PEMBENTUKAN PEMBULUH DARAH

Selasa, 08 Oktober 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Akan tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis merupakan proses yang terjadi pada embriogenesis dan pada berbagai keadaan fisiologik maupun patologik orang dewasa. Pada angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh darah kecil di sekitarnya. Pada proses angiogenesis terdapat faktor-faktor pendorong dan penghambat angiogenesis yang berinteraksi. Faktor-faktor angiogenik yang berinteraksi dalam proses angiogenesis juga membutuhkan molekul-molekul adhesi sel endotel. Akumulasi berbagai bukti menunjukkan bahwa integrin reseptor adhesi sel endotel yang berhubungan dengan peradangan dan penyembuhan luka terlibat dalam proses angiogenesis.
Koordinasi merupakan  fungsi pengaturan dan pengintegrasian. Mengatur (to regulate) berarti mengatur/ menyetel sejumlah tertentu, kadar tertentu, kecepatan tertentu atau variabel tertentu mencapai kondisi tertentu yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam proses respirasi, oksigen harus tersedia pada laju tertentu agar dapat dimanfaatkan organisme. Integrasi berarti mengumpulkan beberapa bagian menjadi satu. Dalam fisiologi, integrasi diartikan sebagai pengendalian semua komponen fungsional sehingga menjadi satu sistem kendali, dan tak ada proses tunggal yang dapat berlangsung tanpa tergantung dari proses lain.
Fungsi-fungsi fisiologi dapat dikendalikan oleh hormon dan atau saraf, tetapi ada 2 perbedaan penting antara hormon dan saraf. Perbedaan tersebut berkaitan dengan  kecepatan aksi (speed of action) dan ukuran target (size of target). Respon cepat otot skeletal tergantung pada impuls saraf dengan kecepatan sebesar 100 m/detik; waktu tanggap hanya dalam beberapa milidetik. Sebaliknya, hormon tertentu tidak menampakkan pengaruhnya hingga hormon tersebut mencapai sasaran (selalu melalui sirkulasi darah). Waktu tanggap minimum dapat hanya beberapa detik, tetapi dapat pula beberapa menit atau lebih lama lagi.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.

B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah yang dapat kita buat seperti berikut:
1.      Bagaimana proses pembentukan pembuluh darah?
2.      Bagaimana mekanisme kerja sistem saraf?
3.      Apa yang dimaksud dengan organogenesis?

C.   TUJUAN
Adapun tujuan yang dapat penyusun simpulkan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1.      Mengetahui proses pembentukan pembuluh darah.
2.      Mengetahui mekanisme kerja sistem saraf.
3.      Mengetahui pengertian organogenesis dan mekanismenya.









BAB II
PEMBAHASAN
A.   PROSES PEMBENTUKAN PEMBULUH DARAH
Pembentukan pembuluh darah baru dapat melalui dua mekanisme berbeda tetapi berhubungan, yaitu vaskulogenesis atau angiogenesis. Pada vaskulogenesis, pembuluh darah berkembang dari sel-sel prekursor angioblas,sedangkan angiogenesis meliputi pertumbuhan pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang sudah ada.
Angiogenesis merupakan suatu proses biologik kompleks yang terjadi pada embriogenesis dan pada berbagai keadaan fisiologik maupun patologik orang dewasa. Pada angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh darah kecil di sekitarnya. Pembuluh darah kapiler terdiri atas sel-sel endotel dan perisit. Kedua jenis sel ini memuat seluruh informasi genetik untuk membentuk pembuluh darah dan cabang-cabangnya serta seluruh jaring-jaring kapiler. Molekul-molekul angiogenik khas akan mendorong terjadinya proses ini, tetapi ada pula molekul-molekul penghambat bersifat khusus untuk menghentikan proses angiogenesis. Molekul-molekul dengan fungsi yang berlawanan tersebut nampaknya seimbang dan serasi dalam bekerja terus-menerus mempertahankan suatu sistem pembuluh darah kecil yang konstan.
Pada orang dewasa normal, dalam keadaan nonpatologik sel endotel mengalami pergantian  (turn over) dalam waktu bertahun-tahun, namun sel-sel endotel tersebut berproliferasi dengan cepat (5 hari) pada saat terjadi rangsangan angiogenesis, misalnya selama regenerasi jaringan pada penyembuhan luka.
Semua sel membutuhkan asupan oksigen dan nutrient dari pembuluh darah disekitarnya untuk tetap bertahan hidup. Setiap sel berada tidak jauh dari pembuluh darah agar asupan oksigen dan nutrient tetap terjaga. Setiap sel terletak tidak lebih dari 0,1 hingga 0,2 mm dari jarak difusi oksigen dari pembuluh darah. Dalam hal ini sel tumor juga membutuhkan asupan oksigen dan nutrient yang dibawa oleh darah melalui pembuluh darah untuk tetap tumbuh . Pada awalnya, tumor muncul sebagai sebuah sel, yang kemudian tumbuh menjadi kanker dan mulai membelah, membentuk sel-sel kanker yang baru. Awalnya, sel-sel ini mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah yang ada di dekatnya. Akan tetapi, karena sel terus membelah, maka sel yang berada di tengah menjadi berada jauh dari pembuluh darah, sehingga ia harus mempunyai pembuluh darah sendiri. Tanpa oksigen dan nutrient  dari pembentukan pembuluh darah yang baru, tumor tidak akan bisa tumbuh lebih besar dari 1 milimeter atau hanya sekitar 100-300 sel.
Proses pembentukan pembuluh darah baru ini dikenal dengan angiogenesis. Angiogenesis adalah proses terbentuknya pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang telah ada. Proses angiogenesis ini bermula ketika sel tumor menghasilkan dan mengeluarkan sejumlah secret yang berfungsi sebagai angiogenesis factor yang dikenal dengan Vacsular Endhotelial Growth Factor (VEGF). Vascular endothelial growth factor (VEGF)  merupakan peptida angiogenik yang sangat berpotensi dalam mengendali pengembangan hematopoietic stem cell dan pengubahan matriks ekstrasel. In vitro VEGF merangsang degradasi matriks ekstrasel dan proliferasi, migrasi dan pembentukan rongga pembuluh pada sel endotel pembuluh darah. In vivo mengatur permiabilitas dinding kapiler yang merupakan hal penting dalam proses awal angiogenesis.  Faktor pertumbuhan ini kemudian akan memicu untuk terjadinya pembentukan pembuluh darah baru disekitar sel tumor. Faktor-faktor inilah yang akan mengaktifkan reseptor pada permukaan sel-sel yang melapisi pembuluh darah yang ada disekitarnya.
Pada kaedaan normal, proses ini hanya terjadi dalam keadaan patologis. Angiogenesis terjadi di tubuh yang sehat untuk penyembuhan luka dan untuk memulihkan aliran darah ke sel-sel setelah cedera Dalam perempuan, angiogenesis juga terjadi selama siklus bulanan reproduksi (untuk membangun kembali dengan kandungan lining, untuk telur yang matang selama ovulation) dan selama kehamilan (untuk membangun tembuni, sirkulasi antara ibu dan janin).
Terdapat tiga jenis reseptor yang telah teridentifikasi , reseptor pertama dan kedua ditemukan pada pembuluh darah sedangkan reseptor yang lainnya terdapat pada pembuluh limfatik. pembuluh limfatik membantu peredaran cairan interstitial dari jaringan dan rute potensial yang terletak di sekitar sel-sel kanker. Sifat permeabilitas, serta pengendalian pertumbuhan pembuluh darah baru pada tumor berbeda dengan pada jaringan normal. Dibandingkan dengan pembuluh darah di jaringan normal, kapiler di tumor lebih besar permiabilitasnya sehingga lebih mudah ‘bocor’ disertai arus darah yang lebih lamban. Terjadinya proses angiogenesis menyebabkan sel tumor dapat tumbuh dan menyebar. Inhibitor dari proses ini merupakan target dari terapi terhadap penyakit kanker . peristiwa angiogenesis terjadi disebabkan ketika sel-sel tumor melepaskan vascular endothelial growth factors.
Beberapa reseptor vefg telah teridentifikasi dan terletak disekitar pembuluh darah pada saluran limfa. Pada pembuluh darah terdapat 2 jenis reseptor VEGF yakni VEGF1 dan VEGF2. Pada pembuluh darah VEGF A, VEGF B, dan PIGF akan berikatan dengan reseptor VEGF 1. Sedangkan VEGF A, VEGF C dan VEGF D akan berikatan dengan reseptor VEGF2. Reseptor VEGF 2 inilah yang memiliki peranan penting dalam proses angiogenesis. Pada sel endhotelium, VEGF C dan VEGF D yang akan berikatan pada reseptor VEGF 3 yang kemudian akan menstimuasi terjadinya angiogenesis limfatik.
Penempelan ligan pada reseptor mengakibatkan reseptor mengalami dimerisasi. Setelah mengalami dimerisasi,  aktivasi dari reseptor tirosin kinase ini selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya autophosporilasi. Menurut Zulies (2006) autofosforilasi atau transfosforilasi adalah ketika dua reseptor terdimerisasi maka tirosin kinase akan saling memfosforilasi ujung C pada residu tirosin. Pada akhirnya akan terjadi transkripsi gen dan akan terbentuk pembuluh darah baru yang akan tumbuh di sekitar sel kanker yang nantinya akan menyuplai kebutuhan sel akan oksigen dan nutrient yang memungkinkan sel kanker untuk tetap tumbuh menjadi besar dan menyebar kebagian tubuh lainnya melalui aliran darah baru dengan permeabilitas yang lebih tinggi.
Antibodymonoklonal telah dikembangkan sebagai reflektif yang bertindak sebagai inhibitor yang hanya akan bekarja dengan cara berikatan dengan VEGF yang terlibat pada proses angiogenesis sehingga proses angiogenesis tidak akan terjadi . namun inhibitor ini tidak akan berikatan selain dengan vegf yang memiliki peranan penting dalam proses angiogenesis atau dengan kata lain penghambatan penempelan ligan pada reseptor VEGF yang disebabkan oleh ligan lainnya tidak dapat dihambat oleh senyawa ini.
Obat yang termasuk dalam kategori ini adalah antibodi anti-VEGF yang mengeblok reseptor VEGF dari berikatan dengan faktor pertumbuhan. bevacizumab, sebuah antibodi monoklonal yang pertama kali diterima FDA untuk antibodi anti-VEGF (Habib, tanpa tahun).

B.   MEKANISME SISTEM SARAF
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
1.    Sistem Syaraf Otonom
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari sistem saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah, dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas, beberapa target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain dipersarafi hanya oleh satu divisi.



 

















Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion syraf simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik.
Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik. Norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi reseptor alpha1 dan alpha2









 














2.      Kerja Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah
Bagian sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa sistem syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis. Berikut ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah.


 



















Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui seluruh syaraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang kemudian memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna vertebralis. Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui jalur syaraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf spinal yang memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya, ditunjukkan bahwa distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri, arteriola, vena  dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah dan selanjutnya menurunkan aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi  volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk memompa.
Meskipun sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk mengontrol sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis.  Salah satu efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada kontraktilitas otot jantung.


 











Pusat yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah terletak di dalam otak yang dikenal sebagai pusat vasomotor (Vasomotor center). Pusat vasomotor terletak pada substansi retikular pada medulla dan bagian terendah ketiga pada pons. Pusat ini mengirimkan impuls parasimpatis melalui nervus vagus ke jantung dan mengirimkan impuls simpatis melaui spinal cord dan syaraf simpatis perifer yang selanjutnya akan menuju ke pembuluh darah arteri, arteriola, dan vena.


 














Dalam kondisi normal, area vasokonstriktor pada pusat vasomotor mengirimkan sinyal pada seluruh serat syaraf simpatis ke seluruh tubuh, menyebabkan seluruh sinyal tersebar secara kontinu pada syaraf simpatis dengan kecepatan 1,5-2 impuls per detik. Impuls inilah yang mengatur  status kontraksi pada pembuluh darah, yang dikenal sebagai tonus vasomotor (vasomotor tone).
Pada saat yang sama, dimana pusat vasomotor mengontrol konstriksi pembuluh darah, pusat vasomotor juga mengontrol aktivitas jantung. Bagian lateral dari pusat vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke jantung saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas. Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian medial dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian akan mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna detak jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat meningkatkan dan menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan kontraksi meningkat saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat vasokonstriksi dihambat.
Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan peningkatan detak jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan konduktive jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik). Impuls yang dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari parasimpatis melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida Y, yang berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.

3.      Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya. Dua ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua ruangan di bawah disebut dengan ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah dari jaringan kembali ke jantung disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut dengan arteri.
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus vagus, mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan mempersarafi ventrikel.

C.   ORGANOGENESIS
1.    Pengertian Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus.
Organogenesis terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari  tiga lapisan germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang  akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi ciri suatu individu (Anonim, 2011).
Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing pada saat dewasa. Misalnya  lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata (Anonim, 2011).

2.    Mekanisme Organogenesis
a.    Histogenesis
Tahap awal dari Organogenesis adalah Histogenesis. Histogenesis adalah suatu proses diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai fungsi khusus. Dengan kata lain, histogenesis adalah differensiasi kelompok sel menjadi jaringan, organ, atau organ tambahan.
Setiap jaringan mengandung sekelompok sel yang sama. Sel jaringan ini sudah merupakan sel khusus, kecuali sel epitel dan jaringan ikat dipertimbangkan sebagai sel kurang khusus jika dibandingkan dengan sel saraf atau otot. Bentuk umum dan struktur dari sel dimodifikasi selama perkembangan sehingga setiap jaringan mengandung sel dengan fungsi khusus. Ketiga lapisan benih akan mengalami spesialisasi selama periode ini dan karena itu, setiap lapis benih menghasilkan sel yang fungsional pada jaringan tempatnya berbeda.(Puja et.al. 2010)
b.    Organogenesis (Morfogenesis)
Dalam perkembangan hewan, organogenesis (organo-genesis berasal dari kata Yunani όργανον yaitu dengan mana yang bekerja", dan γένεσις "asal, penciptaan, generasi") adalah proses dimana ektoderm, endoderm, dan mesoderm berkembang menjadi organ-organ internal organisme. Organ-organ internal memulai pembangunan pada manusia dalam 3 sampai minggu ke-8 di dalam rahim. Lapisan dalam organogenesis dibedakan menjadi tiga proses: lipatan, perpecahan, dan kondensasi. Mengembangkan selama tahap awal pada hewan chordata adalah tabung saraf dan notochord. Semua hewan vertebrata memiliki proses pembentukan gastrula dengan cara yang sama. Vertebrata mengembangkan pial neural yang membedakan ke dalam banyak struktur, termasuk beberapa tulang, otot, dan komponen dari sistem saraf perifer. (Wikipedia. 2011).
Singkatnya, organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus memiliki bentuk yang spesifik bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan spesiesnya.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus . Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Organogenesis memiliki dua periode atau tahapan yaitu:
1)    Periode pertumbuhan antara, Pada periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio sehingga menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperi pada katak adanya tingkat berudau.
2)    Periode Pertumbuhan akhir, Periode pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi suatu bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman / wajah yang khas bagi suatu individu). Namun pada aves, reptil dan mamalia batas antara periode antara dan akhir tidak jelas.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Contohnya :
a.       Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b.      Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c.       Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
3.      Transformasi Dan Differensiasi
Pada akhir dari proses gastrulasi, lapisan benih telah berdiferensiasi, tetapi belum dapat berfungsi. Sel masih tidak berfungsi sampai pada proses diferensiasi khusus yang disebut histological differentiation atau cytodifferentiation. Hasil dari proses diferensiasi khusus ini adalah terbentuknya protein baru dalam sel. Protein khusus ini memungkinkan sel tertentu mampu berfungsi untuk hanya satu fungsi. Transformasi dan diferensiasi bagian-bagian embrio bentuk primitif berupa :
a.       Ekstensi dan pertumbuhan bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi.
b.      Evaginasi dan invaginasi daerah tertentu setiap bumbung.
c.       Pertumbuhan yang tak merata pada berbagai daerah bumbung.
d.      Perpindahan dari sel-sel dari setiap bumbung ke bumbung lain atau ke rongga antara bumbung-bumbung.
e.       Pertumbuhan alat yang terdiri dari berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai bumbung.
f.        Pengorganisasian alat-alat menjadi sistem : sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem urogenitalia, dan seterusnya.
g.       Penyelesaian bentuk luar (morfologi, roman) embrio secara terperinci, halus dan individual.


4.      Proses morfogenesis
Bentuk dari organisme tergantung dari dua faktor, yaitu bentuk sel dan posisi relative dari sel tersebut. Jadi, morfogenesis terjadi pada beberapa tingkat, yaitu pada tingkat organisme, organ tubuh, jaringan organ, dan tingkat seluler. Karena itu, morfogenesis terjadi tidak hanya pada pembentukan organisme, tetapi juga pada pembentukan sel. Dengan kata lain, morfogenesis merupakan proses yang menyangkut perubahan pada tingkat sel dan supra seluler.
a.    Pertumbuhan
Pertumbuhan mengacu pada pertambahan secara berangsur-angsur ukuran dan jumlah sel. pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran secara permanen. Pertumbuhan dapat diukur dari peningkatan kandungan protoplasma, umumnya dalam bentuk berat kering. Jadi, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran secara permanen yang dapat diukur. Pertumbuhan dari organisme dapat diukur dari tiga tingkat berbeda, yaitu organ dan jaringan, sel, dan struktur subseluler atau proto plasma.
b.    Pertumbuhan protoplasma atau pertumbuhan subseluler
Tipe pertumbuhan ini menyangkut beberapa proses. ( 1 ) endositosis substansi yang ada di sekitar sel. Substansi ini dapat berupa molekul kecil ( air, garam, gula ) dan molekul besar ( asam lemak, peptide, oligopeptida). Endositosis menyebabkan bertambahnya berat sel. ( 2 ) sintesis molekul selain DNA, yang digunakan untuk keperluan internal sel atau untuk sekresi ekstra seluler. Molekul yang disintesis dapat berupa molekul kecil, besar, maupun makro molekul.
c.     Pertumbuhan sel
Sel telah dipercaya sebagai unit kehidupan. Pada tingkat seluler, pertumbuhan sel meliputi perubahan dalam ukuran sel. Perubahan dalam ukuran ini dapat berupa bertambahnya volume sel tersebut tanpa bertambahnya jumlah sel atau bertambahnya ukuran ukuran sebagai hasil meningkatnya jumlah pembelahan sel.
5.      Lapisan Benih Ektoderm
Lapis benihektoderm menghasilkan atau menumbuhkan bagian epidermal, neural tube, dan sel neural crest.
a.    Epidermal ectoderm akan menumbuhkan organ antara lain : ( 1 ) lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang seperti sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji, kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar lugak, kelenjar lendir, dan kelenjar mata., ( 2 ) organ perasa sepertai lensa mata, alat telinga dalam, indra pembau, dan indra peraba, dan ( 3 ) epithelium dari rongga mulut ( stomodium), rongga hidung, sinus paranasalis, kelenjar ludah, dan kelenjar analis (proctodeum ).
b.    Neural tube akan menumbuhkan organ antara lain : otak, spinal cord, saraf feriper, ganglia, retina mata, beberapa reseptor pada kulit, reseptor pendengaran, dan perasa, neurohifofisis.
c.    Neural crest akan menumbuhkan organ antara lain : neuron sensoris, neuron cholinergik, sistem saraf parasimpapetik, neuron adrenergic, sel swann dan ginjal, sel medulla adrenal, sel para folikuler kelenjar tyroid,sel pigmen tubuh, tulang dan yang lainnya.
Sistem saraf terdiri atas sistem sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (perifer), yaitu system saraf kranial, spinal, dan autonom. SSP berasal dari bumbung neural yang dihasilkan oleh proses neurulasi. Bumbung neural beserta salurannya (neurosoel) berdiferensiasi menjadi otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang: STB) Saluran di dalam otak terdiri atas 4 ventrikel dan di dalam STB sebuah kanalis sentralis.
Otak embrio mula-mula terdiri atas 3 wilayah: 1) prosensefalon, 2) mesensefalon, 3) rombensefalon. Kemudian, otak berkembang menjadi 5 wilayah yaitu prosensefalon berkembang menjadi (1) telensefalon (bakal serebrum) dan (2) diensesefalon. Adapun mesensefalon tetap sebagai mesensefalon (3) Sementara itu, rombensefalon berkembang menjadi (4) metensefalon (bakal serebelum) dan (5) mielensefalon (bakal PonsVarolii dan medula oblongata atau batang otak). Saluran di dalam telensefalon (telosoel) lateral kiri dan kanan ialah ventrikel I dan ventrikel II. Ventrikel III adalah telosoel median dan diosoel. Ventrikel IV ialah metasoel dan mielosoel. Mesosoel tidak membentuk ventrikel, dan disebut duktus Sylvius. Dinding SSP awalnya ialah neuroepitelium yang merupakan sumber sel-sel saraf dan neuroglia. Kemudian, neuroepitelium pada batang otak dan STB akan terdiri atas lapisan ependum/ventricular (yang membatasi lumen), mantel (materi kelabu), dan marginal (materi putih) Materi kelabu (mengandung banyak sel saraf dan neuroglia) dan materi putih (berisi banyak akson bermielin) padaotak anterior dari batang otak, letak kedua materi itu kebalikan dari kedudukannya di dalam STB.
Hipofisis dibentuk dari 2 komponen, yaitu kantung Rathke (dari stomodeum) dan infundibulum (dari diensefalon), masing-masing menjadi lobus anterior dan lobus posterior dari hipofisis. Lobus intermedia terletak pada perbatasan kantung Rathke bagian posterior dengan infundibulum. Tiap lobus menghasilkan hormon yang berbeda. Pembentukan organ indera ditandai dengan adanya penebalan (plakoda) pada ektoderm yang berhadapan dengan otak. Plakoda nasal (olfaktorius), plakoda optik, dan plakoda otik (auditorius) masing-masing berhadapan dengan telensefalon, diensefalon, dan mielensefalon. Selain berasal dari plakoda optik (bakal lensa), mata berasal juga dari bagian diensefalon, yaitu vesikula optik (bakal retina) Bakal telinga yang mulai dibentuk adalah bakal telinga dalam yang berasal dari plakoda otik, baru kemudian bakal telinga tengah, dan terakhir bakal telinga luar (bagi hewan yang memiliki daun telinga atau pina).
6.        Lapisan Benih Mesoderm
Lapisan benih mesoderm akan menumbuhkan notochord, epimer, mesomer dan hypomer. Notochord umumnya berkembang dengan baik pada amphioxus, sedangkan pada vertebrata menumbuhkan sumsum tulang belakang. Epimer akan berkembang menjadi dermatome (dermis kulit), sklerotome (sumsum tulang), dan myotom (otot kerangkang). Mesomer akan berkembang menjadi organ pengeluaran seperti ginjal dan urethra, ovarium dan testis serta saluran genital dan korteks adrenalis. Hypomere akan berkembang menjadi somatopleura (peritoneum), splanchnopleura (masentrium, jantung, sel darah, sum – sum tulang, pembuluh darah) dan coeclon (rongga tubuh).
a.    Epimere, Bagian sclerotome memisahkan diri dari somit berupa sekelompok sel mesenkim, pindah ke median mengelilingi notochord dan ke dorsal mengelilingi bumbung neural. Kelompok sel mesenkim ini membentuk vertebrae yang menyelaputi notochord dan bumbung neural. Somit kemudian kembali menyusun diri menjadi bumbung yang terdiri dari 2 bagian :
·      Dermatome, sebelah luar
·      Myotome, sebelah dalam
Rongganya disebut myocoel sekunder. Dermatome menghasilkan mesenkim yang akan berpindah ke bawah epidermis membentuk lapisan dermis.
b.    Mesomere, Dibedakan atas 2 daerah :
·      Genital ridge
·      Nephrotome
Genital ridge mengandung sel-sel untuk membina gonad. Nephrotome tumbuh menjadi ginjal dan saluran-salurannya.


c.     Hypomere, Somatic mesoderm dan splanchnic mesoderm akan menumbuhkan :
·      Kantung insang (branchial pouches) di daerah pharynx foregut. Kantung-kantung insang itu berpasangan, dibina oleh endoderm sebelah dalam, ectoderm sebelah luar, dan mesoderm di tengah.
·      Selaput rongga tubuh dan alat dalam : pericardium, pleura, peritonium, mesenterium. Semua selaput ini terdiri dari sel sel epitel gepeng disebut mesothelium, serta jaringan pengikat.
Splanchnic mesoderm sendiri di daerah jantung membina epimyocardium, serta mesocardium yang merupaka selaput penggantung jantung. Somatic mesoderm sendiri menumbuhkan lapisan dermis kulit di daerah lateral dan ventral embrio.(Yatim et al.1984)
d.     Organogenesis Urogenital
Organ-organ turunan mesoderm, di antaranya ialah ginjal dan gonad beserta saluran-salurannya, jantung dan pembuluh darah, anggota badan, dan vertebra.Terdapat tiga macam ginjal, berdasarkan kesempurnaan perkembangannya yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros. Kepemilikan jenis-jenis ginjal ini sejalan dengan derajat tingginya hewan. Selama perkembangan embrio suatu hewan, ginjal yang lebih primitif dari ginjal definitifnya selalu atau pernah dimilikinya meskipun hanya sebentar dan mungkin tidak berfungsi, melainkan akan berdegenerasi dan bersamaan dengan itu ginjal yang lebih maju terbentuk posterior dari yang pertama. Komponen ginjal ialah jaringan nefrogenik yang berasal dari mesoderm intermedier yang perkembangannya diinduksi oleh saluran nefros.
Ginjal yang paling sempurna adalah metanefros, terletak paling posterior. Ginjal ini dibentuk sebagai hasil induksi resiprokal antara tunas metanefros (tunas ureter) dengan jaringan metanefrogenik yang menghasilkan unit-unit nefron. Tunas metanefros awalnya merupakan cabang dari saluran mesonefros, tetapi kemudian memisahkan diri. Gonad berasal dari mesoderm splanknik dekat mesonefros (mesoderm intermedier) berupa pematang genital (epitel germinal), yang akan terdiri dari korteks pada bagian luar dan medula di bagian dalam. Terdapat tahap indiferen sebelum terdiferensiasi menjadi testis atau ovarium. Pada tahap ini terdapat saluran Wolff, bakal vasa deferensia, dan juga saluran Muller, bakal oviduk. Dari epitel germinal dibentuk pita-pita seks primer ke dalam medula.
Pada bakal testis, pita seks berkembang pesat di dalam medula sebagai pita medula (pita testis) yang menjadi terpisah dari epitel germinal, dibatasi oleh tunika albuginea. Pita medula adalah bakal tubulus seminiferus, terdiri atas sel-sel kelamin dan sel Sertoli. Sel-sel medula lainnya menjadi sel Leydig. Korteks tetap tipis, sedangkan medula tebal. Saluran Müller berdegenerasi, sedangkan saluran Wolff menjadi vasa deferensia.(Yohana et al.2007).
e.     Perkembangan Lapisan Mesoderm pada Ayam
Sel-sel mesoderm (yang tidak membentuk notochord) menyebar ke arah lateral membentuk lempengan yang tebal disebut dengan mesoderm paraksial (terlentang sepanjang kedua sisi notochord dan bumbung neural). Sementara daerah unsur primitive memendek dan bumbung neural terbentuk. Dari mesoderm paraksial terpisah balok-balok berbentuk segitiga yang disebut somit. Somit pertama dibentuk pada bagian interior dari embrio, dan somit-somit baru dibentuk dibelakang secara teratur.
Sel-sel yang menyusun somit sangat mampat dan tersusun atas suatu epitel. Perkembangan selanjutnya sel-sel pada bagian ventral dari somit bermitosis (kehilangan sifat epithelnya) dan menjadi mesenkim (kendur), daerah ini disebut sklerotum. Sel-sel mesenkim akan bermigrasi ke arah bumbung neural dan notochord menjadi kondrosit akan membangun rangka tubuh. Selanjutnya sel-sel sklerotum memisahkan diri dari somit. Sisa-sisa sel-sel somit membentuk suatu tabung padat berlapis-lapis. Lapisan dorsal disebut Dermaton (membentuk jarikat kulit/ dermis). Lapisan dalam disebut miotom ( sel-selnya membentuk otot membentuk otot serat lintang dari punggung dan anggota tubuh).

7.      Lapisan Benih Endoderm
Lapis benih ini akan menumbuhkan beberapa sel seperti, epithelium saluran pencernaan dan derivatnya seperti hati, pancreas, vesika urinaria. Lapis benih juga menumbuhkan sel epitel saluran pernapasan, saluran perkencingan, dan beberapa kelenjar endokrin seperti tyroid dan parathyroid.
Organ-organ turunan endoderm yang utama adalah saluran pencernaan makanan (SPM) dan kelenjar- kelenjarnya, serta paru-paru dan saluran respiratori (pernapasan) Selain itu, beberapa kelenjar endokrin berasal dari endoderm juga. Pembentukan SPM diawali dengan terbentuknya arkenteron, yang pada anamniota dari awal sudah berbentuk rongga yang akan membentuk saluran. Pada amniota, saluran baru terbentuk melalui pelipatan-pelipatan splanknopleura di bagian anterior, posterior, dan lateral. Di bagian tengah saluran, terdapat bagian yang terbuka yaitu pada tangkai yolk yang menghubungkan saluran dengan kantung yolk.
SPM terbagi menjadi wilayah usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan akan menjadi faring, esofagus, lambung, dan duodenum anterior. Usus tengah adalah bakal duodenum posterior dan sebagian dari kolon. Usus belakang ialah bakal kolon dan rektum. Lubang mulut terdapat di ujung anterior usus depan, dari pertemuan ektoderm stomodeum dengan endoderm faring yang kemudian pecah membentuk lubang mulut Ektoderm stomodeum masuk ke dalam rongga mulut. Oleh karena itu, epitel rongga mulut adalah ektoderm. Hal yang sama terjadi di bagian kaudal, epitel rongga anus atau rongga kloaka adalah ektoderm yang berasal dari ektoderm proktodeum.
Faring memperlihatkan banyak derivat yaitu evaginasi laterad berupa kantung faring yang selengkapnya ada 6 pasang. Pada kantung faring bagian distal terdapat bakal tonsil, timus dan paratiroid. Bakal tiroid berupa divertikulum, tampak medioventral dari faring. Kantung faring nomor 2 adalah saluran timpani bagian telinga. Kantung faring bertemu dengan lekukan ektoderm bermesoderm yaitu lekuk/celah faring (viseral), yang dibatasi oleh lengkung faring ke arah anterior dan posterior. Lengkung faring 1 adalah lengkung mandibula, yang kedua ialah lengkung hioid. Celah di antara kedua lengkung itu ialah celah hiomandibula. Lengkung III dan seterusnya adalah lengkung insang.
Derivat-derivat SPM lainnya keluar dari medioventral usus depan ialah laringotrakea, hati, pankreas ventral dan pankreas dorsal. Dari pangkal divertikulum hati, dibentuk kantung empedu dengan duktus sistikus. Divertikulum hati bercabang-cabang membentuk pita-pita hati dan duktus hepatikus. Duktus hepatikus bertemu dengan duktus sistikus membentuk saluran empedu (ductus choledochus) yang bermuara di dalam duodenum. Kedua bakal pankreas (ventral dan dorsal) bergabung di bagian dorsal dan berdiferensiasi, sampai terjadi sitodiferensiasi. Saluran pankreas bermuara di dalam duodenum Pankreas berdiferensiasi membentuk bagian eksokrin dan bagian endokrin (pulau Langerhans) Hasil sitodiferensiasi ialah terbentuknya berbagai sel khusus di dalam pulau Langerhans. Masing-masing sel khusus (A, B, dan C) menghasilkan hormon tertentu, misalnya hormon glukagon dan hormon insulin yang masing-masing dihasilkan oleh sel A dan sel B.
Divertikulum laringotrakea tumbuh ventroposteriad dan bercabang dua (bifurkasi) menjadi bronkus ekstrapulmonalis. Ujung percabangan selalu menggelembung yaitu bakal paru-paru. Selanjutnya, percabangan berlangsung beberapa generasi menghasilkan bronkus intrapulmonalis, bronkiolus, sampai ke terminal percabangan yaitu alveolus-alveolus. Semua percabangan intrapulmonalis akan diselaputi oleh mesoderm yang mengisi ruang antarcabang-cabang membentuk paru-paru. Paru-paru terdiri atas 3 lobus sebelah kanan dan 2 lobus sebelah kiri. Paru-paru merupakan organ yang paling akhir berfungsi, yaitu saat lahir/ menetas. Agar alveoli tidak lengket satu sama lain sehingga tidak collapse, dihasilkan senyawa surfaktan oleh sel-sel alveoli, yang mengatur tegangan permukaan.

8.      Organogenesis Pada Bumbung-Bumbung (Tubulasi)
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
a.    Bumbung Epidermis, Menumbuhkan :
·      Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertexture (susunan kimia) tanduk : sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
·      Kelenjar-kelenjar kulit : kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lendir, dan kelenjar air mata.
·      Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra raba.
·      Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan enamel (email) gigi, kelenjar ludah, dan indra kecap.
·      Proctodeum, menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
b.    Bumbung Endoderm (metenterom), Menumbuhkan :
Ø Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan sejak pharynx sampai rectum.
Ø Kelenjar-kelenjar pencernaan : hepar, pancreas, serta kelenjar lendir yang mengandung enzim dalam oesophagus, gaster dan intestinum.
Ø Lapisan epitel paru atau insang.
Ø Cloaca yang menjadi muara ketiga saluran : pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamun (ductus genitalis).
Ø Lapisan epitel vagina, uretra, vesica urinaria, dan kelenjar-kelenjarnya.
c.     Bumbung Neuran (saraf), Menumbuhkan :
Ø Otak dan sumsum tulang belakang
Ø Saraf tepi otak dan punggung
Ø Bagian persarafan indra, seperti mata, hidung, dan raba
Ø Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmennt.
d.    Bumbung mesoderm, Menumbuhkan banyak ragam alat :
Ø Jaringan pengikat dan penunjang
Ø Otot : lurik, polos, dan jantung
Ø Mesenchyme yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan. (sedikit ada juga mesenchyme sesungguhnya dari bumbung ectoderm epidermis)
Ø Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya
Ø Ginjal dan ureter
Ø Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica muscularis–mucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubuh, seperti pencernaan, kelamin, dan pembuluh darah.
Ø Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat pleura, pericardium, peritonium, dan mesenterium.





BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
  Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Akan tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Koordinasi merupakan  fungsi pengaturan dan pengintegrasian. Mengatur (to regulate) berarti mengatur/ menyetel sejumlah tertentu, kadar tertentu, kecepatan tertentu atau variabel tertentu mencapai kondisi tertentu yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam proses respirasi, oksigen harus tersedia pada laju tertentu agar dapat dimanfaatkan organisme. Integrasi berarti mengumpulkan beberapa bagian menjadi satu. Dalam fisiologi, integrasi diartikan sebagai pengendalian semua komponen fungsional sehingga menjadi satu sistem kendali, dan tak ada proses tunggal yang dapat berlangsung tanpa tergantung dari proses lain.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu species.

B.   SARAN
 Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang proses pembentukan pembuluh darah, mekanisme sistem saraf dan organogenesis dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan pengaruh yang disebabkannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran  yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.