BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini peran lembaga
pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang anak dalam berinteraksi maupun cara
bergaul dengan orang lain. Selain itu, lembaga pendidikan tidak hanya sebagai
wahana untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang
dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti di harapkan dapat
bermanfaat didalam masyarakat.
Sementara itu, lembaga
pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik,
tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka dianggap
sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau
sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk kebutuhan khusus sama
dengan pendidikan anak-anak pada umumnya.
Pada makalah ini, kami
lebih menekankan proses belajar dalam lingkungan formal atau yang lebih sering
dikenal dengan pendidikan di lingkungan sekolah. Bagaimana proses suatu
belajar, hasil belajar, dan kemana sasaran belajar itu, bagaimana bentuk-bentuk
kegiatan belajar itu, dan mengetahui apa arti belajar tuntas dan belajar
afektif.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah
mengenai proses belajar di sekolah, yaitu:
1. Apa itu belajar proses dan
belajar hasil?
2. Kemanakah sasaran belajar
itu?
3. Bagaimana bentuk-bentuk
kegiatan belajar?
4. Bagaimana cara untuk
belajar tuntas?
5. Apa itu belajar afektif?
C. TUJUAN
Dari beberapa rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat kita
arahkan tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Untuk mengetahui bentuk
danpola dari pendidikan dilingkungan sekolah.
3. Dan dapat digunakan
sebagai bahan referensi atau acuan para mahasiswa untuk mempelajari cara
belajar dilingkungan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BELAJAR PROSES DAN BELAJAR
HASIL
Kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal disengaja,
direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainnya. Kegiatan belajar
yang dilaksanakan di sekolah benar-benar direncanakan dan disengaja. Kegiatan
belajar tersebut sangat diperlukan, mengingat semakin banyaknya dan
semakin tingginya tuntutan hidup
masyarakat. Semakin tinggi taraf perkembanagan masyarakat maka semakin tinggi
dan banyak tuntutan yang harus dipenuhi dan semakin banyak waktu belajar yang
harus ditempuh.
Pelaksanaan pengajaran dengan penekanan kepada belajar proses
dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori
Naturalisme-Romantisme dan teori Kognitif-Gestalt. Naturalisme-Romantisme lebih
menekankan kepada aktifitas siswa sedangkan kosep teori kognitif-gestalt
menekanan pemahaman dan kesatupaduan yan menyeluruh.
Dalam pelaksanaan pengajaran yang menekankan proses sekarang dikenal pula
dengan keterampilan proses, guru menciptakan bentuk pengajaran yan bervariasi
agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Siswa diminta untuk
merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri hasil suatu kegiatan. Siswa
melakukan pengamatan, percobaan, pengukuran, perhitungan dan membuat
kesimpulan-kesimpulan sendiri.
Dalam belajar model ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama temannyadari manusia-manusia sumber diluar sekolah
B. SASARAN BELAJAR
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu,
baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar disekolah, sasaran
belajar seperti ini sering dirumuskan sebagai tujuan pelajaran atau tujuan
instruksional.
Tujuan belajar berdasarkan sasaran belajar sudah diatur dalam TAP MPR
Nomor II tahun 1988, tujuan tersebut berbunyi: ’’Pendidikan nasional berdasaran pancasila, bertujuanntuk meningkatan
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tangguh,
beranggung jawab, mandiri, cerdas terampil serta sehat jasmanidan rohani.
Disamping itu, pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam
rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa
kesetiakawanan social.
Sejalan dengan itu, dikembankan iklim belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku inovatif
dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
C. BENTUK-BENTUK KEGIATAN
BELAJAR
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan siswa disekolah sangat
ditentukan oleh model-model pengajaran yang diberikan oleh guru.
Bentuk kegiatan belajar-mengajar yang digunakan juga berkaitan erat
dengan teori belajar yang digunakan. Kegiatan belajar mengajar yang berpegang
pada teori behafioresme berbeda dengan teori naturalistic-romantisme, berbeda
pula dengan teori kognitif-gestalt.
David P. Ausabel dan Floyed G. Robinson (1969) mengemukakan empat bentuk
proses belajar mengajar, yaitu : belajar menerima, dan belajar menemukan,
belajar bermakna dan belajar menghafal.
1. Berlajar Discaveri (Dicoveri
Learnig)
Mengenai
belajar discaveri ada juga yang menyebutnya sebagai belajar inkuiri, tetapi
pada dasarnya merupakan suatu kegiatan belajar yang mengutamakan aktifitas
anak. Inkuiri menekankan pada proses mencarinya, sedangkan dicaveri kepada menemukannya.
Beberapa
kelebihan belajar mengajar discaveri dibaningkan dengan strategi menerima :
a)
dalam penyampean bahan, stragegi discaveri menggunakan
kegiatan dan pengalaman-pengalaman langsung dan kongkrit. Kegiatan dan
pengalaman demikian lebih menarik perhatian, dan memungkainkan pembentukan
konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna.
b)
Strategi belajar mengajar discaveri lebih realistis dan
mempunyai makna, sebab siswa bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Siswa
langsung mengaplikasikan kemampuannya.
c)
Strategi belajar mengajar dicaveri merupakan suatu model
pemecahan masalah. Para siswa belajar langsung menerapkan prinsip-prinsip dan
langkah-langkah pemecahan masalah.
d)
Transfer tidak dinantikan sampe kegiatan lain, tetapi
langsung dilakukan, sebab strategi dicaveri berisi sejumlah transfer.
e)
Steratigi discaveri banyak memberikan kesepatan bagi
keterlibatan sisiwa dalam situasi belajar. Kegiatan demikian akan banyak
membangkaitkan motivasi belajar, sebab kegiatan belajar akan disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan siswa.
Disamping
kelebihan, sterategi discaveri juga memiliki beberapa kelemahan seperti :
1) keterbatasan waktu
2) kterbatasan berfikir
3) kesukaran dalam
menggunakan factor subjektivitasnya, terlalu cepat sampai kesimpulan, membuat
geralisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang sangat terbatas.
4) Keterbatasan kebudayaan
atau kebiasaan.
Para ahli
membedakan enam tingkatan belajar mengajar discaveri yaitu:
1) tingkat discaveri penuh,
pada tingkat siswa memiliki kebebasa penuh untuk mentukan bahan dan bentuk
kegiatan yang akan mereka lakukan.
2) Pengarahan pada tingkat
pemikiran siswa, guru memberikan pengarahan yang sesuai dengan tingkat
pemikiran siswa, selanjutnya mereka diberi kebebasan untuk mengadakan
geralisasi dan spesifikasi.
3) Pemberian istruksi yang pelaksanaannya
diserahkan kepada para siswa, guru memberika beberapa istruksi terntang hal-hal
yang hendaknya dikerjakan, tetapi pelaksanaanya diserahkan pada inisiatif dan
keratifitas para siswa.
4) Guru memberikan sejumlah
persoalan, yang penyelesaiannya dilakukan oleh siswa.
5) Guru memberikan pengarahan
tentang suatu gegeralisasi atau spesifikasi, lalu para siswa diminta untuk
mencari contoh-contoh atau menemukan pemecahan masalahnya sendiri.
6) Guru memberikan suatu
generalisasi tampa penjelasan, penguraian dan contoh-contoh, kemudian para sisw
diminta untuk menggunakannya untuk kegiatan-kegiatan berikutnya.
2. Belajar Bermakna Dan
Belajar Menghafal
Dalam
belajar menghafal, siswa berusaha menerima dan memahami bahan yang diberikan
oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Dalam belajar bermakna ada dua hal
penting, pertama bahan yang dipelajari dan yang kedua adalah struktur kognitif
yang ada pada individu. Yang dimaksud dengan struktur kognitif adalah jumlah,
kualitas, kejelasan dan pengorganisasian dari pengetahuan yang sekarang
dikuasai oleh individu.
Syarat-syarat
agar tercipta proses belajar bermakna, yaitu:
a. bahan yang dipelajari
harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan.
b. siswa memiliki konsep yang
sesuai dengan bahanyang akan dihubungkan.
c.
siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep
tersebut dengan kemampuan kognitifnya secara beraturan.
D. BELAJAR TUNTAS
Belajar
tuntas adalah suatu upaya belajar dimana siswa dituntut menguasai hampir semua
bahan ajaran.
Beberapa
tokoh belajar tuntas berpendapat bahwa sekitar 95% dari anak sesungguhnya dapat
menguasai secara tuntas bahan pelajaran yang diberikan.
Beberapa
prinsip belajar tuntas yang diperkenalkan atau dikemikakan leh para ahli,
yaitu:
1. sebagian siswa dalam
situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian besar bahan
yang diajar.
2. Guru menyusun strategi
pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendak
dikuasai oleh siswa.
3. sejalan dengan
tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan bahan
ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus tersebut.
4. selain disediakan bahan
ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan
perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya
peranan umpan balik.
5. penilaian hasil belajar
tidak menggunakan acuan normal, tetapi menggunakan acuan patokan.
6. konsep belajar tuntas juga
memperhatikan adanya perbedaan individual. Prindip ini direalisasikan dengan
memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa
maju lebih dulu kepada satuan pelajaran berikutnya.
Konsep
belajar tuntas dapat dilaksanakan dengan beberapa model pengajaran, tetapi yang
paling tepat adalah dengan model system instruksional. Seperti pengajaran
berprogram.
E. BELAJAR AFEKTIF
Belajar afektif merupakan sebuah model belajar yang digunakan oleh guru
yang penekanannya berada pada partisipasi atau keaktifan siswa didalam kelas.
Ada beberapa model belajar mengajar afektif yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, seperti berikut:
1. Model
konsiderasi
Manusia sering kali bersifat egois, lebih
memntingkan diri sendiri, apatis, dan sibuk mengurusi diri sendiri. Dengan
adanya model pembelajaran konsidersi ini siswa didorong untuk lebih peduli,
lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama,
dan hidup secara harmonis dengan orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi, antara
lain:
a. Menghadapkan
siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi.
b. Meminta
siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi
berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.
c. Siswa
menuliskan responnya masing-masing.
d. Siswa
menganalisis respon siswa lain.
e. Mengajak
siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya.
f. Meminta
siswa menentukan pilihannya sendiri.
2. Model
pembentukan rasional
Model pembentukan rasional yaitu model pembelajaran
yang menekankan kesadaran siswa pada nilai-nilai yang terkandung dalam
kehidupan. Model pembentukan rasional ini juga bertujuan untuk mengembangkan
kematangan berpikir pada siswa tentang nilai-nilai moral.
Langkah-langkah model pembelajaran pembentukan
rasional:
a. Mengidentifikasi
situasi dimana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan.
b. Menghimpun
informasi tambahan.
c. Menganalisis
situasi dengan berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku.
d. Mengambil
tindakan dengan mempertimbangkan akibat yang ditimbulkannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara garis
besar, ada dua pendekatan dalam belajar,yaitu: pendekatan yang menekankan hasil
dengan proses belajar. Pendekatan yang menekankan hasil dilatar belakangi oleh psikologi
daya dan behaviorisme. Dalam pendekatan tersebut yang diutamakan adalah
penguasaan hasil atau target belajar.
Tujuan belajar berdasarkan sasaran belajar sudah diatur dalam TAP MPR
Nomor II tahun 1988, tujuan tersebut berbunyi: ’’Pendidikan nasional berdasaran pancasila, bertujuanntuk meningkatan
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tangguh,
beranggung jawab, mandiri, cerdas terampil serta sehat jasmanidan rohani.
Disamping itu, pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam
rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan
social.
Disamping itu,
untuk mempermudah dalam proses belajar mengajar maka dapat dilakukan beberapa
tekhnik atau cara pendekatan belajar seperti: model belajar konsidersi,
pembentukan nilai rasional, dan klarifikasi nilai, atau model belajar seperti
behaviorisme dan kunstruktufistik.
B. SARAN
Dalam sebuah proses belajar,
dibutuhkan metode atau pendekatan cara belajar yang tepat untuk mendapat hasil
yang baik. Disamping itu pula, pemilihan metode belajar yang benar juga akan
mempengaruhi proses belajar serta perkembangan dari peserta didik itu sendiri.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu
penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan
makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya
makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan.
terima kasih atas artikelnya.. sangat bermanfaat ...
kunjungi juga http://notetravelling.blogspot.co.id
silahkan copy paste link tersebut di URL..
informasi mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia