas, serta kelenjar lendir yang mengandung enzim dalam
oesophagus, gaster dan intestinum.
Ø Lapisan
epitel paru atau insang.
Ø Cloaca yang
menjadi muara ketiga saluran : pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan
kelamun (ductus genitalis).
Ø Lapisan
epitel vagina, uretra, vesica urinaria, dan kelenjar-kelenjarnya.
c.
Bumbung Neuran (saraf), Menumbuhkan
:
Ø Otak dan
sumsum tulang belakang
Ø Saraf tepi
otak dan punggung
Ø Bagian
persarafan indra, seperti mata, hidung, dan raba
Ø Chromatophore
kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmennt.
d.
Bumbung mesoderm, Menumbuhkan
banyak ragam alat :
Ø Jaringan
pengikat dan penunjang
Ø Otot :
lurik, polos, dan jantung
Ø Mesenchyme
yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan. (sedikit
ada juga mesenchyme sesungguhnya dari bumbung ectoderm epidermis)
Ø Gonad,
saluran serta kelenjar-kelenjarnya
Ø Ginjal dan
ureter
Ø Lapisan otot
dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica
muscularis–mucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubuh, seperti pencernaan,
kelamin, dan pembuluh darah.
Ø Lapisan
rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat pleura, pericardium, peritonium,
dan mesenterium.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Angiogenesis adalah proses
pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan sangat penting
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam
proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Akan
tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting dalam
karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan sel
kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Koordinasi merupakan fungsi pengaturan dan pengintegrasian.
Mengatur (to regulate) berarti mengatur/ menyetel sejumlah tertentu, kadar
tertentu, kecepatan tertentu atau variabel tertentu mencapai kondisi tertentu
yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam proses respirasi, oksigen harus tersedia
pada laju tertentu agar dapat dimanfaatkan organisme. Integrasi berarti
mengumpulkan beberapa bagian menjadi satu. Dalam fisiologi, integrasi diartikan
sebagai pengendalian semua komponen fungsional sehingga menjadi satu sistem
kendali, dan tak ada proses tunggal yang dapat berlangsung tanpa tergantung
dari proses lain.
Organogenesis adalah proses
pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio
(bentuk primitif) menjadi fetus
(bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa
yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.
B.
SARAN
Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang proses
pembentukan pembuluh darah, mekanisme sistem saraf dan organogenesis dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan
pengaruh yang disebabkannya.
Penulis
menyadari bahwa
penulisan makalah ini belum
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar