BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem
kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada organisme.
Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas
cairan yang ada di dalam tubuh agar tetap homeostatis.
Organ-organ
penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa utama,
pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai dengan
proses sirkulasi yang normal, apabila sirkulasi terhambat akibat keabnormalan
dari organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler ini maka akan dapat menimbulkan
berbagai penyakit bahkan bisa mematikan
Kardiovaskuler
terdiri dari 2 kata yaitu kardio (jantung) dan vaskuler (pembuluh darah). Jadi
penyakit kardiovaskuler adalah adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh
darah, dalam hal ini adalah jantung dan urat-urat darah.
Jenis-jenis penyakit jantung itu sendiri bervariasi, seperti : jantung koroner, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, sakit di dada (anginan) dan penyakit jantung rematik.
Jenis-jenis penyakit jantung itu sendiri bervariasi, seperti : jantung koroner, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, sakit di dada (anginan) dan penyakit jantung rematik.
Penyakit
kardiovaskuler sendiri biasanya terjadi akibat gaya hidup, pola makan, dan
aktivitas sehari-hari yang dijalani si pelaku yang tidak memperhatikan
kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan penyakit Anemia?
2. Apa
yang dimaksud dengan penyakit anemia sel sabit
3. Apa
yang dimaksud dengan talasemia?
4. Apa
yang dimaksud dengan penyakit Talasemia?
5. Apa
yang dimaksud dengan penyakit Hemophilia?
6. Apa
yang dimaksud dengan penyakit Leukimia?
7. Apa
yang dimaksud dengan penyakit Blue baby?
8. Apa
yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?
9. Apa
yand dengan dimaksud dengan penyakit
Hipertensi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit Anemia?
2. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit anemia sel sabit
3. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan talasemia?
4. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit Talasemia?
5. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit Hemophilia?
6. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit Leukimia?
7. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit Blue baby?
8. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?
9. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan penyakit
Hipertensi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ANEMIA
Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
ilmu kedokteran, anemia diartikan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Gejala umum anemia:
Ø
Tampak lesu, letih, dan lemas
Ø
Selaput merah mata (conjunctiva) terlihat
lebih pucat
Ø
Telapak tangan terlihat putih
Ø
Bibir terlihat pucat, tidak bersemu kemerahan
Ø
Wajah terlihat pucat pasi
Ø
Kuku kaki dan tangan terlihat sangat pucat /
putih
Ø
Mudah lelah
Ø
Sering merasa pusing
Ø
Sering merasa kepala berputar putar dan mual
saat berdiri dari posisi semula jongkok
Ø
Merasakan sesak nafas saat beraktivitas
Ø
Telinga sering terasa emndenging
Ø
Gangguan haid dan libido menurun
Ø
Elastisitas kulit menurun
Ø
Rambut tipis dan halus
Ø
Anemia
disebabkan oleh kehilangan darah, (kekurangan zat besi) atau perusakan sel
darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi ini tidak terjadi secara
tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, simpanan zat besi
dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah
secara perlahan.
Ø
Kondisi
tersebut dapat disebabkan oleh:
Ø
Kurang mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
Ø
Kekurangan
zat besi adalah penyebab utama anemia.
Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3%
pria mengalami kekurangan zat besi.
Ø
Tidak
mengkonsumsi daging (vegetarian)
Dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin
B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur,
susu). Di kalangan non vegetarian, hampir tidak ada
yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya cukup untuk produksi sel darah
sampai lima tahun.
Ø
Asam
folat tersedia pada banyak makanan
namun terutama terdapat di hati dan sayuran
hijau mentah.
Ø
Darah menstruasi berlebihan
Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
Ø
Kehamilan
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
Ø
Penyakit tertentu
Penyakit yang menyebabkan perdarahan
terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis, radang usus buntu,dll
dapat menyebabkan anemia.
Ø
Obat-obatan tertentu
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, obat anti inflamasi,dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil KB,
obat anti artritis, dll).
Ø
Operasi pengambilan sebagian
atau seluruh lambung (gastrektomi)
Ini bisa menyebabkan anemia karena tubuh
kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
Ø
Penyakit radang kronis
seperti lupus, artritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker, dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
B.
Anemia sel bulan sabit
Penyakit anemia sel sabit (sickle cell
disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah
yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel
darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan
bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan
merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ
lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel
sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan
anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di
mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel
darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih di bagian
tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah
dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah
berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh
darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan
menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.
Penderita selalu mengalami berbagai tingkat
anemia dan sakit kuning (jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki
sedikit gejala lainnya. Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah
oksigen dalam darah, (misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di
ketinggian tanpa oksigen yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya
krisis sel sabit,yang ditandai dengan:
- semakin memburuknya anemia secara tiba-tiba nyeri (seringkali dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang).
- semakin memburuknya anemia secara tiba-tiba nyeri (seringkali dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang).
-demam
- kadang sesak nafas.
- kadang sesak nafas.
Nyeri perut bisa sangat hebat dan bisa
penderita bisa mengalami muntah. Gejala ini mirip dengan apendisitis atau suatu
kista indung telur. Pada anak-anak, bentuk yang umum dari krisis sel sabit
adalah sindroma dada, yang ditandai dengan nyeri dada hebat dan kesulitan
bernafas. Penyebab yang pasti dari sindroma dada ini tidak diketahui tetapi
diduga akibat suatu infeksi atau tersumbatnya pembuluh darah karena adanya
bekuan darah atau embolus (pecahan dari bekuan darah yang menyumbat pembuluh
darah). Sebagian besar penderita mengalami pembesaran limpa selama masa
kanak-kanak.
Anak-anak yang menderita penyakit ini
seringkali memiliki tubuh yang relatif pendek, tetapi lengan, tungkai, jari
tangan dan jari kakinya panjang. Perubahan pada tulang dan sumsum tulang bisa
menyebabkan nyeri tulang, terutama pada tangan dan kaki. Bisa terjadi episode
nyeri tulang dan demam, dan sendi panggul mengalami kerusakan hebat sehingga
pada akhirnya harus diganti dengan sendi buatan. Sirkulasi ke kulit yang jelek
dapat menyebabkan luka terbuka di tungkai, terutama pada pergelangan kaki.
Kerusakan pada sistem saraf bisa menyebabkan
stroke. Pada penderita lanjut usia, paru-paru dan ginjal mengalami penurunan
fungsi. Pria dewasa bisa menderita priapisme (nyeri ketika mengalami ereksi).
Kadang air kemih penderita mengandung darah karena adanya perdarahan di ginjal.
Dalam keadaan normal, sel
darah merah mempunyai
waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa
dan hati dapat mengetahuinya dan akan merusaknya. Jika suatu penyakit menghancurkan
sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha
menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai
10 kali kecepatan normal. Jika waktu penghancuran sel darah merah
melebihi waktu pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik.
Sel-sel yang telah hancur disaring dan
dipindahkan dari sirkulasi ke dalam limpa. Kondisi ini mengakibatkan limpa
bekerja lebih berat. Jaringan parut dan kadang-kadang infark (sel yang sudah
mati) dari berbagai organ, terutama limpa dan tulang, dapat terjadi. Disfungsi
multiorgan sering terjadi setelah beberapa tahun. Kondisi-kondisi yang
dapat menstimulasi sel sabit antara lain hipoksia, ansietas dan demam. Karena
limpa merupakan organ imun yang penting, infeksi, terutama yang disebabkan
bakteri, umumnya dan sering menstimulasi krisis sel sabit.
Komplikasi
pada penyakit Anemia sel sabit
Ø Insiden
vaso-oklusif mengakibatkan infark jaringan yang dapat menyebabkan rasa nyeri
yang intens dan disabilitas.
Ø Terperangkapnya
darah secara tiba-tiba di dalam limpa, yang disebut sekuestrasi limpa, dapat
mengakibatkan hipovolemia, syok, dan potensi kematian. Penyebab sekuestrasi
limpa belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat terjadi bersama demam dan
nyeri. Limpa sering kali diangkat setelah kejadian sekuestrasi tersebut. Tidak
adanya limpa berakibat menurunkan kemampuan individu berespons terhadap proses
infeksi.
Ø Stroke
yang menyebabkan kelemahan, kejang, atau ketidakmampuan berbicara dapat terjadi
akibat penyumbatan pembuluh darah otak.
Ø Krisis
aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghentikan sementara proses
eritropoiesis.
Ø Nekrosis
avaskular dari tulang panjang kaki atau lengan dapat terjadi karena oklusi atau
penyumbatan. Dislokasi panggul merupakan sekuela yang umum terjadi akibat
gangguan yang berat.
Ø Priapisme,
ereksi yang lama dan menyakitkan, dapat terjadi akibat vaso-oklusif pembuluh
darah penis; kondisi ini dapat menyebabkan impotensi pada beberapa kasus.
C. TALASEMIA
Talasemia (bahasa
Inggeris: Thalassaemia)
adalah penyakit kecacatan darah. Talasemia merupakan keadaan yang diwarisi,
iaitu diwariskan dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal.
Mereka yang mempunyai penyakit Talasemia tidak dapat menghasilkan hemoglobin
yang mencukupi dalam darah mereka. Hemoglobin adalah bahagian sel darah merah
yang mengangkut oksigen daripada paru-paru keseluruh tubuh. Semua tisu tubuh manusia
memerlukan oksigen. Akibat kekurangan sel darah merah yang
normal akan menyebabkan pesakit kelihatan pucat kerana paras hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).
Sel darah merah bertugas membekalkan oksigen
kepada tisu dalam badan manusia. Kekurangan sel darah merah bagi membekalkan
oksigen akan mengakibatkan pesakit talasemia berasa lesu, tidak bermaya, dan
mungkin sesak nafas sekiranya paras hemoglobin semakin menurun. Mereka
yang mengidap Thalassaemia tidak mampu membekalkan seluruh sel tubuh mereka
denga bekalan oksigen yang mencukupi akibat kekurangan hemoglobin dalam sel
darah merah. Terdapat
dua jenis Talasemia iaitu:
Ø Talasemia minor : Talasemia minor
merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen talasemia tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.
Ø Talasemia major : Talasemia major
merujuk kepada mereka yang mempunyai baka talasemia sepenuhnya dan menunjukkan
tanda-tanda talasemia
Tanda
Dan Gejala Penyakit Talasemia
Ø Biasanya anak-anak pembawa Talasemia
kelihatan normal sewaktu dilahirkan. Bagaimanapun, mereka akan mulai mengalami
masalah anemia yang serius apabila mencapai usia di antara 13 hingga 18 bulan.
Ø Tubuh pucat,lemah, dan gelisah.
Ø Perubahan pembentukan tulang muka, pipi, dan
rahang yang tidak normal.
D.
HEMOPHILIA
Hemophilia adalah suatu penyakit dari
kelompok penyakit-penyakit perdarahan yang diwariskan yang menyebabkan
perdarahan yang abnormal atau yang berlebih-lebihan dan penggumpalan darah yang
buruk.
Darah
pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara
normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat
dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu
untuk proses pembekuan darahnya.
Hemophilia A dan B diwariskan pada pola
genetik terpendam yang dihubungkan pada X dan oleh karenanya jauh lebih umum
pada pria-pria. Pola dari warisan ini berarti bahwa gen yang diberikan pada
kromosom X mengungkapkan dirinya hanya ketika tidak ada gen normal yang hadir.
Contohnya, seorang anak laki mempunyai hanya satu kromosom X, jadi seorang anak
laki dengan hemophilia mempunyai gen yang rusak pada kromosom X tunggalnya (dan
jadi dikatakan menjadi hemizygous untuk hemophilia). Hemophilia adalah penyakit
genetik yang berhubungan dengan X yang paling umum.
Penderita
hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka
memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya
jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada
persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para
penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada
bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak. Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
Hemofilia A;
yang dikenal juga dengan nama :
|
|||||
|
|
||||
|
|
||||
Hemofilia B;
yang dikenal juga dengan nama :
|
|||||
|
|
Bagaimana
ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi?
Gangguan
itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari
jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang
terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar
2).
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentukan perdarahan.
Perdarahan
dari hemophilia bisa terjadi dimana saja dalam tubuh. Tempat-tempat yang umum
untu perdarahan adalah sendi-sendi, otot-otot, dan sistim pencernaan.
Tempat-tempat spesifik dan tipe-tipe perdarahan didiskusikan dibawah.
· Perdarahan Kedalam Otot-Otot mungkin
terjadi dengan pembentukan hematoma (compartment syndrome).
· Perdarahan Dari Sistim Pencernaan bisa menjurus pada darah dalam feces. · Perdarahan Dari Sistim Urin bisa menjurus pada darah dalam urin (hematuria). · Perdarahan Yang Meningkat Setelah Operasi Atau Trauma adalah karakteristik dari hemophilia. · Intracranial hemorrhage (perdarahan kedalam otak atau tengkorak) bisa menjurus pada gejala-gejala seperti mual, muntah, dan/atau kelesuan. · Perdarahan Dari Mulut Atau Mimisan mungkin terjadi. Perdarahan setelah prosedur dental adalah umum, dan mengeluarkan darah dari gusi-gusi mungkin terjadi pada anak-anak yang muda ketika gigi-gigi baru muncul. · Hemarthrosis (perdarahan kedalam sendi-sendi) adalah karakteristik dari hemophilia. Lutut-lutut dan pergelangan-pergelangan adalah paling sering terpengaruh. Perdarahan menyebabkan penggelembungan dari ruang-ruang sendi, nyeri yang signifikan, dan melalui waktu, bisa menjadi berubah bentuk. |
E. LEUKEMIA
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal
sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum
tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel
darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan
oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan
dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia
memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas
tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah
putih, karena pada penderita
ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang
tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat
mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Leukemia merupakan bagian dari penyakit
kanker, yang mana masyarakat umum menyebutnya dengan nama Kanker Darah itu
karena terjadi pada sel – sel darah. Leukemia (kanker darah) adalah jenis
penyakit yang menyerang sel – sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum
tulang (Bone Marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia
memproduksi tiga tipe sel darah yang diantaranya adalah sel darah putih ( yang
berfungsi sebagai sistem imun / daya tahan tubuh terhadap infeksi ), sel darah
merah ( berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh ) dan platelet (bagian kecil
sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Leukemia pada umumnya sudah
muncul pada diri seseorang sejak usia dini, dimana sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih ayng
berkembang tidak normal. Secara normal, sel darah putih me-reproduksi ulang
bila diperlukan oleh tubuh atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh
manusia akan memberikan sinyal atau tanda secara teratur apabila sel darah
dibutuhkan untuk be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia, sel darah putih ternyata
tidak merespon terhadap sinyal yang diberikan sehingga produksi berlebihan dan
tidak terkontrol dan akhirnya keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi.
Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan gejala deperti ini : mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan pendarahan.
Jika berdasarkan sel darah putih yang
terkena, baik itu Limphoid atau Myeloid, maka Leukemia dibagi menjadi :
1.
Leukemia Limfositik akut
(LLA), merupakan tipe
Leukemia paling sering terjadi pada anak – anak. Tetapi penyakit ini juga terdapat
pada dewasa terutama mereka yang
telah berusia 65 tahun atau lebih.
2.
Leukemia Mielositik Akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa
daripada anak– anak. Tipe ini dahullu disebut Leukemia
Nonlimfositik akut.
3.
Leukemia Limfositik Kronis
(LLK). Orang
dewasa yang telah berusia lebih
dari 55 tahun lebih sering terkena Leukemia ini, walaupun orang dewasa yang masih
muda juga bisa terkena ini. Akan tetapi tipe Leukemia ini hampir tidak pernah terjadi pada anak –
anak.
4.
Leukemia Mielositik (LMK). Yang ini sering terjadi pada semua orang
dewasa dan dapat juga terjadi pada anak
– anak tetapi sangat sedikit.
Penyebab Penyakit Leukemia
Walaupun sampai saat ini
belum ada / belum ditemukan penyebab utama dari Leukemia
ini, akan tetapi ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya Leukemia pada setiap orang,
diantaranya adalah :
a.
Radiasi.
Hal ini berdasarkan riset pada pegawai Radiologi yang ternyata lebih sering
menderita Leukemia. Leukemia ini juga ditemukan pada korban radiasi bom atom di
Heroshima dan Nagasaki (Jepang).
b.
Leukemogenik. Beberapa zat kimia telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi
Leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri
seperti insektisida serta obat – obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
c.
Herediter. Yang mana penderita Down Syndrom 20% lebih besar akan terkena Leukemia
daripada orang normal.
d.
Virus.
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan Leukemia, antara lain :
retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia
Secara umum tanda dan gejala leukemia dapat digambarkan
sebagai berikut;
1.
Anemia.
Penderita akan merasa cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (dimana sel darah
merah di bawah normal sehingga oksigen dalam tubuh kurang).
2.
Pendarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi secara wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, sehingga menyebabkan penderita akan
mengalami pendarahan di jaringan kulit (bisa berup banyaknya jentik merah lebar
atau kecil pada jaringan kulit).
3.
Terserang Infeksi. Karena sel darah putih tidak bisa berfungsi secara
maksimal sebagai pelindung daya tahan tubuh, sehingga tubuh penderita mudah
terkena virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya mengalami demam, keluar cairan
putih dari hidung (meler) dan batuk.
4.
Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang
mendesak padat oleh sel darah putih.
5.
Nyeri Perut. Nyeri perut juga bisa menjadi indikasai gejala Leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ – organ tubuh dan timbullah nyeri.
6.
Pembengkakan Kelenjar Lympa. Yang bisa terjadi di bawah leher, lengan dada dan
lainnya. Kelenjar Lympa bertugas menyaring darah, karena tidak berfungsi dengan
baik sehingga sel leukemia terkumpul dan mengakibatkan pembengkakan
7.
Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas
dan nyeri dada, apabila hal ini terjadi, maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.
F.
BLUE BABY
1.
Psikologi
ibu nifas yang melaksanakan Rawat gabung (rooming
in)
a.
Pengertian
Psikologi (psychology) secara
umum adalah suatu studi yang mempelajari tentang jiwa ( Pieter.Herri, 2011: 10)
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6
minggu (Saifudin.Abdul Barry,2006).
Sedangkan Rawat gabung (rooming in)
menurut Wikjosastro.dkk (2005 : 266) ialah suatu sistem perawatan di mana bayi
serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu
berada si samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.
Rawat gabung bukanlah konsep baru, tetapi salah satu konsep yang hilang
dari perawatan maternitas. Pada pertengahan tahun 1940 – an suatu pergerakan
membalikkan pemisahan ibu dan bayi, dan ibu dan bayi dari keluarganya ini dalam
Rumah sakit. Ketakutan bahwa rawat gabung menyebabkan peningkatan infeksi
ternyata tidak terbukti. Nyatanya malah mengurangi bahaya (varney, 2008:977).
Walaupun rawat gabung (rooming in)
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi ibu dan bayi namun, tidak semua
pasangan ibu dan bayi yang diperkenankan untuk melaksanakan rawat gabung. Rawat
gabung diperuntukkan bagi ibu yang mampu menyusui dan bayi mampu untuk
menyusui. (wikjosastro, 2005:268-269)
2. Tujuan rawat gabung pada ibu nifas
ditinjau dari segi psikologi
a. Untuk
Memberikan Bantuan emosional pada Ibu nifas
Setelah menunggu
selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat
senang bahagia bila dekat dengan bayi. Si ibu dapat membelai – belai bayi,
mendengar tangis bayi, mencium – cium dan memperhatikan bayinya yang tidur di
sampingnya (Wikjosastro.dkk, 2005 : 266).
b. Untuk
Meningkatkan bonding attachment antara Ibu nifas dan bayinya
Struktur terbaik yang mungkin di rumah sakit dalam
memfasilitasi perlekatan ibu – bayi, ikatan, menjadi orang tua, dan unit
keluarga adalah rawat gabung (varney,2008:977). Dengan rawat gabung, ibu dan
bayi dapat segera saling mengenal. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu,
suara ibu, kelembutan dan kasih sayang (bonding
effect) (Wikjosastro.dkk, 2005 : 266).
c. Untuk
memberikan kesempatan pada Ibu nifas dalam menyusui bayinya setiap saat serta
belajar merawat bayinya
Rawat gabung
merupakan situasi yang ideal untuk menyusui (karena ibu dapat segera berespons
saat bayi lapar dan menyusui), untuk melibatkan ayahnya, dan mulai berperan
sebagai orang tua.
Perawatan bayi adalah keterampilan dan seni yang
dipelajari. Dalam rawat gabung, ibu diberi pendidikan kesehatan tentang teknik
menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat
makanan yang baik (Wikjosastro.dkk,2005:266).
Bagi ibu baru
yang belum berpengalaman dalam merawat
bayinya, berada di rumah secara mendadak dengan bayi yang ia tidak tahu
bagaimana merawatnya, dapat membuatnya syok. Rawat gabung membuat transisi dari
rumah sakit ke rumah secara bertahap dan alami sehingga tidak membuat ibu syok
(varney, 2008:978).
d. Untuk
memberikan kesempatan pada ibu nifas untuk mengenal bayinya
Dengan menyusui
dan merawat bayinya, ibu belajar untuk mengenal bayinya dan bagaimana bayi
berkomunikasi dengannya melalui gerakan tubuh dan suaranya. Selain itu ibu juga
mempelajari individualitas dan gaya komunikasi bayinya. (varney, 2008:978).
3. Hal – hal penting yang harus
diketahui dan diterapkan agar tidak terjadi masalah psikologi pada ibu dan
bayinya.
a. Istirahat
dan tidur yang cukup
Ibu nifas
membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat sangat penting untuk ibu yang
menyusui (Bahiyatun, 2009:82).
Rawat gabung
bukan berarti bahwa bayi harus berada dengan ibunya setiap menit pada saat ibu
dirawat di rumah sakit, ataupun tidak berarti bahwa ibu memikul semua tanggung
jawabnya terhadap perawatan bayi. Dalam rawat gabung, staf keperawatan tetap
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan baik pada ibu maupun pada bayi.
Ibu melakukan perawatan bayi jika ia inginkan dan jika ia menunjukkan kemampuan
untuk melakukannya. (varney, 2008:977).
Jika ibu kurang
istirahat akan mengakibatkan kurangnya jumlah produksi ASI, memperlambat proses
involusi, memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa
ketidakmampuan dalam merawat bayinya (Bahiyatun, 2009:82).
b. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat
dianjurkan untuk ibu, kecuali ada kontraindikasi. Pada persalinan normal,
sebaiknya ibu nifas turun dari tempat tidur sedini mungkin (1 atau 2 jam)
setelah persalinan. Ambulasi dini ini dapat mengurangi kejadian komplikasi
kandung kemih, konstipasi, trombosis vena puerperalis, dan emboli pulmonal. Di
samping itu, ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat serta dapat segera dalam
merawat bayinya. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saati
ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah melahirkan
(Bahiyatun, 2009:76).
4. Masalah psikologi yang sering
terjadi
a. Ibu
nifas mengalami frustasi, merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengendalikan
situasi dalam merawat bayinya terutama dialami pada ibu primipara.
Cause
Ibu mengalami perubahan besar pada
fisik dan psikologisnya. Mengalami kegembiraan yang luar biasa akan kelahiran
anaknya, menjalani proses eksplorasi dan
asimilasi realitas bayinya, berada di bawah tekanan untuk cepat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan
untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa yang harus dipikulnya sekarang menjadi nyata dan tuntutan
ditempatkan pada dirinya sebagai seorang “ibu” (varney, 2008:964).
Effects
Ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa yang rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu baru mungkin
frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua
wanita mengalami perubahan ini, tetapi intensitas dan koping terbaik apa yang
dilakukan wanita tertentu terhadap
perubahan ini dapat bervariasi
tergantung pada tempat ia tinggal. Jika dibiarkan terus menerus keadaan
ini dapat berlanjut sehingga terjadi apa
yang dikenal Post partum Blues
(varney, 2008:964)
Treatment
Untuk mencegah terjadinya perasaan
frustasi pada ibu diperlukan dukungan sosial dari suami dan keluarga untuk
membantu dalam merawat bayinya. Selain itu diperlukan kesabaran dari tenaga
kesehatan dalam mengajarkan keterampilan dalam merawat bayi.
5. Tujuan baby bounding pada ibu nifas ditinjau dari
segi psikologi
1. Ibu
dan bayi dapat saling mengenal sehingga akan tercipta hubungan antara ibu dan
bayi. (wikjosastro, 2005:266)
2. Untuk
memulai proses identifikasi ibu dan bayi sejak dini.
Kegiatan identifikasi ibu terhadap anaknya ini
berupa pengembangan instink maternal menjadi unsur keibuan. Instink maternal
mendorong wanita untuk tidak mementingkan diri sendiri serta selalu siap
mengorbankan jiwa dan raganya demi kelestarian bayi atau anak – anaknya.
(kartono, kartini, 2007 : 233)
Pada awalnya, bayi mengidentifikasikan ibunya dengan
sumber cinta kasih sayang yang memberikan kehangatan psikis; juga menyamakan
pribadi ibunya dengan sebuah benteng perlindungan dan keamanan. Selanjutnya
menyamakan ibunya dengan malaikat penolong dalam pemuasan kebutuhan hidupnya
(kartono, kartini, 2007:233)
3. Keberhasilan
dalam hubungan dalam antara bayi dan ibu sepanjang masa
Windstrom dan kawan – kawan (varney, 2008:839) yang
juga mempelajari neonatus dan perilaku menghisap awal, menemukan bahwa ibu yang
bayinya kontak kulit dengan kulit dan berusaha menyusui bayinya pada jam
pertama menghabiskan lebih banyak waktu dengan bayinya dan meningkatkan lama
bicara dengan bayi selama menyusui.
Jika seorang ibu
konsisten dalam responsnya terhadap kebutuhan bayi dan mampu menafsirkan dengan
tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuk ikatan
batin yang kokoh. Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara ibu dan
bayi dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa (bahiyatun, 2009:55)
4.
Membangun rasa percaya diri anak
Bayi yang
membentuk perlekatan yang erat dengan ibu menganggap ibu sebagai tempat yang
aman sehingga bayi merasa aman masuk ke dalam dunia yang lebih besar. Pada
tahun pertama kehidupan, bayi – bayi yang merasa aman akan berani berpetualang,
merangkak, atau bergerak di dalam lingkungan yang asing baginya. (varney,
2008:933).
6. Respon orang tua terhadap bayinya
Respons
orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor :
a.
Faktor internal
Yaitu genetika, kebudayaan yang
mereka pratekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai,
kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah
mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri
sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek
pelatihan selama kehamilan.
b. Faktor
eksternal
Yaitu
perhatian yang diterima selama hamil, melahirkan dan postpartum, sikap dan
perilaku pengunjung dan apakah bayi terpisah dari orang tua selama satu jam
pertama dan hari – hari berikutnya dalam kehidupannya (ambarwati, 2010 :67).
8. Hal – hal yang perlu diketahui dan
diterapkan dalam baby bounding untuk mencegah masalah psikologi pada ibu maupun
bayinya
Melibatkan
ayah atau anggota keluarga dekat lain dalam periode ini dapat meningkatkan
kegembiraan keluarga. Namun, pembatasan kunjungan hanya oleh keluarga dan teman
dekat sesama periode ini juga menjadi
faktor dalam mempertahankan kontak ibu dan bayi. Bidan dapat menjadi bagian
penting dalam mempertahankan keseimbangan antara ikatan (bonding) keluarga dan
perayaan keluarga (varney, 2008:839).
Untuk
bidan yang berdinas di rumah sakit, upaya promosi kontak yang lebih lama dapat
dilakukan dengan mengedukasi kembali staf rumah sakit untuk menyediakan
perawatan bayi baru lahir di sisi tempat tidur ibu dan menunda prosedur,
seperti mencap kaki sampai bayi telah disusui. Sering kali bidan perlu
mendorong ibu yang takut untuk mulai menyusui atau ibu yang lelah karena persalinan
yang lama untuk mempertahankan kontak. Ia juga perlu memperhatikan perilakunya
sendiri, bekerja di sekitar bayi untuk melakukan evaluasi dan melengkapi
tugasnya sejak pelahiran bayi. Ketika muncul kepentingan medis perlu
menginterupsi periode ini – sebagai contoh, untuk meresusitasi bayi atau
menangani perdarahan pasca partum – perhatian diperlukan untuk menyatukan
kembali pasangan ibu – bayi sesegera mungkin (varney, 2008:839).
Proses
perlekatan keluarga dan pembentukan hubungan adalah upaya berkelanjutan.
Periode ini saja tidak cukup untuk mencapai ikatan antar manusia, juga tidak
adanya periode ini tidak fatal bagi perkembangan keluarga sehat. Namun, periode
khusus ini menguntungkan; oleh karena itu, penting bagi bidan untuk menghargai
dan meningkatkan proses ini (varney, 2008:839).
G. JANTUNG
KORONER
Penyakit
jantung koroner adalah
penyempitan pembuluh darah arteri menuju jantung atau terjadinya penyumbatan
pembuluh darah arteri jantung.
Terjadinya penyumbatan ini akan berakibat pada
terhambatnya supply zat makanan terutama oksigen agar jantung tetap dapat
memompa darah ke seluruh tubuh tanpa henti, untuk itu supply zat makanan dan
oksigen dalam darah pun harus tetap lancar karena jantung bekerja keras tanpa
henti meskipun disaat kita terlelap. Jika pembuluh darah koroner mengalami
penyempitan ataupun tersumbat maka dapat dipastikan pasokan darah ke
jantung menjadi terganggu dan berkurang.
Penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya endapan
lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan
menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara
bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama,
yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses
pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. Ateroma bisa menonjol ke dalam
arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar,
bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk kedalam aliran darah di permukaan
ateroma tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot
jantung, menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari iskemi miokardial
adalah penyakit arteri koroner adalah angina (nyeri dada) dan serangan jantung
(infark miokardial).
Sering mengalami nyeri pada bagian dada bisa jadi
merupakan gejala jantung koroner karena penyakit
jantung koroner ini
biasanya diawali dengan tanda seperti nyeri dada, untuk itu ketika anda
mengalami nyeri dada dan sering berulang sebaiknya jangan disepelekan terutama
jika rasa nyeri terasakan pada bagian tengah dada hingga menjalar ke lengan
kiri maupun leher ataupun rasa nyeri terasa hingga ke punggung, sebenarnya rasa
nyeri itu merupakan efek dari penyempitan pembuluh koroner yang berpengaruh
pada berkurangnya aliran darah ke jantung. segeralah untuk memeriksakan kondisi
jantung anda pada dokter karena keluhan nyeri dada merupakan keluhan yang
paling sering dialami bagi penderita penyakit jantung koroner
Kolesterol
dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat
pada peningkatan kadar kolesterol
total dan kolesterol LDL(kolesterol jahat) dalam darah. Jika
terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol
baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun. Makanan
mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi
resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol.
H.
HIPERTENSI
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis
kronis
dengan tekanan darah di arteri
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah
melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot
jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan
atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan
darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau
lebih.
Hipertensi
terbagi menjadi hipertensi primer (esensial)
atau hipertensi sekunder.
Sekitar 90–95% kasus tergolong “hipertensi primer”, yang berarti tekanan darah
tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal,
arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi
sekunder).
Hipertensi
adalah faktor resiko
utama untuk stroke,
infark miokard
(serangan jantung), gagal jantung, aneurisma
arteri (misalnya aneurisma aorta),
penyakit arteri
perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik.
Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup
yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki
kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan.
Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila
perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup.
gejalanya :
· Umumnya
penyandang tidak merasakan sakit
· Sakit
Kepala
· Pusing
· Telinga
berdenging
· Jantung
berdebar-debar
· Mimisan,
dll
Pengobatan yang dilakukan
·
Menurunkan berat badan apabila termasuk
kelompok overweight
·
Mengatur diet / pola makan
·
Diet rendah garam
·
Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh
·
Mengurangi konsumsi alkohol
·
Memperbanyak konsumsi buah dan sayur
·
Meningkatkan konsumsi kalsium dan kalium
·
Berhenti merokok
·
Olahraga teratur
·
Minum obat sesuai petunjuk dokter
·
Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
deteksi dini komplikasi
Pencegahan yang dapat dilakukan
·
Normalkan tekanan darah dengan menjalani
pola hidup sehat
·
Lakukan olah raga
·
Makan makanan yang sehat
·
Hindari stress yang berlebih
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata
yaitu kardio (jantung) dan vaskuler (pembuluh darah). Jadi penyakit kardiovaskuler
adalah adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah, dalam hal ini
adalah jantung dan urat-urat darah.
Jenis-jenis penyakit jantung itu sendiri bervariasi, seperti : jantung koroner, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, sakit di dada (anginan) dan penyakit jantung rematik.
Jenis-jenis penyakit jantung itu sendiri bervariasi, seperti : jantung koroner, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, sakit di dada (anginan) dan penyakit jantung rematik.
Dari kesemua macam jenis penyakit
yang ditimbulkan pada sisten kardiovaskuler mulai dari anemia, Anemia sel bulan
sabit, Talasemia, Hemophilia, Leukemia, Blue baby, jantung koroner, dan
hipertensi berawal dari kebiasaan, akibat gaya hidup, pola makan, dan aktivitas sehari-hari
yang dijalani si pelaku yang tidak memperhatikan kesehatan.