KLASIFIKASI HEWAN VERTEBRATA

Jumat, 07 Desember 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
          Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keragaman hayati ini membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Di antaranya dapat memenuhi kebutuhan manusia juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein sebagai salah satu sumber pembangun tubuh dapat berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani). Protein yang berasal dari hewan mempunyai kandungan yang sempurna dibandingkan dengan protein nabati. Oleh karena itu pengadaan sumber protein hewani harus diupayakan. Sehubungan dengan itu penulis terusik untuk memilih karya tulis yang berjudul “Klasifikasi Vertebrata ”

Kingdom Animalia dapat disebut juga dengan dunia hewan. Dimana segala mahluk yang mempunyai karakteristik menyerupai hewan ada di dalam dunia ini. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dibedakan menjadi 2 yaitu: hewan avertebrata (tidak bertulang belakang) dan hewan vertebrata (hewan bertulang belakang).
Vertebrata  merupakan sub-filum dari filum Chordata yang bisa diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu ikan (pisces), amfibi (amphibi), reptil, burung (aves) dan hewan menyusui (mamalia). Masing-masing kelas tentunya mempunyai ciri-ciri khusus, yang selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut di bagian pembahasan.







1.2  Rumusan Masalah
        Dari latar belakang di atas dapat kita membri beberapa rumusan masalah seperti.
         1.      Bagaimanakah klasifikasi dari vertebrata itu?
         2.      Bagaimanakah ciri-ciri  setiap klasifikasinya tersebut?
         3.      Apakah peranan dari hewan-hewan vertebrata tersebut?
    

 1.3   Tujuan
               Dari rumusan masalah di diatas dapat kita paparkan beberapa tujuan yaitu.   
         1.      Untuk mengetahui klasifikasih dari vertebrata.
         2.      agar dapat mengetahui ciri-ciri dari hewan vertebrata, dan perananya.
         3.      sebagai bahan refrensi untuk menunjang pengetahuan kita.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Vertebrata dan Ciri-cirinya
Sesuai dengan namanya, kelompok hewan Vertebrata memiliki kolumna vertebralis (ruas-ruas tulang belakang). Jadi korda dorsalis (kerangka sumbu primer = notokorda) hanya terdapat pada masa tingkatan embrio. Vertebrata disebut juga Craniata karena semua hewan vertebrata sudah memiliki otak, yang terlindung dalam Kranium (tulang-tulang tengkorak).
Hewan vertebrata secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Mempunyai tengkorak (cranium) berupa kotak tempat otaknya (karena itu disebut juga Craniata) dan ruas tulang belakang (vertebrata) untuk sumbu penguat tubuh, kerangka terletak di dalam tubuh untuk tempat melekatnya otot rangka.
2.      Tubuh simetri bilateral, terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor, sistem alat tubuh beruas-ruas, kulit terdiri dari lapisan epidermis dan dermis.
3.      Mempunyai rongga tubuh (coelom) yang dindingnya dilapisi selaput peritonium.
4.      Alat pencernaan memanjang di bawah/ depan tulang bealakang, ulat saraf di atas/ belakang saluran pencernaan.
5.      Jantung terdiri dari dua, tiga, atau empat ruang.       










Klasifikasi Vertebrata
2.2.4    Kelas Aves (Burung)

Kata aves (burung) berasal dari kata Latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari bahasa Yunani, dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Definisi aves (burung) adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal). Aves (burung) adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Kaki pada aves (burung) digunakan untuk berjalan, bertengger, atau berenang (dengan selaput interdigital). Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Aves hidup di darat. Sebagian spesies mendiami pohon-pohon. Jenis tertentu, seperti penguin, hidup di daratan kutub utara namun mencari makanan dengan berenang di laut. Jenis lainnya juga mencari makanan di danau dan perairan tawar lain, contohnya bebek.
Secara umum, tubuh aves (burung) terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Tubuhnya tertutup oleh bulu yang khas yang terbuat dari keratin. Bulu ini diganti sekali setahun. Menurut letaknya terdapat lima macam bulu, yaitu remiges (pada sayap), rektrises (pada ekor), tetrises (penutup badan), alula (pada jari-jari sayap), dan paraterum (di sekitar bahu). Menurut bentuknya ada tiga macam bulu, yaitu pluma, plumula (lunak), dan filopluma (seperti rambut bertangkai panjang). Pada sayap dan ekor, bulu berpasang-pasangan secara simetris. Bulu yang hanya tumbuuh pada tempat tertentu dan teratur disebut apteria. Leher diselubungi bulu-bulu jenis plumula, dan memiliki kelenjar minyak.
Selain bulu, ciri-ciri lain pada burung antara lain:
a.    Mulut burung tidak bergigi. Paruh burung diselubungi zat tanduk yang dibentuk oleh maksila (rahang atas) dan mandibula (rahang bawah). Pada pangkal paruh terdapat tonjolan ke atas dari kulit lunak, disebut sera.
b.    Struktur tulang menyerupai sarang lebah sehingga kerangkanya kuat namun ringan. Kerangkanya merupakan material yang tipis, kuat dan mengalami osifikasi yang sempurna. Tulang burung relative ringan karena memiliki banyak rongga. Tulang dada menjadi tempat melekatnya otot terbang. Gelang bahu terbentuk oleh sepasang korakoid, sepasang scapula, dan sepasang klavikula. Ketiga tulang tersebut membentuk lubang (foramen trioseum) tempat otot dada kecil (muskulus pektoralis minor) yang berfungsi mengangkat sayap. Tulang rusuk bagian depan melekat pada tulang dada, di bagian belakang melekat pada tulang leher atau tulang punggung.
c.    Alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik.
d.   Aves (burung) memiliki alat suara (siring) pada percabangan trakea. Siring digerakkan oleh otot siringialis (penghubung siring dengan dinding trakea sebelah dalam) dan otot sternotrakealis (penghubung trakea dengan tulang dada).
e.    Aves (burung) termasuk homoiterm (hewan berdarah panas). Suhu tubuh tetap, ±40,5o– 42oC.
f.     Habitat aves (burung) di daratan sampai ketinggian ±6.000 m. Aves (burung) ada yang menetap, ada pula yang bermigrasi.

Adapun sistem organ yang terdapat dalam Aves yaitu:
2.2.4.1   Sistem Gerak
Anggota gerak (tungkai) dua pasang. Tungkai depan berupa sayap yang berfungsi untuk terbang. Tungkai belakang berfungsi untuk bertengger, berjalan, atau berenang.
2.2.4.2    Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan makanan sempurna dari mulut → kerongkongan → tembolok → lambung kelenjar → lambung otot atau empedal (ventrikulus) berdinding tebal → usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum yang digantung oleh mesentrium → usus besar (terdapat sepasang usus buntu diantara usus halus dan usus besar) → bermuara pada kloaka di bawah ekor.
Empedal pada aves (burung) berfungsi untuk menghancurkan makanan. Mempunyai kelenjar ludah, kelenjar pancreas, dan hati yang menghasilkan empedu.

2.2.4.3    Sistem Pernapasan
Aves (burung) bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong-kantong udara (sakus pneumatikus) yang berhubungan pula dengan tulang-tulang pipa. Fungsi kantong udara :
1)       membantu pernafasan terutama saat terbang
2)      menyimpan cadangan udara (oksigen)
3)      memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
4)      mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak.
Pernapasan pada burung di saat hinggap:      
Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pernafasan burung saat terbang :
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena tulang-tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang, burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.

2.2.4.4   Sistem Peredaran Darah

Bagan sirkulasi pada burung
Paru-paru → Serambi kiri → Bilik kiri → Seluruh tubuh → Serambi kanan→ Bilik kanan → Paru-paru

Pada burung sistem peredaran darahnya adalah peredaran tertutup yakni sistem dalam peredarannya darah selalu terdapat dalam pembuluh, atau darah tidak pernah langsung masuk ke dalam jaringan. Jantung terdiri atas empat ruangan (dua buah atrium dan dua buah ventrikulus) yang dibungkus oleh perikardium. Lengkung aorta hanya satu di sebelah kanan dan hanya memiliki satu sistem porta, yaitu sistem porta hepatica.
Dinding diantara kedua ventrikel jantung burung begitu sempurna sehingga dinding itu mampu mencegah percampuran antara darah yang kaya oksigen dan yang miskin oksigen. Pembagian jantung yang sempurna itu memungkinkan darah melewati jantung sebanyak dua kali pada setiap kali darah beredar di dalam tubuh (peredaran darah ganda). Sebagai akibatnya, darah di aorta burung mengandung lebih banyak oksigen daripada aorta vertebrata lainnya.
2.2.4.5    Sistem Ekskresi Aves (Burung)
Alat ekskresi burung terdiri atas ginjal, paru-paru, dan kulit. Burung mempunyai sepasang ginjal bertipe metanefros yang berwarna cokelat. Vena porta ginjal tidak terbagi-bagi menjadi kapiler-kapiler ginjal.Saluran ekskresi ginjal dan saluran kelamin bermuara pada bagian akhir usus (kloaka). Kloaka ini merupakan tempat pertemuan saluran kelenjar kelamin dan usus. Kantong air seni tidak ada, hasil ekskresi setengah padat.
Burung hampir sama sekali tidak mempunyai kelenjar kulit, tetapi mempunyia kelenjar minyak yang terdapat di punggungnya, yang berguna untuk meminyaki bulunya.

2.2.4.6     Sistem Alat Indera Dan Sistem Saraf Aves (Burung)
Lidah pada umumnya tak dapat dijulurkan. Mata mempunyai kelopak mata, membrane niktitans (selaput tidur), dan kelenjar air mata. Tak ada daun telinga, terdapat membrane timpani (selaput pendengar) di bagian dalam lubang telinga luar.
Lubang hidung satu pasang dengan indera pencium yang kurang baik.pemilihan makanan dengan organ perasa yang berada di sisi lidah dan langit-langit. Sistem saraf pusat berupa otak dengan 12 pasang saraf cranial. Terdapat kelenjar tiroid, adrenal, dan endokrin pituitary (hipofisis) yang terletak di dasar otak.
2.2.4.7   Sistem Reproduksi Aves (Burung)
Pembuahan sel telur dan sperma / fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk (fertilisasi internal). Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.  Pada hewan jantan, terdapat sepasang testis, sedangkan ovarium hanya satu dan tumbuh dengan baik di sebelah kiri pada hewan betina.
Aves (burung) bertelur sehingga tergolong hewan ovipar dengan ciri telur bercangkang dan kuning telur besar. Burung mengerami telurnya dan merawat anaknya.

Aves (burung) dapat diklasifikasikan kembali menjadi beberapa ordo. Berdasarkan kemampuan terbangnya, kelompok aves (burung) dibedakan menjadi dua yaitu:

a.    Carinata
Burung yang tergolong karinata memiliki taju dada (carina). Taju dada berfungsi menyokong otot dadanya yang besar. Otot dada memberikan kekuatan terbang. Pada pinguin contohnya pinguin gentoo (Pygoscelis papua), yang merupakan karinata yang tidak terbang, otot dadanya digunakan untuk berenang di laut mencari makanan.
Hampir 60% spesies burung karinata tercakup dalam ordo passeriformes atau burung bertengger. Burung bertengger memiliki jari kaki yang dapat mencengkeram dahan pohon. Contoh burung ini adalah burung layang-layang besar (Hirundapus giganteus), burung merpati (Columbia livia), burung pipit (Anthus sp.), burung dara, dan berbagai burung pengicau. Ayam (Gallus gallus domesticus) juga tergolong karinata. Burung layang-layang adalah burung yang paling cepat terbangnya yakni terbangnya mencapai 170 km/jam.

b.    Ratita
Burung yang tergolong ratita tidak memiliki taju dada pada tulang dadanya. Otot dadanya juga tidak sebesar burung karinata. Burung unta (Struthio camelus), kiwi (Apteryx australis), emu (Dromaius novaehollandiae) dan Kasuari dalah contoh burung ratita. 
Aves (burung) meliputi banyak sekali ordo, beberapa ordo yang telah punah, antara lain:
a.    Aepyornithiformes ( burung gajah), tinggi ±3 m, telur 21-30 cm, terdapat di Malagasi.
b.    Dinornithiformes, tinggi ±3 m, telur 14-18 cm, pernah hidup di Selandia Baru.
c.    Hesperornis dan Ichthyornis, burung bergigi, hidup di Amerika Serikat.
d.   Archaeopteryx, bergigi, tidak mempunyai pigostil. Fosilnya terdapat di Jerman.
e.    Diatrymiformes, tak dapat terbang, dan berparuh besar. Burung ini terdapat di Amerika Serikat.
Beberapa ordo yang masih ada, antara lain:
a.    Rosares (Galliformes)
Rosaries memiliki paruh pendek. Kakinya berfungsi untuk mengais dan berlari.
Contoh: ayam buras, merak, kalkun, maleo
b.    Ratites (Palaeognathae)
Ratites meliputi beberapa ordo burung tak dapat terbang, yaitu sebagai berikut:
1)      Struthioniformes, contohnya burung unta
2)      Casuariiformes, contohnya kasuari
3)      Apterygiformes, contohnya kiwi
4)      Rheiformes, contohnya burung rea.
c.    Anseriformes (burung perenang)
Burung ini berkaki pendek, memiliki selaput renang diantara jari-jari kaki. Ekor pendek, paruh melebar berkrista penyaring.
Contoh: entok, itik, angsa, belibis.
d.   Ciconiiformes
Burung ini berkepala botak, memiliki paruh, leher, dan tungkai panjang. Hidup bergerombol, memakan hewan air.
Contoh: blekok, flamingo, bangau jawa.
e.    Coraciiformes
Burung raja berparuh besar, kepala besar, tungkai pendek. Pemakan hewan seperti ikan, udang,katak, kupu-kupu, kumbang, lebah.
sContoh: raja udang, rangkong, tetangket.
f.     Columbiformes
Burung merpati atau dara merupakan pemakan biji-bijian. Paruh pendek dengan sora dipangkalnya. Tembolok besar, sel epitelnya mudah mengelupas dan diberikan kepada anaknya semasa masih kecil lewat paruhnya (disebut “susu merpati”).
Contoh: merpati, perkutut, tekukur.
g.    Apodiformes (burung dengung)
Tubuh kecil berukuran ±5,6 cm. paruh lembek, lidah panjangdan dapat dijulurkan, membuat sarang dari lidahnya.
Contoh: burung kolibri, wallet, lelayang.
h.    Oscines (Passeriformes) atau burung penyanyi
Pita suara berfungsi bagus. Tiga jari kaki menghadap ke depan, satu jari kaki menghadap ke belakang, sesuai untuk bertengger. Telur berwarna-warni, ketika menetas anaknya masih buta. Peakan serangga dan berbagai biji-bijian.
Contoh: burung gereja, burung kenari, cendrawasih, dan jalak.



2.2.5    Kelas mammalia

Taksonomi mamalia dijelaskan sebagai berikut:
Kingdom                 : Animalia
Sub-Kingdom          : Metazoa
Filum                      : Chordata
Sub-Filum               : Vertebrata
Kelas                      : Mamalia
Ciri-ciri utama kelompok Mammalia adalah :
a.    Semuanya menghasilkan susu sebagai makanan anaknya.Susu dihasilkanoleh kelenjar (mammae) yang terdapat di daerah perut atau dada.Mammalia disebut juga hewan menyusui karena menyusui anaknya.
b.    Berambut
Rambut mammalia tersusun dari protein yang disebut keratin. Rambut mammalia berfungsi tertentu, yaitu sebagai insulasi yang memperlambat pertukaran panas dengan lingkungan, segabai indera peraba antara lain pada kumis, sebagai pelindung dari gesekan maupun sinar matahari, sebagai penyamar atau pertahanan untuk melindungi dari mangsa, dan sebagai penciri kelamin.  Pada paus dan lumba-lumba, rambut ada pada tahap tertentu perkembangan embrionya.
c.    Memiliki daun telinga dengan tiga tulang telinga tengah yang dimiliki mammalia terdiri atas tulang martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi. Ketiga tulang tengah berperan dalam  pendengaran, yaitu meneruskan getaran suara dari membran  timpani (gendang telinga) ke telinga dalam. 
Ciri-ciri lain yang dimiliki sebagian besar mammalia untuk tambahan ciri lain adalah :
a.    Geligi dengan berbagai ukuran dan bentuk
b.    Rahang bawah tersusun dari satu tulang
c.    Bernapas dengan paru-paru
d.   Jantung beruang empat
e.    Diafragma di antara rongga perut dan rongga dada untuk membantu pernapasan
f.     Otak yang lebih berkembang dibandingkan vertebrata lain
g.    Menggunakan energi metabolismenya untuk menjaga suhu tubuh tetap konstan sehingga digolongkan sebagai hewan endoterm dan homeoterm
h.    Fertilisasi terjadi secara internal atau di dalam tubuh betina
i.      Melahirkan anaknya sehingga termasuk hewan vivipar.
Mammalia hidup diberbagai habitat di darat dan di perairan.Ada jga mammalia yang hidup di daerah yang cukup ekstrem misalnya di kutub dan digurun.Beberapa jenis ada yang menyelam untuk mencari makanan di perairan.Kelompok mammalia tertentu ada yang merupakan hewan arboreal yang hidup di pohon-pohon dalam hutan. 
Meskipun ciri-ciri yang dimilii hampir sama, namun ada juga mammalia terkecil antara lain untuk spesies dari kelompok kelelawar kecil, yaitu Craseonycteris thonglongyai yang beratnya hanya tiga gram.Untuk mammalia yang terbesar adalah paus biru (Balaenoptera musculus) yang panjangnya dapat mencapai 27 meter dan berat 190 ton.Struktur tubuh mammalia sesuai dengan cara hidupnya, yaitu ada yang terbang, berenang, meluncur, berlari, melompat, atau menggali.
Sistem organ yang terdapat dalam tubuh mammalia yaitu:
2.2.5.1    Sistem Saraf
Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar jika dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti prosencephalon, lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata.

CARINATAE


BAB I
 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari pada hewan lain. Beberapa burung memiliki ukuran besar, sebagian diurnal dan sebagai anggota kelas; maka burung banyak hidup berdampingan dalam lingkungan manusia. Burung memiliki keindahan bentuk dan warna serta cara perkawinan yang menarik. Beberapa aspek pada burung seperti pola terbang, makanan dan kegiatan kawin tidak terlalu sulit untuk diamati. Aspek lain yang menarik adalah tingkah laku burung , suara , siulan dan nyanyian yang indah yang sangat spesifik bagi tiap-tiap burung. Burung berkembang dari reptilia. Dalam makalah ini kami akan membahas Carninatae atau burung yang dapat terbang, dan jenis carinatae yang berjengger, bermangsa, dan mencari makan di udarah.


1.2 Rumusan Masalah
            Dalam latar belakang di atas dapat kita merumuskan suatu masalah yaitu.
1.      Bagaimana cara burung mencari makan di udarah ?
2.      Burung apa saja yang berjengger?
3.      bagaimana ciri-ciri dari carinatae?


1.3 Tujuan
         Dari rumusan masalah diatas dapat kita beri tujuan seperti.
1.      Untuk mengetahui bagaimana burung mencar makan diudara.
2.      Agar dapat mengetahui burung apa saja yang berjengger dan cirri-ciri carinatae.
3.      Sebagai bahan refrensi, untuk menunjang pengetahuan kita.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Carinatae  yang  bertengger

Ordo yang dikelompokan sebagai burung yang bertengger terdiri atas burung pemangsa, dan seri dari burung arboreal, yang berkisar dari jenis-jenis merpati hingga burung pelatuk dan passerines. Di samping itu juga termasuk jenis burung aerial feeders atau burung pemakan di udara yang terdiri atas burung layang-layang dan burung cabak yang sebenarnya paradoks dengan sebutan sebagai burung

yang bertengger. Burung layang-layang memiliki kaki-kaki yang kecil sehingga tak mungkin bertengger, sedangkan burung cabak (night jars ) akan mudah terlihat oleh musuh bila bertengger karena warna bulu yang kriptik. Di lain pihak, sebenarnya ―bertengger‖ bukan kemampuan yang hanya dimiliki oleh ordo ini, sebab burung-burung yang berjalan maupun burung akuatik juga mempunyai kemampuan bertengger. Namun demikian sebagian besar burung yang termasuk ordo ini biasanya hidup bertengger, melakukan perkawinan di pohon atau perdu, dan dengan cara ini mereka dapat menghindari predator yang tak dapat memanjat. Burung pemangsa Burung arboreal Burung bertengger Burung pencari makan di udara Passerines
                       
2.2 Carinatae  Pemangsa
Burung pemangsa memiliki kombinasi terbang, kaki yang dapat digunakan untuk memegang mangsa dan paruh yang khas sehingga merupakan burung yang mampu menguasai sebagian besar lingkungan dengan rentang makanan yang luas. Sebagian besar burung pemangsa memakan makanan yang berenergi tinggi yang berasal dari daging vertebrata. Dua ordo burung pemangsa merupakan karnivora puncak dalam rantai makanan. Burung predator
ini terdiri atas Falconiformes, yang meliputi jenis elang, falcon, rajawali, dan predator nokturnal yaitu Strigiformes yang meliputi jenis-jenis burung hantu. Kedua ordo ini sebenarnya tidak berkerabat, namun karena memilki kesamaan ekologi maka mereka memiliki tingkat konvergensi sebagai burung predator. Kedua kelomok ini memiliki kaki yang kuat yang dilengkapi oleh cakar kuat untuk membunuh mangsa dan paruh yang melengkung yang beradaptasi untuk merobek daging. Akan tetapi mereka memilki perbedaan lokaksi pencarian mangsa. Falconiformes yang diurnal mempunyai penglihatan yang yang sangat tajam, sedangkan Strigi formes yang nocturnal memilii pendengaran yang sangat tajam untuk mendeteksi mangsanya. Di samping itu mereka juga memilki kemampuan terbang yang tidak menimbulkan suara karena mempunyai susunan bulu terbang khusus. Burung hantu mempunyai mata besar yang beradaptasi dengan keadaan gelap dan penglihatan binokuler untuk melengkapi kemampuan terbang ―sunyi‖ dan pendengaran binaural. Predator diurnal mempunyai rentang radiasai adaptif yang lebih luas dari pada burung hantu, termasuk bentuk yang sangat berbeda seperty burung secretary dan burung pemakan bangkai. Burung secretary mampu menangkap ular berbisa dengan kakinya yang panjang dengan sekali sergap. Burung pemakan ikan yaitu famili Accipitridae mempunyai sisisk-sisik tajam pada kakinya untuk mencengkeram mangsanya yang bertubuh licin.

PENGELOMPOKAN DAN FISIOLOGI RESEPTOR DAN PENERIMAAN RANGSANGAN OLEH RESEPTOR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

                Di dalam tubuh manusia terdapat sisitem koordinasi yang akan mengatur agar semua organ dapat bekerja secara serasi. System koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya, dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Rangsangan merupakan informasi yang dapat di terima hewan. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang internal maupun yang eksternal. Rangsang eksternal (berasal dari lingungan di luar tubuh hewan) dapat berupa sasuatu hewan. linitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya. Sedangkan rangsangn yang berasal dari dalam tubuh hewan (internal) dapat berupa suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium dalam darah. Untuk dapat menerima rangsangan dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang.. alat yang di gunakan untuk menerima rangsang yang disebut sebagai reseptor yang sangat bertalian erat dengan system koordinasi yang di miliki oleh semua makhluk hidup khususnya hewan.
                 Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Organ indra kita adalah reseptor (penerima rangsang). Pada indra terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsang tertentu. Rangsangan yang di terima di teruskan melalui serabut sraf sebagai impuls saraf. Sedangkan efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada hewan adalh otot dan kelenjar.






1.2 . Rumusan Masalah
                Dari latar belakang diatas dapat kita memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang di maksud dengan reseptor?
2. Bagaimanakah struktur reseptor?
3. Bagimanakah mekanisme penerimaan rangsang oleh reseptor?
4. Apakah yang di maksud dengan efektor?
5. Bagaimanakah struktur efektor?
6. Bagaimanakah mekanisme respon tanggapan oleh efektor?



1.3 . Tujuan
                 Dari rumusan masalah diatas dapat kita berbagai tujuan antara lain.
1. Mengetahui dan memahami yang di maksud dengan reseptor.
2. Mengetahui struktur resepror.
3. Mengetahui mekanisme penerimaan rangsang oleh reseptor.
4. Memahami apa itu reseptor.
5. Mengetahui struktur efektor.
6. Mnegetahui mekanisme atau cara kerja efektor.










BAB  II
PEMBAHASAN

2.1. Reseptor
               Informasi mengenai keadaan lingkungan yang dapat di terima hewan sangat beragam, antara lain suhu, kadar garam, cahaya, kelembapan, dan tekanan udara. Berkaitan dengan hal tersebut, alat penerima rangsang (reseptor) yang di miliki hewan juga beragam. Berarti reseptor pada hewan harus dapat berfungsi untuk menrima berbagai jenis informasi.  Reseptor adalah bagian dari sistem syaraf yang berperan sebagai penerima rangsangan dan sekaligus sebagai pengubah rangsangan yang diterimanya menjadi impuls sensoris. Impuls sensoris inilah yang dikirimkan ke Sistem Syaraf Pusat. Stimulasi pada suatu reseptor merupakan informasi mengenai terjadinya perubahan dari lingkungan eksternal dan internal tubuh terhadap Sistem Syaraf Pusat. Selanjutnya, Sistem Syaraf Pusat akan mengolahnya dan memberikan jawaban berupa pengaturan yang sesuai, sehingga kelestarian hidup tetap terjamin dan terpelihara kelangsungannya. Stimulus, merupakan suatu bentuk energi yang banyak ragamnya di alam ini.
                Bentuk-bentuk energi tersebut adalah energi mekanis-tekanan, energi thermis-derajad suhu, energi khemis-bau,rasa, kadar O2 dan kadar CO2, energi cahaya-gelombang cahaya, energi suara-gelombang suara. Masing-masing reseptor disesuaikan untuk memberikan respons pada suatu bentuk energi tertentu. Bentuk energi khusus yang memberikan respons reseptor paling peka disebut rangsangan adekwat. Reseptor sering kali berada di dalam suatu wadah yang terbuat dari sel-sel non syaraf, membentuk suatu organ sensorik (mata,telinga dan lain-lain). Reseptor rasa bagi asam-asam amino telah diidentifikasi.
 1. Klasifikasi Reseptor Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya                    reseptor tertentu hanya akan menerima rangsang jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu hewan, dapat di temukan berbagai macam reseptor. Reseptor dapat di kelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang dan jenis/sifat rangsang yang dapat di terima oleh reseptor tersebut.

2.1.1 Berdasarkan strukturnya, reseptor di bagi menjadi dua yaitu:
a. Reseptor saraf
              Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.
b. Reseptor nonsaraf
          Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf.
2.1.2 Berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terimanya, reseptor dapat di bedakan menjadi enam
a. Kemoreseptor, reseptor yang menerima rangsang berupa rangsangan zat kimia.
b. Termoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan     suhu.
c. Mekanoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan mekanik.
d. Fotoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan cahaya.
e. Megnetoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan medan magnet.
f. Elektroreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan listrik.
2.1.3 Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat di terimanya, reseptor di bedakan menjadi dua jenis
1. Interoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh. Contoh interoreseptor ialah kemoreseptor untuk memantau pH, kadar gula, dan kadar kalsium dalam cairan tubuh.
2. Eksteroreseptor, berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh hewan. Contoh ekteroreseptor ialah reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan reseptor cahaya (mata). Dalam system saraf, rseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan efektor berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan efektor berhubungan dengan saraf motorik. Reseptor bertugas sebagai transduser (pengubah energy) yang mengubah energy dari suatu bentuk energy yang lain. Pada saat sampai di reseptor, semua energy dalam bentuk apapun akan segera di ubah menjadi energy listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi.

2.2  Mekanisme Kerja dan Struktur Reseptor
               Cara berfungsinya reseptor yaitu, apabila suatu jens reseptor menerima rangsang yang sesuai maka membrane reseptor tersebut akan mengalami serangkaian pristiwa yang menyebabkan timbulnya potensial aksi pada bagian tersebut. Potensial aksi yang terbentuk di namakan potensial reseptor atau potensial local. Dalam hal ini, potensial aksi tidak menjalar ke bagian lainnya. Namun, jika rangsang yanjg di terima reseptor cukup kuat, potensial reseptor yang timbul akan lebih besar.. makin besar rangsang yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan, hingga dapat melampaui batas ambang perangsangan pada membrane. Apabila hal ini terjadi, potensial aksi akan menyebar ke membrane di sebelahnya, hingga ke sel saraf aferen, bahkan ke membrane sel berikutnya. Dalam keadaan yang demikian, potensial aksi yang terbentuk pada reseptor di namakan potensial generator. Misalnya pada mekanoreseptor mempunyai pintu ion yang akan berubah keadaannya, menjadi terbuka atau tertutup, akibat terjadinya deformasi mekanik pada pintu ion tersebut.                     Deformasi mekanik ialah perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan. Saat istirahat, protein penyusun pintu ion memperlihatkan bentuk fisik tertentu sehingga jalan masuk ion dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang sampai pada reseptor tersebut akan menyebabkan bentuk fisik protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga pintu untuk ion tertentu akan terbuka. Ketika deformasi mekanik mennghasilkan pembukaan pintu ion Na+, ion tersebut akan berdifusi ke dalam sel. Hal ini meyebabkan depolarisasi membrane mekanoreseptor.                              Mekanisme timbulnya depolarisasi pada reseptor tersebut sama seperti yang terjadi pada sel saraf. Supaya hewan dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengna rangsang yang di terimanya misalnya sentuhan, potensi local yang timbul pada reseptor harus dijalarkan keseluruh bagian system saraf. Dengan demikian, potensial yang terbentuk pada reseptor harus berupa potensial generator.
Reseptor nyeri/sakit merupakan reseptor yang menunjukkan kemampuan beradaptasi tonik. Bagi reseptor nyeri, kemampuan beradaptasi tonik merupakan hal yang penting karena timbulnya rasa sakit merupakan tanggapan yang bertujuan untuk melinddungi tubuh. Apabila reseptor nyeri memperlihatkan gejala adaptasi fasik, hewan terancam bahaya yang besar karena tidak akan berusaha menghindari rangsanng tersebut. Padahal,rangsang yang menyakitkan pada umumnya berpotensi menimbulkan kerusakan. Ooleh karena itu, jelas bahwa gejala adaptasi tonik pada reseptor nyeri sangat menguntungkan hewan.

2.3 Reseptor Dan Efektor
            Rangsang yang masuk dalam organisme ada dua, yaitu : rangsang dari dalam dan rangsang dari luar.
            Efektor adalah alat penghasil tanggap yang tanggapannya dapat terlihat ( gerak tubuh) dan tidak dapat terlihat (sekresi hormonkemudian yang dihasilkan dari tanggapan tersebut tergantung dari jenis rangsang dan efektornya. Proses tanggapan ada tiga macam : tanggapan perubahan gerak, tanggapan perubahan warna dan tangggapan perubahanpelepasanarus.
2.4 Sistem Rangka Hewan
            Rangka hidrostatis terdapat pada Invertebrata yang bertubuh luna, fungsinya mirip dengan gerakan Amuboid. Rangka luar terdapat di luar tubuh, fungsinya melindungi diri danpelekat otot. Rangka dalam terdapat di dalam tubuh Vertebrata, pada invertebrate  rangka mengandung berbagai garam kalsium dan fungsi sama dengan hewan lain.
            Cara kerja reseptor contohnya mekanoreseptor, mekanoreseptor masuk ke pintu ion terbuka dan tertutup kemudian terjadi deformasi meknik ( perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan). Rangsang dan tangggapan berhubungan rumit dan erat, kekuatan rangsang tidak sama dengan kekuatan tanggapan maka terjadilah kemampuan reseptor beradaptasi terhadap rangsang, yaitu : reseptor beradaptasi degan cepat dan reseptor beradaptasi dengan lambat.
            Efektor adalah alat penghasil tanggapan baik yang terlihat (gerakan tubuh) maupunyang tidak terlihat (sekresi hormon) yang dihasilkannya tergantung dari jenis jaringan rangsang dan jenis efektor. Proses tanggapan ada tiga : tangggapan perubahan gerak, tanggapan perubahan warna dan tanggapan pelepasan arus listrik. System gerak hewan ada rangka hidrostatik, rangka luar dan rangka dalam.         
            Endokrinologi adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang hormon dan aktivitasnya. Hormon adalah satu dari sistem komunikasi utama dalam tubuh meskipun kadarnya hanya dalam jumlah yang sangat kecil namun dapat menjalankan atau menghentikanproses-proses metabolik.      
            Komponen penyusun organ endokrin yaitu : sel neurosekretori dan sel endokrin sejati.Klasifikasi hormone bedasarkan struktur kimia : hormone protein, hormone steroid, hormone asam amino dan zat kimia yang menyerupai hormone. Klasifikas hormone berdasarkan fungsinya : hormone perkembangan, hormone metabolism, hormone trofik, hormone pengatur meabolisme mineral dan air, hormone pengatur sisitem kardiovaskuler. Langkah-langkah sintesis : tanskripsi dan translasi. Sisitem endokrin pada hewan vertebrata ada hipotalamus, pituitari dan kelenjar endoktrin tepi.
            Untuk dapt menerima rangsang dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat yang berfungsi untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang. Alat penerima rangsang pada hewan disebut reseptor, sedangkan alatpenghasil tangapan dinamakan efektor.

2.5 Pengelompokan dan Fisiologi reseptor
            Informasi mengenai keadaan lingkungan yang dapat diterima hewan sangat beragam, antara lain suhu, kadar garam, cahaya, kelembapan dan tekanan udara. Berkaitan dengan hal tersebut alat penerima rangsang atau reseptor yang dimiliki hewan juga beraneka ragam. Berarti, reseptor pada hewan harus dapat berfungsi untuk menerima berbagai  jenis informasi.
            Pada umumnya reseptor bekerja secara khusus. aratinya, reseptor tertentu hanya akan menerima rangsang jenis tertentu. Jadi dalam satu individu hewan, dapat ditemukan bernagai macam reseptor.Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara, Yaitu berdasarkan setruktur , lokasi sumber rangsang, dan jenis sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor. Berdasarkan strukturnya , reseptor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reseptor saraf dan bukan saraf. Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, reseptor dapat dibedakan menjadi enam, Yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreseptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor. Secara berturut-turut, masing-masing reseptor tersebut peka terhadap rangsang kimia, suhu, mekanik, cahaya , medan magnet, dan medan listrik. Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya. Reseptor dapat dibedakan menjdi dua jenis, yaitu interoreseptor dan eksteroreseptor. Interoreseptor merupakan  reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh hewan. Contohnya adalah kemoreseptor untuk  memantau PH, kadar gula, kalsium dalam cairan tubuh. Sementara, eksteroreseptor berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh hewan. Contoh eksteroreseptor  ialah reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan reseptor cahaya (mata).Dalam system saraf, reseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik, sedangkan sedangkan efektor berhubungan dengan saraf motorik.

2.5.1 Penerimaan Rangsang Oleh Reseptor
            Semua hewan sangat memerlukan informasi mengenai keadaan lingkungan mereka.Hewan memperoleh informasi dari lingkungannya melalui reseptor (organ sensoris). Reseptor cahaya yang sesungguhnya  terdapat pada retina.Reseptor berupa sel batang dan kerucut pada retina tersebut berhubungan dengan saraf optic yang ujunganya bersinaps dengan pusat penglihatan yang berada di korteks otak. Agar dapat  berfungsi  optimal, sel reseptor di retina memerlukan struktur pendukung berupa mata.

2.5.2  Penerimaan Rangsang Kimia oleh Kemoreseptor
            Dalam proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks tersebut  mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga akhirnya timbul tanggapan Proses pembentukan potensial generator pada kemoreseptor sama seperti yang terjadi pada reseptor yang lainnya. Bedanya, rangsang bagi kemoreseptor ialah zat kimia. Kemoreseptor terdapat pada vertebrata maupun invertebrata. Pada insekta, kemoreseptor terdapat pada bagian mulut, antenna, dan kaki.Pada umumnya, kemoreseptor ini berupa rambut atau duri sensoris yang kaku, ukuran panjang dapat mencapai beberapa millimeter dan ujungnya terbuka ke lingkungan luar.
            Kemoreseptor yang bersifat umum dan terdapat pada semua hewan ialah reseptor pengecap, terutama untuk mengecap rasa pahit. Kemampuan untuk mengecap rasa pahit menunjukkan fungs protektif karena rasa pahitbdianggap pengingat akan adanya ancaman senyawa toksit potensial. Kemoreseptor juga penting untuk memantau kadar O2 dan CO2dalam cairan tubuh serta untuk menerima rangsang feromon.

2.5.3 Penerimaan Rangsang Mekanik oleh Mekanoreseptor
            Proses peneriman rangsang mekanik oleh mekanoreseptor dinamakan mekanoresepsi, mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan     mekanoresepsi adalah sebagai berikut. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na+  pada membrane mekanoreseptor masih dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membrane mekanoreseptor meregang. Peregangan membrane mekanopreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi protein penyusun pintu ion Na+ . Pintu ion Na+ terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor.
                   Mekanoresepsi dapat terjadi pada vertebrata maupu invertebrata, invertebrata memiliki reseptor untuk menerima rangsangtekanan, suara, dan gerakan. Bahkan insekta juga mempunyai mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang dapat memberikan informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan akan tampak semakin jelas apabila kita mengalami mekanoreseptor pada vertebrata. Pada vertebrata , mekanoreseptor bukan hanya dapat menerima rangsang tekanan atau sentuhan , melainkan ada yang mampu memantau panjang otot, bahkan berfungsi sebagai alat pendengaran dan organ keseimbangan.

2.5.4 Penerimaan Rangsang Suhu oleh Termoreseptor
            Pada dasarnya, termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh suhu terhadap tubuh individu, peningkatan suhu secara ekstrem akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hl ini dapat mengganggu penyelenggaraan berbagai reaksi metabolic yang penting.

2.5.5 Penerimaan Rangsang  Cahaya oleh fotoreseptor
            Hampir semua hewan dapat mendeteksi cahaya. Bahkan, hewan yang tidak memiliki struktur fotoreseptor khusus, contohnya amoeba , ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Struktur fotoreseptor berfariasi, dari yang paling sederhana berupa eye-spot hingga struktur yang rumit dan terorganisasi dengan baik seperti yang dimiliki vertebrata. Semua reseptor bekerja bekerja menurut prinsip yang sama. Perbedaan cara kerja di antara reseptor hanya terletak pada jenis rangsang yang dapat diterimanya.



2.5.6 Penerimaan Rangsang Listrik oleh Elektroreseptor
            Alat penerima rangsang berupa medan elektrik disebut elektroreseptor. Elektroreseptor yang telah banyak dipelajari ialah reseptor yang terdapat pada gurat sisi danAmpula Lorenzini.

2.5.7 Penerimaan Rangsang Medan Magnet Oleh Magnetoreseptor
            Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetic bumi. Kemampuan semacam itu bermanfaat dalam navigasi, yang memungkinkan hewan mengenali sumbu utara-selatan. Contoh hewan yang memilki kemampuan ini adalah lebah madu, yang menggunakan medan magetik bumi untuk berkomunikasi. Ketika terbang dari sarangnya dan menemukan sumber makanan baru, lebah menyampaikan informasi dan tentang arah makanan tersebut pada lebah lainnya dengan cara menunjukkan tarian tertentu. Hewan lain yang mampu menggunakan medan magnet untuk kembali ke sarangnya ialah burung.
Cara kerja reseptor :    
         Mekanoreseptor akan masuk ke dalam pintu ion yang terbagi menjadi dua yaitu terbuka dan tertutup, dan akhirnya menghasilkan deformasi mekanik. Deformasi mekanik adalah perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang mekanik, misalnya sentuhan  atau peningkatan sentuhan. Dari deformasi mekanik tersebut akan menghasilkan bentuk fisik protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga pintu ion tertentu akan terbuka. Contoh mekano respetor yaitu proses penerimaan rangsang berupa gelombang suara.

2.5.8 Mekanoresptopada Vertebrata
FungsiMemantau panjang otot, Alat pendengaran Orgakeseimbagan.
2.5.8.1Termoresptor
            Termoresptor akan mengalami suatu proses mengenai suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan sehingga akan mengakibatkan suhu menjadi naik, struktur protein dan enzim akan terganggu dan tidak akan berefungsi sehingga reaksi metaboliknya terganggu. Contoh pada insekta tedapat pada antena dan kaki pada mammalia dikulit dan hipotalamus.        
2.5.8.2.Fotoresptor
            Struktur fotoresptor yaitu pada hewan sederhana terjadi secara eye-spot dan pada vertebrata terjadi secara  rumit dan terorganisasi. Perbedaan cara kerjanya terlaetak pada jenis rangsangyang dapat diterimanya.
2.5.8.3 Elektroreseptor 
            Elektroresptor akan menghasilakan medan listrik yang dapat dihasilkan adari aktivitas otot yang didalamnya terdapat organ listrik yang dapat ditemukan pada hewan akuatik yang mampu dideteksi untuik pertahanan dirinya, tedapat pada jenis pisces.
2.5.8.4Magnetoresptor
            Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetik bumi yaitu nafigasi antara utara dan selatan, Contoh pada lebah madu yang mampu berkomunikasi sehingga pada akhirnya dapat menemukan sumber makanan.

2.6  Efektor dan Cara Kerjanya
            Efektor ialah alat penghasil tangapan biologis, tanggapan yang dihasilkan efektor sangat bervariasi, mulai dari tanggapan yang dapat dilihat secara jelas menggunakan mata, sampai tangapan yang tidak terlihat mata. Contoh hormon yang dapat mengubah ,metabolisme adalah insulin , yang mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Jenis tangapan yang dihasilkan oleh efektoor tergantung pada jenis rangsang dan jenis efektornya.Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk menghasilkan tanggapan berupa perubahan warna kulit, perubahan warna itu dapat ditunjukkan pada hewan lain dalam satu spesies. Perubahan warna dapat terjadi karena hewan memiliki kromatofor pada kulitnya. Kromatofor adalah sel yang emngandung pigmen, dibawah kendali endikrin , kromatofor dapat mengubah penyebaran pigmen pada sel pigmen dalam ukuran menit atau detik.

2.6.1 Tanggapan Berupa Pergerakan Intrasel
            Pergerakan intrasel dapat diamati pada hampir semua sel, misalnya pada sel saraf. Didalam sel saraf selalu terjadi pergerakan , terutama pergerakan aliran sitoplasma beserta sejumlah besar vesikel yang berisi neuriotransmiter. Aliran sitoplasma itu disebut aliran sitoplasmik. Pada sel saraf, aliran tersebut sangat berguna untuk membawa neutronsmiter yang disintesi di badan sel , kemudian diangkut ke ujung akson untuk menyelenggarakan transmisi sinaptik, aliran sitoplasmik ini terjadi pada amoeba.Gerakan sitoplasmik berupa gerakan yang teratur. Padas el saraf pergerakan berlangsung dalam dua arah, yaitu dari badan sel ke ujung akson dan sebaliknya .

2.6.2 Tanggapan berupa Pergerakan Ameboid
            Pergerakan ameboid merupakan pergerakan khas baik pada hewan uniseluler maupun sel hewan muktiseluler. Pada hewan multiseluler, gerak amuboid terjadi pada sel darah putih yang meningalkan aliran darah dan masuk ke dalam jaringan yang mengalami radang. Gerak amuboid pada hewan bersel satu (amoeba) terjadi dengan membentuk kaki semi(pseudopodia).

2.6.3 Tanggapan berupa Pergerakan Otot
            Gerakan pada otot juga melibatkan aktin dan myosin. Akan tetapi aktin dan myosin pada otot tersusun secara teratur sehingga dapat menghasilkan kekuatan yang besar. Gerakan otot sebenarnya merupakan akibat dari adanya tarik-menarik antara filamen aktin dan myosin.

2.6.4 Tanggapan Berupa Pelepasan Arus Listrik
            Sesungguhnya pembentukan arus listrik dapat terjadi pada semua system reseptor, tetapi pelepasan arus listrik oleh efektor hanya ditemukan pada beberapa jenis ikan. Arus listrik pada ikan dihasilkan oleh organ elektrik.
            Pelepasan arus listrik dari tubuh ikan atau belut listrik dilakukan dengan membuat gerakan khusus dengan mempertemukan daerah kepala dan ekor, dengan gerakan tersebut terjadi pertemuan antara daerah bermuatan positif dan negative yang menyebabkan pelepasan arus listrik ke lingkungannya.





























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                     Reseptor adalah bagian dari system syaraf yang berperan sebagai penerima rangsangan dan sekaligus sebagai pengubah rangsangan yang diterimanya menjadi implus sensoris. Reseptor dapat dibagi menjadi 3 yaitu: berdasarkan struktur, berdasarkan jenis rangsangan yang dapat diterimanya, dan berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya.
                       Sedangkan efektor adalah alat penghasil tanggap yang tanggapanya dapat dilihat ( garak tubuh ) dan tidak dapat terlihat ( skresi hormon ) kemudian yang dihasilkan dari tanggapan tersebut tergantung dari jenis rangsang dan efektornya.
                       Pengelompokan dan fisiologi reseptor yaitu penerimaan rangsangan oleh reseptor, penerima rangsang  kimia oleh kemoreseptor, penerimaan rangsangan mekanik oleh meganoreseptor, penerimaan rangsang suhu oleh termoreseptor, penerimaan rangsang  cahaya oleh fotoreseptor, penerimaan rangsang listerik oleh elektroreseptor, penerima rangsang madan magnet oleh magnetoreseptor, dan mekano reseptor pada vertebrata.