Asal Usul Manusia (1)
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku
telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh
(ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr
(15) : 28-29)
Muqadimah
Diantara sekian banyak
penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan
dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah
tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung
teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari
makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian
mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini
diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus
dan Meghanthropus.
Di lain puhak banyak
ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini
didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab
suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama.
Yang menjadi pertanyaan adalah termasuk dalam golongan manakah Adam ? Apakah
golongan fosil yang ditemukan tadi atau golongan yang lain ? Lalu bagaimanakah
keterkaitannya ?
Asal Usul Manusia menurut Islam
Kita sebagai umat yang mengakui
dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa
Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global
bagi ilmu pengetahuan.
"Kitab (Al Qur’an) in tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
Dengan memperhatikan
ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi
orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia.
Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al
Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam
pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah
tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan,
dsb. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Tahapan kejadian manusia :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama
(Adam)
Di dalam Al Qur’an
dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian
dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka
oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan
oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As
Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga
menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan
29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari
Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti
Hawa)
Pada dasarnya segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS.
Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan
di dalam surat
An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah
kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan
dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati
proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia
laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan
kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang
lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua
keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga
adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam
proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula
ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis
dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling
Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan
dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu
dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama
empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong
daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya
(untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal
(umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al
Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli
biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya
yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah"
sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan
yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui
proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah
pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim.
Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti
dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat
baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan
baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang
diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi
salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore,
beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al
Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu".
Selain iti beliau juga
mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist
(ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali
dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina)
dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide
tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote
belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah
menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits
menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang
konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo berada
di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen
(perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan
di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang
menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa
yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut,
kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam
rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
Khatimah
Dari uraian diatas jelas tampak bahwa pernyataan dalam surat Al Baqarah ayat 2
-3 tersebut diatas benar adanya dalam hal ini dapat dibuktikan secara ilmiah
terutama dalam kaitannya dengan asal-usul kejadian manusia. (Bersambung)
(Oleh : Fajar Adi Kusumo)
"Sesungguhnya manusia itu
(berasal) dari Adam. Dan Adam itu (diciptakan) dari tanah" (HR. Bukhari)
Pada edisi yang lalu telah
diuraikan tentang proses kejadian manusia pertama (Adam), manusia kedua (Siti
Hawa), dan proses kejadian manusia keturunan Adam dan Hawa selain Nabi Isa a.s.
Lalu bagaimanakah proses
kejadian Nabi Isa a.s ? Dan bagaimana pula keterkaitan informasi dari Al Qur’an
dengan bukti-bukti ilmiah tentang asal-usul manusia dan sanggahan adanya teori
evolusi yang dikemukakan oleh Darwin
?
Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui
bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah dengan proses yang agak berbeda
dengan kejadian manusia biasa. Penciptaan nabi Isa ini tidak melalui pembauran
antara sel telur (ovum) dengan sel sperma, namun proses kehidupan embriyonya di
dalam rahim berjalan normal seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari
seorang wanita yang bernama Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini
secara lengkap dijelaskan oleh Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16 s/d 40.
Di dalam Al Qur’an Allah
berfirman :
"Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : ‘Jadilah’
(seorang manusia) maka jadilah dia" (QS. Al Imran (3) : 59)
Ayat ini memberi gambaran
kepada manusia bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu baik yang dapat
diterima oleh akal maupun tidak akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini
juga dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Jibril berkata :
‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar
dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai ramat dari Kami;
dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan" (QS. Maryam (19) :
21)
Asal Usul manusia menurut teori
evolusi dan sanggahannya
Teori evolusi ini
dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882).
Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu
benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan". Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga
sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil
yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum
mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu
ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi
dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan
telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri
kebingungan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan
tetap dalam keadaan seperti semula. Walaupun pernyataan Darwin dalam bukunya yang berjudul "The
Origin of Species" dapat dikatakan sukses besar karena membahas masalah
yang menyangkut asal usul manusia, namun hal ini hanyalah bersifat dugaan
belaka.
Hal ini diantaranya
merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Tidak ada titik temu antara teori
yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para ahli zoologi sangat akrab
dengan suatu species yang bernama panchronic
yang tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada
lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas
lagi adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun
yang lalu dan hingga kini tetap ada.
Di dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa
manusia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian
berkembang menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia.
Makhluk yang tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah
Australopithecus yang diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun
dengan ukuran otak sekitar 450 - 1450 cm3. Perkembangan dengan perubahan volume
otak ini besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang
mempunyai volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal)
yang mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu
antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi
anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama ±
100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan
alasannya.
Jadi secara jujur dapat
kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Perpaduan Al Qur’an dengan hasil
penelitian ilmiah tentang asal-usul manusia pertama
Terwujudnya alam semesta
ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini
sesuai dengan firman Allah :
"Yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada iantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada
Yang Maha Mengetahui." (QS. Al Furqaan (25) : 59)
Keenam masa itu adalah
Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum.
Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan
perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran
dan kadarnya masing-masing. (tidak berevolusi).
"...dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya" (QS. Al Furqaan (25) : 2)
Dari perpaduan antara Al
Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi Darwin tidak dapat diterima. Dari penelitian
membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul
manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala
isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia. Hal ini
dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Dia-lah Allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah (2) : 29)
Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31
s/d 32 Allah berfirman :
"Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’. Mereka menjawab :
‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain daripada apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-32)
Untuk memelihara kelebihan
ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah berkenan menurunkan kepada semua
keturunannya agar derajat mereka lebih tinggi daripada makhluk yang lain.
Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah
antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli antropologi
sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus dan
Sinanthropus ? Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli
mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal
(nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang
berkembang dengan bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah.
"Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tdak kamu ketahui’."(QS. Al Baqarah (2) : 30)
Dari ayat ini banyak
mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud
oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur Antropologi memang ada
jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens (manusia berbudaya) memang ada
makhluk yang mirip dengan manusia yang disebut Pthecanthropus, Sinanthropus,
Neanderthal, dan sebagainya yang tentu saja karena mereka tidak berbudaya maka
mereka selalu berbuat kerusakan seperti yang dilihat para malaikat.
Nama-nama mkhluk yang
diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula ditemui dalam pendapat para
ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir dalam kitab tafsir
Ibnu Katsir mengatakan : "Yang
dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan yang kerjanya
suka berbuat kerusuhan"
Dengan demikian dari
uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama,
khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Dan tidak ada
suatu umatpun (manusia) melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan
(Nabi)" (QS. Fathir : 24)
"Tiap-tiap umat
mempunyai Rasul" (QS. Yunus : 47)
ASAL KEJADIAN MANUSIA
“APAKAH
Engkau akan menjadikan manusia yang akan melakukan kerosakan dan pertumpahan
darah di dalamnya, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan menyucikan Engkau,”
demikian pertanyaan malaikat kepada Allah kerana terkejut dengan
pengisytiharan-Nya yang mahu menciptakan Adam dan keturunannya sebagai khalifah
di bumi.
Namun, selepas itu malaikat akur
keputusan itu.
Kemudian Adam diciptakan,
iaitu daripada tanah kering yang berasal daripada lumpur hitam. Daripada tanah,
Allah menjadikan Adam berperingkat, kemudian meniupkan roh ke tubuhnya.Akhirnya
sempurnalah kejadian Adam sebagai manusia, merangkumi otak, darah dan daging,
bebas bergerak dan bertindak mengikut kehendak dan akal fikiran.Apabila
penciptaan Adam sempurna, Allah memerintahkan semua malaikat sujud kepadanya
sebagai memulia dan menghormatinya.
Perkara ini dapat dilihat
melalui ayat 28 hingga 29 surah Yusuf, maksudnya: “Dan (ingatlah) ketika
Tuhan-Mu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia daripada tanah liat kering, daripada lumpur hitam yang diberi bentuk.
Apabila Aku menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kepadanya roh (ciptaan)
Ku, tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”Selepas itu Allah mengajarkan
kepada Adam segala nama, yang menjadi asas ilmu pengetahuan sebagai bekalan
hidup di bumi. Apabila Adam mendapat ilmu, Allah memperlihatkannya kepada
malaikat, dia memiliki darjat yang tinggi dari segi ilmu berbanding malaikat.
Lalu malaikat berkata: “Sungguh kami menyucikan Engkau wahai Tuhan kami, kerana
kami tidak mengetahui melainkan yang telah Engkau ajarkan kepada kami dan
Engkau Maha Mengetahui segalanya, Maha Bijaksana dalam segala urusan yang
Engkau ciptakan.”
Perkara ini dapat dilihat
melalui surah al-Baqarah, ayat 31 hingga 33. Semua malaikat akur dengan
perintah Allah dan sujud kepada Adam. Bagaimanapun, iblis dengan angkuh dan
sombong enggan berbuat demikian. Iblis memberikan jawapan kepada Allah kononnya
dia lebih mulia daripada Adam. Menurut iblis, dia diciptakan daripada api,
manakala Adam daripada tanah. Justeru, iblis menyangka dirinya lebih bermaruah
dan mempunyai kedudukan tinggi daripada Adam. Melihat gelagat iblis yang
bongkak itu, Allah melaknat iblis dan mengusirkannya dari syurga untuk
selama-lamanya.Hukuman itu menyebabkan iblis berdendam dengan Adam, lalu ia menyatakan
permohonan kepada Allah supaya dipanjangkan usia sehingga hari kiamat. Iblis
juga bersumpah untuk menyesatkan anak cucu Adam dari jalan yang benar, dengan
mendatangi mereka (manusia) dari setiap penjuru untuk mengawasi kelemahan dan
kecuaian mereka, sehingga mengheret ke lembah kesesatan dan derhaka kepada
Allah.
Permohonan itu dikabulkan,
namun Allah turut mengutuk iblis, melalui firmanNya: “Keluarlah kamu dari
syurga ini dengan keadaan yang hina, kamu tidak akan mendapat rahmat-Ku dan Aku
bersumpah akan memenuhi jahanam dengan kamu sekalian dan orang yang
mengikutimu.”
Selepas iblis diusir dari syurga, Adam tinggal keseorangan dan pada satu ketika dia terlena. Ketika itu, Jibril mencabut tulang rusuknya di sebelah kiri, dibentukkannya menjadi daging dan tulang, seterusnya terciptalah Hawa, sebagai isteri. Perkara ini dinyatakan dalam surah al-Nisa, ayat 1.
Adam dan Hawa tinggal di
syurga dengan segala kenikmatan. Namun, Allah melarang mereka dari mendekati
sejenis pokok sekali gus menegah memakan buahnya. Mereka diberi amaran, jika
melanggar larangan itu, mereka termasuk golongan yang zalim dan akan mendapat
balasan daripada Allah.Bagaimanapun, larangan itu tidak dipatuhi. Kemudian,
semua pakaian dan perhiasan di syurga yang dipakai mereka terlepas, dengan
tiada satu pun tertinggal, melainkan mahkota.Sambil menangis, Adam menoleh
kepada Hawa, lalu berkata: “Persiapkanlah dirimu untuk keluar dari sisi Allah.
Inilah permulaan munculnya maksiat.”
Hawa menjawab: “Wahai
Adam! Aku tidak pernah menyangka ada makhluk berani bersumpah palsu kepada
Allah.”Di syurga Adam sentiasa berlari kerana malu kepada Allah, sehingga Adam
mengira azab Allah dipercepatkan, lalu dia menundukkan kepala dan berkata:
“Ampun! Ampun.”Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, adakah kamu melarikan diri
dari-Ku?” Adam menjawab: “Tidak, tetapi aku malu kepada Engkau wahai Tuhan!”Kemudian
Allah mewahyukan kepada dua malaikat, supaya mengeluarkan Adam dan Hawa dari
sisi-Nya, kerana telah menderhakai-Nya. Tanpa berlengah, Jibril melepaskan mahkota
di kepala Adam, manakala Mikail mencabut mahkota di keningnya. Selepas
diturunkan dari tempat suci ke tempat yang penuh kelaparan, Adam menangisi
kesalahannya selama seratus tahun. Dia sentiasa menundukkan kepala di atas
kedua-dua lututnya, sehingga titisan air matanya membasahi bumi, menumbuhkan
rumput dan pokok.
Wahab bin Munabbih menceritakan, Nabi Adam berada dalam kemurkaan Allah selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Allah memanggilnya, kemudian memberikan wahyu kepadanya: “Wahai Adam, kesedihan apakah yang Aku lihat menimpamu hari ini? Bencana apakah menimpamu sehingga menyebabkanmu hanyut?“
Wahab bin Munabbih menceritakan, Nabi Adam berada dalam kemurkaan Allah selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Allah memanggilnya, kemudian memberikan wahyu kepadanya: “Wahai Adam, kesedihan apakah yang Aku lihat menimpamu hari ini? Bencana apakah menimpamu sehingga menyebabkanmu hanyut?“
Adam berkata: “Sungguh
besar musibah, wahai Tuhan. Aku diliputi kesalahanku sendiri dan aku keluar
dari kerajaan Tuhanku, sehingga aku berada di tempat kehinaan, sebelumnya aku
berada dalam kemuliaan.
“Aku berada di tempat celaka,
sebelumnya aku dalam kebahagiaan. Aku berada di tempat sukar, sebelumnya aku
dalam kemewahan. Aku di tempat bencana, sebelumnya aku dalam keselamatan. “Aku
sekarang berada di tempat yang akn musnah setelah berada dalam ketenangan. Aku
sekarang berada di tempat yang hancur setelah berada di tempat kekal abadi dan
aku sekarang berada di tempat yang penuh penipuan setelah berada dalam
keamanan. Tuhanku, tentu saja aku menangisi kesalahanku? Bagaimana mungkin aku
tidak meratapi diriku sendiri?” Allah berfirman kepada Adam: “Bukankah Aku
telah memilihmu untuk diri-Ku? Aku telah menghalalkan rumah-Ku untuk dirimu,
Aku memilihmu atas semua makhluk-Ku, Aku mengkhususkan keramat-Ku terhadap dirimu,
Aku mencurahkan kecintaan-Ku terhadap dirimu, Aku memberi peringatan kepadamu
akan kemurkaan-Ku?Bukankah Aku menciptakanmu sendiri, Aku telah meniupkan nyawa
ke dalam tubuhmu, Aku memerintahkan malaikat supaya sujud dan bukankah Aku
menjadikanmu sebagai pendamping-Ku di syurga-Ku.
Kamu menggunakan
keramat-Ku sekehendakmu sendiri, sehingga kamu telah menderhakai perintah-Ku,
kamu telah melupakan janji-Ku dan mensia-siakan wasiat-Ku? Bagaimana sekarang
kamu akan memungkiri seksaan-Ku?Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, seandainya
bumi ini penuh dengan orang seperti kamu, di mana (mereka) sentiasa bertasbih
malam dan siang tiada hentinya. Kemudian mereka menderhakai Aku. Aku akan
memberikan tempat kepada mereka seperti tempat orang yang derhaka. Sesungguhnya
Aku mengasihani kelemahanmu, mengangkatmu dari kejatuhan, menerima taubatmu,
mendengar permohonanmu yang tulus dan Aku mengampuni dosamu.”
Lalu disuruh-Nya Adam
berkata: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah dengan segala
puji-Mu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku melakukan kejahatan,
terimalah taubatku. Sesungguhnya, Engkau Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Pengasih.” Kemudian Allah mengirimkan kepada Adam sebuah khemah dan
diletakkannya di tempat berdirinya Kaabah (sebelum Kaabah itu sendiri
diciptakan). Di sanalah Adam tinggal dan seterusnya mengembangkan keturunannya.
Tiga Tahap Bayi Dalam Rahim Menurut
Al-Quran
Dalam Al Qur'an dipaparkan
bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
Sebagaimana yang akan
dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam
tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah
mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang
berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang
dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama
dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam
rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama,
embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984,
s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada
tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri
tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot
tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang
kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang
semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna
membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini
berlangsung selama lima
setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada
tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan
sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan
seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak
kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus
tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua
tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua
organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai
perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian
pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah
fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al
Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan
akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali
informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah
ucapan manusia tetapi Firman Allah.
__________________
"Jika Allah menahan pemberian-Nya padamu, maka pahamilah bahwa itu adalah suatu (kemuliaan) untukmu selama kau pertahankan keislaman dan keimananmu, higga segenap apa yang dilakukan Allah kepada dirimu menjadi karunia pula kepadamu".(Ibnu Athaillah)
"Jika Allah menahan pemberian-Nya padamu, maka pahamilah bahwa itu adalah suatu (kemuliaan) untukmu selama kau pertahankan keislaman dan keimananmu, higga segenap apa yang dilakukan Allah kepada dirimu menjadi karunia pula kepadamu".(Ibnu Athaillah)
"Apa yang sebenarnya dituntut dari kita ialah supaya membuat segala kebaikan dan mencapai segala kejayaan tetapi dalam pada itu kita diwajibkan mengekalkan rasa-rasa hamba di hati kita. Perbuatan lahir mesti positif. Rasa di hati mesti negatif. Dalam amalan hati, yang negatif itulah sebenarnya positif. Itulah akhlak namanya."
0 komentar:
Posting Komentar