1. RANTAI
MAKANAN
Dalam ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu menghasilkan
makanan sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan air,
karbondioksida, klorofil dan cahaya matahari. Bagaimana dengan mahluk
hidup lain? Mahluk hidup lain memperoleh makanan dengan melalui proses
interaksi dengan mahluk hidup lain melalui pola-pola interaksi tertentu seperti
yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena mahluk
hidup sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup tanpa peran mahluk hidup
lain. Salah satu bentuk interaksi antar mahluk hidup tersebut adalah
proses makan dan dimakan yang jika disusun secara berurutan akan membentuk
suatu rantai makanan. Nah, kali ini kita akan belajar mengenai rantai makanan,
jaring-jaring makanan.
a.
Rantai Makanan
Rantai
makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan
tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai
produsen, konsumen, dan dekomposer. Berikut adalah contoh sebuah
rantai makanan.
Pada
rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu
yaitu rumput dimakan belalang, belalang dimakan katak, katak dimakan ular dan
jika ular mati akan diuraikan oleh jamur yang berperan sebagai dekomposer
menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan
berkembang.
Tiap
tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada
tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan
sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering
disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut
konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan
herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen
sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging (carnivora) dan
seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen
puncak.
Dengan
demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1. Rumput
bertindak sebagai produsen.
2. Belalang
sebagai konsumen I (Herbivora)
3. Katak
sebagai konsumen II (Carnivora)
4. Ular
sebagai konsumen III/konsumen puncak (Carnivora)
5. Jamur
sebagai dekomposer.
b.
Jaring-jaring Makanan
Rantai
makanan merupakan gambar peristiwa makan dan dimakan yang sederhana.
Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan,
karena satu produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis
herbivora, sebaliknya satu jenis herbivora tidak selalu memakan satu jenis
produsen. Dengan demikian, di dalam ekosistem terdapat rantai makanan yang
saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring makanan.
Jadi
apakah jaring-jaring makanan itu? Jaring-jaring makanan merupakan sekumpulan
rantai makanan yang saling berhubungan. Perhatikan contoh jaring-jaring makanan
berikut!
Dapatkah
kalian menentukan ada berapa rantai makanan penyusun jaring-jaring
makanan tersebut? Benar sekali, ada 18 rantai makanan. Untuk bisa menentukan
berapa jumlah rantai makanan penyusun jaring-jaring makanan, kalian harus
menuliskan urutannya satu per satu dengan teliti.
c.
Piramida Makanan
Seumpama
katak pada contoh rantai makanan di atas dihilangkan, apa yang akan terjadi?
Kemungkinan yang terjadi adalah jumlah belalang akan meningkat karena tidak ada
pemangsanya. Kebalikannya jumlah ular akan berkurang karena tidak ada makanan.
Yang terjadi berikutnya adalah belalang pun akan banyak yang mati karena jumlah
rumput tidak bisa memenuhi kebutuhan makan belalang yang jumlahnya bertambah
banyak.
Dari
ilustrasi di atas, sebuah ekosistem akan seimbang dan terjaga kelestariannya
apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I, jumlah
konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II, dan seterusnya. Apabila
kondisi tersebut digambarkan maka akan terbentuk suatu piramida makanan.
Berikut adalah contoh piramida makanan dari jaring-jaring kehidupan di atas.
Kita
sebagai mahluk hidup senantiasa bergantung pada mahluk hidup lain. Seperti
kalian ketahui di atas, bahwa keseimbangan ekosistem sangat penting bagi
kelangsungan hidup mahluk hidup. Untuk itu kita harus arif dan bijak dengan
tidak melakukan perusakan lingkungan demi keseimbangan alam dan kelangsungan
hidup kita. Mari cintai lingkungan hidup kita mulai dari yang terdekat dengan
menjaga kelestarian alam di sekitar kita.
Ekosistem membentuk rantai makanan
Rantai makanan adalah
perjalanan atau peristiwa makan dan dimakan dengan urutan tertentu antarmakhluk
hidup.
1). Rantai makanan pada ekosistem sawah
Pada
gambar di samping (gb.4.4) terjadi peristiwa makan dan dimakan yaitu Padi
dimakan oleh tikus, kemudian tikus dimakan oleh ular, ular dimakan oleh burung
elang. Urutan peristiwa itu disebut rantai makanan. Setelah beberapa waktu
burung elang mati, bangkainya membusuk dan bercampur dengan tanah membentuk
humus. Humus sangat dibutuhkan tumbuhan, terutama rumput. Begitulah seterusnya
sehingga proses ini berjalan dari waktu ke waktu.
Dalam
rantai makanan ada tiga komponen penting yaitu produsen (penghasil), konsumen
(pemakai) dan pengurai.
Pada gambar 4.4 yang bertindak sebagai produsen adalah padi, sedangkan tikus adalah konsumen tingkat I, ular konsumen tingkat II dan elang adalah konsumen tingkat III. Jika elang mati maka akan diuraikan uleh bakteri, maka bakteri adalah sebagai pengurai. Hasil kerja pengurai dapat membantu proses penyuburan tanah. Contoh pengurai adalah bakteri dan jamur.
Pada gambar 4.4 yang bertindak sebagai produsen adalah padi, sedangkan tikus adalah konsumen tingkat I, ular konsumen tingkat II dan elang adalah konsumen tingkat III. Jika elang mati maka akan diuraikan uleh bakteri, maka bakteri adalah sebagai pengurai. Hasil kerja pengurai dapat membantu proses penyuburan tanah. Contoh pengurai adalah bakteri dan jamur.
2). Rantai makanan pada
ekosistem laut
Di lautan, yang menjadi produsen adalah
fitoplankton, yaitu sekumpulan tumbuhan hijau yang sangat kecil ukurannya dan
melayang-layang dalam air. Konsumen I adalah zooplankton (hewan pemakan
fitoplankton), sedangkan konsumen II-nya adalah ikan-ikan kecil, konsumen III-nya
adalah ikan-ikan sedang, konsumen IV-nya adalah ikan-ikan besar.
Urutan peristiwa makan dan dimakan di atas dapat
berjalan seimbang dan lancar bila seluruh komponen tersebut ada. Bila salah
satu komponen tidak ada, maka terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan
dimakan tersebut. Agar rantai makanan dapat terus berjalan, maka jumlah
produsen harus lebih banyak daripada jumlah konsumen kesatu, konsumen kesatu
lebih banyak daripada konsumen kedua, dan begitulah seterusnya.
3) Rantai makanan pada ekosistem hutan
3) Rantai makanan pada ekosistem hutan
Di hutan pun terajadi peristiwa makan dan dimakan,
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya. Hal tersebut
membuktikan bahwa antara makhluk hidup ada saling ketergantungan. Semua hewan
baik langsung atau pun tidak langsung bergantung pada tumbuhan. Kijang,
kelinci, kuda, dan semua hewan pemakan tumbuhan (herbivora) memiliki
ketergantungan secara langsung terhadap tumbuhan. Sedangkan harimau, elang,
buaya dan hewan pemakan daging (Karnivora) memiliki ketergantungan secara tidak
langsung terhadap tumbuhan.
Yang perlu diingat adalah bahwa dalam rantai makanan
yang bertindak sebagai produsen pastilah tumbuhan. Karena tumbuhan adalah
makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri yang kita kenal dengan istilah
fotosintesis. Dan setiap konsumen I pastilah hewan pemakan tumbuhan
(herbivora).
2. SIKLUS BIOKIMIA
Materi
yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumf. Materi yang berupa unsurunsur
terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak
hidup.
Siklus
biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia
yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga
melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus
biogeokimia.
Siklus-siklus
tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, dan siklus sulfur. Di sini hanya akan dibahas 3 macam siklus, yaitu
siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus karbon.
1. Siklus Nitrogen (N2)
Gas
nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas
dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya
jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi
dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan
memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ),
dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa
bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan
lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat
bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter
sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat
anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu
menambat nitrogen.
Nitrogen yang diikat
biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan
yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan
nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi
nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan
berulang dalam ekosistem. Lihat Gambar.
|
Gbr. Siklus Nitrogen di Alam
|
2. Siklus
Fosfor
Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air
laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis
dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik
ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus. Lihat Gambar
Gbr. Siklus Fosfor di
Alam
3. SIKLUS
KARBON DAN OKSIGEN
Di
atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara
berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara,
dan asap pabrik.
Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan
untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan
oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan
dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah
kadar C02 di udara.
Di
ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air. Lihat Gambar
Gbr. Siklus Karbon dan Oksigen di
Alam
v Fungsi
Fungsi
Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua
unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen
biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat
terjaga.
v Macam-macam Daur Biogeokimia
- Daur Nitrogen
- Daur Karbon dan Oksigen
- Daur Air
- Daur Belerang
- Daur Posfos
v Daur Air
Air di
atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan dan
laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air di
atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan
laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk
air permukaan tanah dan air tanah.
Tumbuhan
darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir
melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh
tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada
ekosistem darat.
Hewan
memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang
dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Sebagian
air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan keringat.
Air tanah
dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke laut.
Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses
Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu
diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus
Pendek.
3. TAKSONOMI HEWAN
·
Macam
Sifat Taksonomi
1. Sifat kuantitatif
2. Sifat kualitatif
Sifat taksonomi kuantitatif adalah sifat yang
cirinya yang dapat dinilai secara langsung dengan cara menghitung atau
mengukur, dan dinyatakan dalam angka. Contohnya: lebar daun,
panjang perbungaan yang
dinyatakan dalam cm atau jumlah benang sari, jumlah lembar mahkota bunga yang
dinyatakan dalam angka. Sifat kualitatif digambarkan dengan bentuk dan
dideskripsikan bukan dalam angka. Contohnya: duduk daun berhadapan, berseling,
buah buni atau buah kotak.
Sifat kualitatif
mempunyai nilai yang lebih penting daripada sifat kuantitatif, sebab sifat
kuantitatif kadang-kadang mempunyai kisaran yang luas terutama pada sifat yang
berasal dari bagian vegetatif yang seringkali dipengaruhi faktor-faktor
lingkungan.
Sifat
taksonomi juga dapat digolongkan atas sifat yang baik dan sifat yang jelek.
Sifat yang baik untuk keperluan botani sistematik adalah tidak mudah
terpengaruh faktor lingkungan, variasinya konsisten atau relatif stabil dalam
populasi taksa itu.
·
Sumber Bukti Taksonomi
Peranan sumber bukti
taksonomi
Sifat dan ciri
taksonomi sangat penting sebagai sumber bukti taksonomi untuk memecahkan
berbagai permasalahan taksonomi. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti
taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan dan menggolongkan jenis-jenis
tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase serta proses
pertumbuhan tumbuhan itu.
beberapa sumber bukti
taksonomi
Berikut ini akan diungkapkan beberapa cabang biologi
yang dapat dijadikan sebagai sumber bukti taksonomi:
1. Morfologi
Data
morfologi hingga sekarang masih tetap dipakai karena mudah diamati dan praktis
digunakan untuk kunci determinasi. Sifat yang mantap pada data morfologi adalah
organ generatif→ bunga dan buah. Data morfologi berupa organ vegetatif yang
sering dipakai antara lain: habit, akar banir, penyebaran bulu pada
bagian-bagian tumbuhan. Data morfologi sering menunjukkan cara-cara tumbuhan
tersebut mengadaptasikan diri dengan lingkungannya dan evolusinya.
Penggunaan: Melastomataceae ditentukan
berdasarkan bentuk morfologi daunnya
Cucurbitaceae
ditentukan
berdasarkan sulurnya.
2. Embriologi
Banyak
macam data embriologi yang digunakan untuk memecahkan masalah taksonomi. Data
tersebut berasal dari beberapa sumber baik yang berkaitan dengan struktur
maupun proses, seperti: kepala sari, gametofit jantan, gametofit betina, bakal
biji, pembuahan, endosperma, kulit biji, apomiksis dan poliembrio. Pembagian
utama Dikotil dan Monokotil didasarkan pada satu sifat embrio (lembaga), tapi
untuk taksa rendah masih jarang digunakan.
3. Anatomi
Dalam
mendeterminasi, menunjukkan kecondongan evolusi atau kekerabatan secara filogeni. Data anatomi ini banyak digunakan
untuk mendeterminasi kayu-kayu ekonomis.
Beberapa contoh pemakaian data anatomi dalam
taksonomi:
Orang menyimpulkan
keprimitifan suku-suku Ranales diperkuat dengan tidak adanya pembuluh tapis;
sifat ini juga dimiliki Gymnospermae dan Pteridophyta.Susunan sel pelindung
stomata berbeda-beda dan mantap untuk marga atau di atasnya.
Kerapatan stomata bisa membantu sampai jenis Anatomi bunga;
adanya bekas-bekas ikatan pembuluh meski bunga tereduksi, sehingga orang dapat
membuktikan adanya bekas-bekas mahkota pada Fagaceae, sehingga memperkuat dugaan
bahwa suku tersebut dan sebangsanya mempunyai bunga yang tidak primitif.
4. Palinologi
Palinologi adalah studi
tentang serbuk sari dan spora. Serbuk sari menjadi sumberr taksonomi yang
penting. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain adalah jumlah dan
letak alur dan lubang di permukaannya, bentuk ukiran eksin (lapisan luar serbuk
sari) serta bentuk umum dan ukurannya. Serbuk sari bisa khas untuk jenis, marga
atau suku.
5. Sitologi
Sitologi adalah ilmu
tentang seluk beluk sel. Meskipun istilah sitologi menyangkut semua aspek sel,
namun bila dikaitkan dengan taksonomi, pembahasan difokuskan pada kromosom dan
berbagai atributnya. Berbagai data kromosom yang digunakan untuk tujuan
taksonomi, yaitu: jumlah, ukuran dan bentuk, perilaku pada waktu meiosis:
diambil kariotipe (keadaan kromosom pada tingkat metaphase dalam proses
mitosis), meliputi ukuran panjang kromosom, letak sentromer, ada tidaknya
satelit.
Ukuran kromosom mantap
untuk jenis
Jumlah kromosom semua
individu yang tergolong satu jenis itu umumnya sama, kecuali dalam beberapa
jenis tertentu.
Secara garis besar terdapat tiga macam jumlah
kromosom:
Sama untuk seluruh anggota golongan, misalnya Pinus ®
seluruh jenisnya mempunyai n
= 12
Kelipatan jumlah
kromosom sehingga terjadi deret poliploidi pada anggota suatu golongan
tumbuhan, misalnya Taraxacum (Compositae): 2n = 16, 24, 32, 40, 48,.
Dalam deret ini 8 merupakan jumlah dasar.
Jumlah
kromosom tidak beraturan disebut aneuploid, misalnya Brassica: n = 6, 7, 8, 9,
atau 10
6. Fisiologi
Data-data
fisiologi tidak dipakai secara langsung untuk keperluan bukti-bukti taksonomi.
Musim berbunga, keperluan cahaya, pola perkawinan, penyebaran geografis penting
untuk mempertegas perbedaan jenis-jenis tumbuhan.
7. Fitokimia
•
Penggolongan ganggang didasarkan pada
pigmen dalam plastidanya serta susunan kimia senyawa cadangan makanan.
•
Adanya kandungan morfin dalam Papaver
•
Cadangan pati, bukti penguat anggota
Gramineae
•
Kristal kalsium oksalat (rapid):
membantu dalam penyusunan klasifikasi Rubiaceae, Liliaceae dan Compositae serta
kekerabatan antara cactaceae dengan anggota Centrosperma
8. Penyebaran geografis
•
Memegang peranan penting dalam
menentukan apakah suatu kelompok populasi perlu diperlakukan sebagai jenis
tersendiri atau cukup sebagai sub spesies, varietas atau forma.
•
Erat hubungannya dengan factor ekologi
yang menentukan beberapa sifat biologi
•
Mempelajari asal usul, sejarah
perkembangan dan evolusi takson
•
Dengan peta penyebaran, setiap jenis
dapat diselidiki daerah paling banyak jumlah jenis dan paling besar variasi
ciri-cirinya yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman dan sering dianggap
tempat asal evolusi takson itu.
4.
KLASIFIKASI HEWAN DAN TUMBUHAN
Klasifikasi
adalah proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam takson tertentu
brdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu
sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan
kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya.
1. Makanannya
Menurut makananya hewan dapat dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu :
1. Herbivora 3. Carnivora
2. Omnivora 4. Insectivora
a. Herbivora
Adalah golongan hewan pemakan tumbuhan hijau. Memiliki gigi geraham depan (dens premolare) dan geraham belakang (dens molare) yang kuat dan banyak. Memiliki gigi seri (dens incisivus) yang tajam. Tidak mempunyai gigi taring (dens caninus). Memiliki enzim selulase.
Contoh : Hewan Mammalia yang hidup di padang rumput.
b. Carnivora
Adalah golongan hewan pemakan daging. Memiliki gigi taring (dens caninus) yang tajam. Memiliki kuku yang tajam. Memiliki sisi rahang dan ujung gigi geraham yang saling bertemu.
Contoh : Singa, Harimau, Kucing, Buaya dll.
c. Omnivora
Adalah golongan gewan pemakan daging dan tumbuhan hijau (pamakan segala). Memiliki sifat perpaduan antara herbivore dan carnivore.
Contoh : Musang, Beruang, Ayam, Tikus dll.
d. Insectivora
Adalah golongan hewan pemakan serangga.
Contoh : Cecak, Kadal,Bunglon, Kelelawar dll.
Tujuan klasifikasi
Menurut
Rideng (1989) bahwa semua klasifikasi bertujuan agar kita mengingat sedikit
mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi sebanyak-banyaknya.
Dengan mengelompokkan jenis-jenis tumbuhan dalam suatu takson maka ciri-ciri
masing-masing individu akan tercermin dalam deskripsi takson tersebut
Sejarah Dan Macam-Macam Klasifikasi
Davis
and Heywood (1963) membagi perkembangan klasifikasi atas dua, yaitu:
klasifikasi sebelum Darwin dan sesudah Darwin. Klasifikasi sebelum Darwin
dibedakan lagi atas tiga yaitu: klasifikasi yang didasarkan atas habitus,
seksual dan hubungan bentuk morfologi. Klasifikasi sesudah Darwin dibedakan
atas pendekatan filogenik dan alamiah.
Rifai (1989), berdasarkan motif,
dasar dan cara yang dipakai maka klasifikasi dapat dibagi dua golongan yaitu
klasifikasi empirik dan klasifikasi rasional. Klasifikasi empirik adalah
klasifikasi yang tidak didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh
tumbuh-tumbuhan yang diklasifikasi, contohnya adalah klasifikasi berdasarkan
abjad.
Klasifikasi rasional adalah suatu
klasifikasi yang betul-betul mempunyai hubungan langsung dengan
tumbuha-tumbuhan, dengan menggunakan sifat-sifat yang dimiliki tumbuhan itu
sebagai dasarnya, klasifikasi inilah yang digunakan secara ilmiah. Klasifikasi
rasional dibedakan atas lima yaitu: klasifikasi praktis, buatan, fenetik,
filogeni dan alamiah
0 komentar:
Posting Komentar