PARAGRAF
1. Pengertian
Paragraf
Pengertian paragraf merupakan
gabungan dari beberapa kalimat yang mempunyai satu kesatuan makna. Suatu
paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik apabila setiap kalimat pada
paragraf tersebut mempunyai kesatuan. Kesatuan yang dimaksud adalah setiap
kalimat yang terdapat pada kalimat secara bersama-sama menyatakan suatu hal
atau suatu tema tertentu. Menurut Goris Keraf (1979: 1980: 67) suatu paragraf
dapat dikatakan paragraf yang baik dan efektif jika memenuhi tiga syarat yaitu;
kesatuan, koherensi, dan kohesi. Koherensi berarti ada kesatuan makna dari
masing kalimat pada paragraf. Kohesi artinya ada kata penghubung yang
menghubungkan antara kalimat atau pengulangan kata yang yang sudah digunakan
pada kalimat sebelumnya.
2. Ada Tiga Pola Pengembangan Paragraf
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya terletak di awal paragraf. Berada di awal kalimat bukan berarti bahwa
kalimat utama itu selalu berada di awal paragraf. Tetapi dapat pula berada pada
kalimat kedua dan ketiga. Hal itu bergantung pada kepada banyaknya kalimat
dalam sebuah paragraf. Ada kalanya kalimat utama berada pada kalimat pertama,
kedua, dan ke tiga.
Contoh paragraf deduktif
Tempat tinggal perlu
memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan. Dari segi kesehatan,
tempat tinggal harus bebas dari udara lembab dan berbau busuk. Harus terdapat
peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar. Dari
segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian, sebab tempat
tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar. Dari segi penerangan,
tempat tinggal harus cukup terang agar tidak melelahkan kepala dan otak.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf induktif merupakan kebalikan
dari paragraf deduktif. Kalau paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal
paragraf, sedangkan paragraf induktif berada di akhir paragraf. Jadi Paragraf
induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir paragraf.
Contoh Paragraf induktif
Tidak ada alat yang lebih baik daripada bahasa untuk
mengungkapkan jiwa seseorang. Oleh karena itu, kecuali harus memperhatikan isi,
alur susunan cerita, sudut pandang, dan sebagainya bahasa sebagai alat
pengungkapannya harus diperhatikan. Diusahakan agar yang disampaikanya dapat
diterima oleh pembaca. Digunakannya bahasa efektif memungkinkan komunikasi
penulis dan pembaca berjalan lancar. Memang, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif.
c.
Paragraf Deduktif dan Induktif (campuran)
Paragraf
campuran merupakan paragraf yang gagasan utamanya terdapat di awal dan diakhir
paragraf. Jadi kalimat ini diawali dengan kalimat inti yang mengemukakan
kalimat utama, kemudian diikuti kalimat inti lagi. Kalimat inti pada akhir
paragraf biasanya merupakan variasi dari kalimat inti pada wal paragraf.
Contonya:
Salah satu persoalan sulit yang harus
dipecahkan pada tempat-tempat yang padat pemukiman penduduknya adalah masalah
air dan udara. Kemanakah sampah-sampah harus dibuang? Ditumpuk di
Pekarangan bau busuk akan memenuhi udara. Dibuang di Sungai, akan jadi kotor.
Dimana-mana di seluruh dunia terdengar pringatan akan bahaya pengotoran air dan
udara. Memang, masalah air dan udara
merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan.
3. Ada beberapa pola pengembangan
paragraf
- Menempuh jalan pemikiran deduktif,
- Menempuh jalan pemikiran induktif,
- Menempuh jalan pemikiran deduktif dan induktif,
- Mengemukakan deskripsi atau narasi,
- Menurut urutan kejadian,
- Merangkaikan sebab akibat,
- Mengemukakan perbandingan atau analogi, atau mengajukan pertentangan.
Pengembangan
dengan pola deduktif, induktif dan campuran sudah diuraikan pada pola
pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya. Berukut ini akan diuraikan bagian (d sampai
g).
a.
Mengemukakan Deskripsi atau Narasi
Pola pengembangan
paragraf dengan mengemukakan deskripsi atau narasi merupakan pula pengembangan
paragraf dengan cara melukiskan, memaparkan, atau membeberkan fakta dengan
kalimat-kalimat yang berkedudukan setara. Ada yang mengatakan paragraf deskriptif
atau narasi tidak mengandung kalimat utama dan penjelas karena masing-masing
kalimat mempunyai kedudukan setara.
Contohnya:
(1)
Indonesia terletak di daerah katulistiwa. (2) Panjangnya, bujur dari 95o
Bujur Timur, di sebelah Barat sampai 141o Bujur Timur di sebelah
Timur. (3) Lebarnya, membentang dari 60 Lintang Utara di sebelah Utara sampai
11o Lintang Selatan di sebelah Selatan. (4) Keadaan Wilayahnya lebih
kurang 66% terdiri atas Lautan dan sisinya sebagai daratan. (5) Jumlah
penduduknya tidak akan kurang dari 161.000.000 orang. Tanahnya subur, suhunya
tidak terlalu panas tidak terlalu dingin.
Paragraf
di atas terdiri dari 6 kalimat. Kalimat-kalimat itu mempunyai kedudukan yang
sama pentingnya. Oleh karena, itu wajarlah kalau ada yang mengatakan paragraf
deskriptif atau narasi semua kalimatnya merupakan kalimat utama.
b.
Menurut Urutan Kejadian atau Kronologis
Pengembangan paragraf dengan pola ini
dilakukan dengan mengurutkan kalimat sesuai dengan urutan kejadian berdasarkan
waktu. Maksudnya, kejadian paling awal, dikemukakan paling depan, kemudian,
secara berturut-turut kejadian berikutnya. Contohnya:
(1) Menurut jadwal, perkuliahan mata
kuliah bahasa Indonesia untuk jurusan Ilmu pemerintahan kelas tutorial UNSA
dilaksanakan pada hari Kamis pukul 15.00. (2) Pada tanggal 30 November 2007,
sebelum Pukul 15.00 dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia sudah berada di
kampus dan siap untuk masuk ke ruangan kuliah. (3) Namun, perkuliahan belum
dapat dimulai tepat pada pukul 15.00 wita karena jumlah mahasiswa yang hadir
masih sedikit. (4) Perkuliahan baru dimulai pada pukul 15.15 wita. (5) Perkuliahan pada hari itu
membahas tentang pola pengembangan paragraf, kemudian dilanjutkan dengan karya
ilmiah. (5) Perkuliahan berakhir pada pukul 16.40 wita.
c. Merangkaikan Sebab Akibat
Pengembangan
paragraf dengan pola sebab akibat atau akibat sebab. Maksudnya, pengembangan
kalimat dimulai dengan sebab terlebih dahulu baru diikuti akibat atau
sebaliknya.
Contoh sebab akibat:
(1) Keluarga
berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu
hidup merana karena tiap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak pula terlalu pusing
memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga. (4) Anak tidak terlantar
kehidupannya.
Contoh akibat sebab
(1)
Kemarin sore, dia tidak pergi kemana-mana. (2) Hujan turun sangat deras. (3)
Atap rumahpun banyak yang bocor. (4) Keesokan harinya, dia berniat untuk
memperbaikinya.
d.
Mengemukakan Perbandingan atau Analogi
Pengembangan
paragraf dengan pola ini dilakukan dengan mengemukakan persamaan atau perbedaan
dari dua hal secara sistematis.
Contohnya:
(1)
Pantun
dan syair mempunyai persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama
yang terdiri dari 4 baris. (3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi, sedangkan
pada pantun isinya terletak pada baris ke 3 dan ke 4. (4) Pantun berasal dari
bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA
B. Kutipan
Dalam
penulisan karya ilmiah baik ilmiah populer artikel dan opini maupun karya
ilmiah murni seperti skripsi, disertasi dan tesis sering digunakan kutipan
untuk mengisi dan mempertegas isi tulisan. Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud
dengan kutipan? Kutipan adalah peminjaman kalimat atau pendapat dari seorang
pengarang atau pembicaraan orang terkenal. Secara umum ada dua teknik menulis
kutipan, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Antara kedua cara
membuat kutipan harus dapat dibedakan dengan jelas antara keduanya.
1.
KUTIPAN LANGSUNG
Kutipan langsung adalah pinjaman
pendapat dengan mengambil kata demi kata, kalimat demi kalimat dari teks asli.
a. Prinsip membuat kutipan langsung
1)
Jangan
mengadakan perubahan
2)
Bila
ada kesalahan jangan diperbaiki tetapi di depan penulisan yang salah tersebut
harus dicantumkan tanda (sic!) yang
artinya penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan penulisan yang dilakukan
pengarang.
3)
Apabila
ada bagian kalimat yang dihilangkan, pada bagian yang dihilangkan tersebut
dicantumkan tanda [...]. Tanda titik
tiga berarti ada bagian kalimat atau tulisan yang dihilangkan.
b. Cara Membuatkutipan langsung
a.
Kutipan
langsung tidak lebih dari empat baris harus diintegrasikan dengan teks dengan
cara-cara seperti berikut ini:
1)
Kutipan
diintegrasikan dengan teks
2)
Jarak
antara baris dengan baris 2 spasi
3)
Kutipan
tersebut diapit dengan tanda kutip [ “...”]
4)
Apabila
yang dikutip bahasa asing maka kutipan tesebut harus dimiringkan
Contohnya:
Istilah
penilaian, pengukuran, tes, dan evaluasi mempunyai pengertian yang
berbeda-beda, meskipun banyak orang yang salah dalam menafsirkannya. Untuk
mengetahui persamaan atau perbedaan beberapa istilah tersebut, berikut ini akan
diuraikan definisi penilaian, pengukuran, dan evaluasi. Menurut Airasian (1991:
18) “Assessment is the process of gathering, interpreting, and synthesizing
information to aid decision making in the classroom”. Semenatra itu,
Grolund & Linn (1990: 5), ”Evaluation is systematic process of
collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extend to
which pupils are achieving instructional objectives”. Evaluasi merupakan
suatu proses sistimatis meliputi yang kegiatan mengumpulkan, menganalisa dan
menginterpretasikan informasi untuk menentukan sampai seberapa jauh peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.
Kutipan
langsung lebih dari empat baris
Apabila kutipan
terdiri dari lima baris atau enam baris maka penulisannya dapat dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan berikut ini:
1)
Tulisan
tersebut dipisah dengan teks dengan jarak 2,5 spasi;
2)
Jarak
antar baris dengan baris kutipan satu spasi;
3)
Kutipan
tersebut boleh diapit atau tidak diapit dengan tanda kutip [“...”]
4)
Seluruh
kutipan dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketukan bila alinea baru diawali dengan
kutipan
5)
Apabila
terdapat kutipan dalam kutipan maka kutipan menggunakan tanda kutip tunggal
(‘.....’).
Contoh kutipan lebih dari empat baris
Berkaitan dengan fungsi utama
instrumen penilaian untuk mengukur perkembangan belajar peserta didik, maka
dalam menyusun instrumen guru harus memperhatikan petunjuk umum penyusunan
instrumen. Menurut Popham (1995: 98) dalam menyusun instrumen harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
(1) thou shall not provide opaque directions to
students regarding how to respond to your assessment instrumen, (2) thou shall not employ ambiguous statements
in your assessment items, (3) thou shall not unintentionally provide students
with clues regarding apropriate responses, (4) thou shall not employ complex
syntax in your assessment items,(5) thou shall not use vocabulary that is more
advanced than required.
Berdasarkan petunjuk yang sudah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa menyusun instrumen penilaian bukanlah hal yang mudah.
Menyusun instrumen penilaian membutuhkan keterampian dan kemampuan yang memadai
tentang mekanisme atau aturan-aturan penyusunan instrumen. Apabila guru sudah
memahami petenjuk penyusunan instrumen dengan baik, maka ada kecenderungan
instrumen yang dibuat juga baik. Seorang guru dapat menyusun instrumen yang
baik jika ditunjang oleh pemahaman teoretis tentang penyusunan isntrumen dan
berlatih secara terus-menerus.
2.
KUTIPAN TIDAK LANGSUNG
Kutipan tidak langsung adalah pinjaman
pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar
dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsungt biasanya inti atau sari
pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu tidak boleh mempergunakan tanda kutip.
Berikut ini beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tidak
langsung:
a.
Kutipan
itu diintegrasikan dengan teks;
b.
Jarak
antara baris 2 spasi
c.
Kutipan
tidak diapit dengan tanda kutip;
d.
Diakhir
atau diawal kutipan di buat dalam kurung (...) nama singkat pengarang, tahun dan halaman teks asli yang
dikutip.
Contokkutipan tidak langsung:
Formatif evaluation
(penilaian formatif) adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan berdasarkan
kompetensi dasar satuan pelajaran yang diajarkan. Menurut Djemari Mardapi
(2004: 72) penilaian formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang
tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara
periodik sepanjang semester. Bahan penilaian ini dipilih berdasarkan tujuan
pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
3.
KUTIPAN PADA CATATAN KAKI
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks
karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.
a.
Referensi dengan Satu Pengarang
......................................................................................................................................
Media pembelajaran yang telah dirancang dengan baik dapat
merangsang proses belajar mengajar yang baik di kelas.1 Penggunaan
media memberikan konstribusi yang baik terhadap proses belajar mengajar, baik
bagi guru maupun siswa. Penggunaan media dapat mempermudah guru dalam
menjelaskan materi pelajaran.
.........................................................................................................................................
1. Drs. H. Udin S. Winata Putra, M.A., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta,
2002), hal. 12.
Perhatikan:
a.
Nama
pengarang ditulis lengkap dan tidak dibalik
b.
Antara
pengarang buku dengan judul buku diberi tandakoma (,). Antara judul buku dengan
data publikasi tidak ada tanda koma atau titik.
c.
Tempat
dan tahun terbit ditulis dalam tanda kurung; penerbit tidak usah diikut
sertakan.
Atau
1. Drs.H. Udin S. Winata
Putra, M.A., “Strategi Belajar Mengajar” (Jakarta:Universitas Terbuka, 2002),
hal. 12.
b.
Referinsi dengan dua atau tiga pengarang
2. Agus hermansyah, M. Ali, A.
Rasul, Menjemput Masa Depan Pendidikan (Jakarta: Krida Laksana, 2003), hal. 22
– 23.
Perhatikan:
Tempat terbit dan penerbit
dicantumkan, jadi antara tempat terbit dan penerbut menggunakan titik dua (:).
c.
Buku yang terdiri dari banyak pengarang
3. M. Toha Hasan, et al., Pengantar Pendidikan (Bandung: Angkasa,
2005), hal. 20 – 28.
Atau
3. M. Toha Hasan, dkk.,
Pengantar Pendidikan (Bandung: Angkasa, 2005), hal. 20 – 28.
Perhatikan:
a.
Penulisan
nama pengarang hanya ditulis yang pertama saja sedangkan yang lain cukup
diganti dengan et al. atau dkk. Antara
nama pengarang dengan judul diberi tanda titik.
b.
Kalau
edisi berikutnya mengalami perubahan.
3. M. Toha Hasan, dkk., Pengantar Pendidikan (rev.ed.;Bandung,
2005), hal. 20 – 28.
a.
Keterangan
tentang ulang cetak atau edisi revisi (rev.ed.) dicantumkan dalam kurung
sebelum tempat terbit.
b.
Antara
keterangan edisi revisi dengan tempat terbit diberi tanda titik koma (;).
d.
Buku yang terdiri dari dua jilit atau lebih
5.
Prof. Dr. Suyanto, Pendidikan Alternatif Untuk Semua (Vol. I; Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2006), hal. 34 – 36.
Perhatikan:
a.
Keterangan
tentang volume terbit dicantumkan dalam kurung sebelum tempat terbit.
b.
Nomor
jilit selalu dengan angka romawi sedangkan nomor halaman dengan angka Arab.
e.
Sebuah terjemahan
6.Multatuli, Perserkatan
Dagang Kopi Indonesia, trj. H.B. Jassin (Jakarta, 1978), hal. 24.
Perhatikan:
a.
Nama
pengarang asli diletakkan di bagian awal
b.
Keterangan
tentang terjemahan diletakkan setelah judul buku dipisahkan dengan tanda koma.
f.
Jurnal Artikel
Mikusa, M.G. & Lewellen, H., “Now
Here is That, Authority on Mathematics Reforms,” The Mathematics Teacher, I (April , 1996) hal. 158-163.
g.
Referensi korang harian
20. Tajuk Rencana dalam
Kompas, 19 Januari, 1997, hal. 6.
Perhatikan:
Bila nama pengarang jelas,maka
catatan kaki itu dimulai dengan nama pengarang yang menulis artikel tersebut.
Penggunaan simbol yang harus
diperhatikan dalam catatan kaki:
1. ibid artinya nama yang sama diulangi dalam catatan kakit
Contohnya:
1. ibid
2. ibid. hal. 20.
**Ada beberapa singkatan yang
sering digunakan dalam catatan kakit
*
Ibit merupakan
singkatan yang berasal dari bahasa latin ibidem
yang berarti pada bagian atau tempat
yang sama.
* Op. Cit. Berasal dari bahasa latin opera citatato yang berarti pada
karya yang telah dikutip.
* Loc. Cit. Singkatan berasal dari bahasa latin yang berarti pada
tempat yang telah dikutip.
· DAFTAR PUSTAKA
Daftar
Pustaka dituliskan secara konsisten dan alphabetis sesuai dengan salah satu
model baku. Sumber yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka hanya yang benar-benar
dirujuk di dalam naskah. Semua sumber yang dirujuk di dalam naskah harus
dicantumkan di dalam Daftar Pustaka.
Daftar
Pustaka dapat bersumber pada buku, jurnal, majalah dan internet. Daftar Pustaka
ditulis menurut tata cara sebagai berikut.
1.
Buku
a. Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang.
(tahun terbit). judul buku (cetak miring). edisi buku. kota penerbit: nama
penerbit. (model American Psychology
Association – APA edisi kelima).
Contoh:
Wiersma,
W. 1995. Research Methods in Education:
An Introduction. Boston: Allyn and Bacon.
Catatan:
1.
Nama
keluarga terlebih dahulu baru nama kecil atau inisial untuk nama orang yang
menggunakan nama marga pada kata pertama. Misalnya Ermawati A. Rahman
2.
Jika buku disusun oleh lembaga atau instansi
maka nama lembaga tersebut yang mengganti nama orang.
c.
Buku
dengan dua pengarang atau tiga pengarang
Olivert,
Robert T., and Rupert L. Cortright. 1958. New
Training for Effective Speech. New York: Hendry Holt and Company, Inc.
Catatan:
1. Nama pengarang kedua dan
ketiga tidak dibalikkan, dalam hal lain sama dengan bagian a.
2. Urutan nama pengarang harus
sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan
perubahan urutannya.
d.
Buku
dengan banyak pengarang
Morris,
Alton C., et. Al. 1985. College Englis,
the Firs Year. New York: Hendry Holt and Company, Inc.
Catatan:
Hanya nama
pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.untuk menggantikan
nama-nama pengarang lainnya cukup penggunakan et. al. atau dkk.
e.
Jika
buku tersebut mengalami perubahan
Moliono,
Anton. 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonsia. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.
f.
Sebuah
buku terjemahan
Charles,
Andrson. 1987. Penilaian dalam
Pembelajaran Bahasa, terj. Muhammad Sodik. Jakarta: Gramedia.
2.
Artikel/Bab
dalam suatu Buku:
Nama pengarang.
(tahun terbit). judul artikel. In/dalam
nama editor (Ed.). judul buku (cetak
miring). Edisi. nama penerbit, kota penerbit, halaman
Contoh:
Schoenfeld, A.H. 1993. On Mathematics as Sense Making: An
Informal Attack on the Unfortunate Divorce of Formal and Informal
Mathematics, in J.F. Voss., D.N. Perkins & J.W. Segal (Eds.). Informal Reasoning and Education.
Hillsdale. NJ: Erlbaum, pp. 311-344.
3.
Artikel dari Jurnal
Nama pengarang,
tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman.
Contoh:
Mikusa,
M.G. & Lewellen, H., 1999. Now Here is That, Authority on Mathematics Reforms,
The Mathematics Teacher, 92: 158-163.
4.
Majalah
Nama pengarang,
tahun, judul artikel, nama majalah (cetak miring) volume terbitan, nomor
terbitan, halaman.
Contoh:
Ross,
D. 2001. The Math Wars, Navigator,
Vol 4, Number 5, pp. 20-25.
5.
Internet
Nama pengarang,
tahun, judul (cetak miring), alamat website, tanggal akses.
Contoh:
Wu,
H.H. 2002. Basic Skills versus Conceptual
Understanding: A Bogus Dichotomy in Mathematics Education. Tersedia pada http://www.aft.org/publications.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2006.
ikannya lucu...