PEMBUDIDAYAAN CENDAWAN
FIRDAUS
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok
organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat
uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan
kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik,
serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki
beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam,
dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis,
sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki
kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang
mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Cendawan
adalah jamur atau tubuh buah yang fungsi utamanya menghasilka meneyebarluaskan
berbylium-bylium spora ke lingkungan. Ada cendawan yang dimasukkan kedalam
ascomycota, akan tetapi sebagian besar cendawan yang dikenal sampai sekarang
dimasukkan kedalam basidiomycota. Semua cendawan yang dapat dimakan adalah
saprofit.
Menurut
chang (1993) budidaya cendawan mulai mendapat perhatian besar karena jumlah
penggemar jamur pangan makin meningkat didunia. Selain itu, pemanfaatna bahan
limbah yang sebelumnya mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk
pembudidayaan cendawan sampai ke taraf industry.
A.
CARA
BUDIDAYA CENDAWAN
Pembudidayaan
cendawan atau di masyarakat lebih dikenal sebagai pembudidayaan jamur, semula
merupakan suatu bioteknologi sederhana dan meliputi tiga jenis kegiatan: 1) pembuatan spawn atau inokulun, 2) pembuatan kompos, yaitu substarat
yang akan ditumbuhi oleh jamur, 3)
pengaturan lingkungan pertumbuhan agar diperoleh produksi jamur yang
maksimal.
1.
Pembuatan
Spawn
Chang
(1982) dan Yong dan leong (1983) telah menerbitkan suatu cara spawn yang
sederhana untuk budidaya cendawan di lingkungan rumah, tetapi memberikan hasil
yang lebih baik. Caranya sederhana sebagai berikut:gunting dibersihkan dengan
alcohol 70%, kemudian sebagian dari hemanium cendawan tempat basidiospora
dibentuk, dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut dicuci dengan aqua destilata
steril, dikeringkan dengan kertas saring steril kemudian potongan tersebut
langsung diletakkan di atas medium PDA dalam cawan petri dan diinkubasikan
dalam suhu kurang lebih 28-30 0C.
Koloni
cendawan yang tumbuh kemudian dipotong di bagian pinggir koloni, jadi agar dan
miselium dipindahkan kecawan petri dengan PDA segar. Perlakuan tersebut diulang
beberapa kali sampai diperoleh miselium yang benar-benar murni. Sementara
sebuah botol steril bermulut lebar sudah disipkan dan diisi dengan kompos yang
sudah di uap kurang lebih 3 jam pada suhu 60 0C. bagian tengah dari
kompos yang sudah dingin ditekan ke dalam. Miselium yang sudah dibiarkan tumbuh
lebat didalam cawan petri diambil secara aseptic dengan memutar-mutar jarum
tanam sehingga miselium menggulung sekitar ujung jarum kemudian dimasukkan ke
dalam lubang kompos tersebut. Yong & Leong (1983) memasukkan langsung
potongan agar + miselium ke dalam kompos tersebut. Apabila substratnya sekam
padi atau saw dust kayu, maka
agar+miselium tersebut langsung dicampurkan secara diaduk-aduk dengan
substratnya. Botol kemudian ditutup dengan sumbat kapas steril yang dibungkus
kain kasa dan diinkubasikan pada suhu 30-32 0C selama 6-7 hari agar
semua kompos sampai kedasar botol tertutup oleh miselium. Kompos yang
bermiselium tersebut yang disebut spawn.
Spawn harus diobservasi teratur agar tidak terkontaminasi oleh pertumbuhan
kapang pengganggu, seperti spesies dari genera Neurospora, Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium (chang 1982;
yong & leong, 1983). Kehadiran kapang pengganggu dapat dikenali dari warna
konidia pada kompos. Apabila terjadi kontaminasi, maka seluruh Spawn dalam botol harus dimusnahkan
segera.
2.
Pembuatan
Kompos
Salah
satu persyaratan substrata tau kompos yang akan menjadi tempat pertumbuhan
cendawan adalah harus mengandung seluruh nutrisi yang diperlukan atau yang mendukung
pertumbuhan cendawan. Limbah alam yang masih banyak mengandung bahan organic
seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang masih dapat dimanfaatkan
sebagai sumber karbon dan energy untuk cendawan. Bagian limbah yang berukuran
besar biasanya dihancurkan terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil.
Limbah tersebut disusun menjadi bedeng-bedeng menurut ukuran tertentu sesuai
tempat yang tersedia dan ditutup dengan lembar plastik untuk mencegah
pengeringan. Dalam substrat akan terjadi suksesi pertumbuhan beberapa beberapa
generasi organisme meliputi bakteri, actinomycetes, kapang dan juga protozoa
yang secara bergantian mendominasi substrat pada tahap-tahap tertentu.
Pada
awalnya, mikroorganisme yang akan mengurai senyawa organic dan nitrogen terlarut
adalah mikroorganisme mesofil. Aktivitas metabolisme mereka menghasilkan karbon
dioksida, ammonia, dan meningkatkan suhu dalam substrat. Suhu akan meningkat
sampai 40-450C, dan sebagian besar mikroorganisme mesofil akan mati.
Substrat
sekarang dikuasai oleh kapang-kapang termofil seperti Humicola fuscoatra, H. grisea, Aspergillus fumigates, Chaetomium
thermophile, dan cendawan Coprinus
cinereus. Setelah aktivitas mikroorganisme termofil selesai, suhu akan
menurun dan kompos siap untuk diinokulasi dengan Spawn.
3.
Pengaturan
Lingkungan Pertumbuhan
Apabila
kompos berupa bedeng sudah siap, maka substrat dalam botol yang sudah penuh
ditumbuhi miselium dikeluarkan, dihancurkan, dan ditabur di atas bedeng kompos
tersebut. Bedeng kemudian ditutup dengan plastik untuk mencegah penguapan air
dari kompos terutama bila proses tersebut berlangsung di luar. Pengawasan
factor lingkungan (terutama suhu) menjadi sangat penting.
4.
Pemanenan
Cendawan
a. Ciri
jamur siap tanam:
Ø Bila
masih ada tonjolan, panen dilakukan keesokan harinya.
Ø Bila
bulat sudah merata, jamur siap panen.
b. Cara
panen jamur:
Ø Lebih
baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah
disterilkan.
Ø Tinggalkan
/ sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen.
Ø Media
tidak boleh terangkat.
c. Penyebab
menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak:
Ø Pasteurisasi
tidak matang.
Ø Dedak
tidak matang.
B.
MANFAAT
DAN NILAI GIZI CENDAWAN
Pemanfaatan
cendawan oleh manusia bukan hanya karena lezat tetapi juga mengandung gizi:
mineral, serat, protein, serta beberapa asam amino esensial. Cendawan tidak
boleh digunakan sebagai pengganti daging, ikan, atau telur tetapi hanya sebagai
suplemen.
Li
dan Chang (1982) melakukan studi mengenai gizi Volvariella volvaceae dan
melaporkan bahwa kisaran kandungan air cendawan segar adalah 88,68-89,46%.
Lemak kasar dihitung berdasarkan berat kering (%) adalah 1,14-3,65%,
karbohidrat bebas nitrogen, serat kasar (fiber), protein kasar, abu. Berikut
juga diuraikan beberapa manfaat cendawan:
1. Sebagai
bahan pangan.
2. Sebagai
bahan kosmetika.
3. Sebagai
bahan obat-obatan.
4. Sebagai
sumber penghasilan.
5. Sebagai
pengurai atau dekomposer apabila bersifat saprofit.
0 komentar:
Posting Komentar